Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teori Belajar Sosiokultural dan Penerapannya menurut Lev Vygotsky



Dalam artikel ini akan dipaparkan pembahasan mengenai teori belajar sosiokultural dari Lev Vygotsky, akan disertai pula dengan penerapan dan cara memotivasi siswa menurut teori ini.

Pengantar

Belajar merupakan suatu proses yang dialami oleh individu dalam memahami dan mengartikan sesuatu yang berguna bagi semua aspek dalam kehidupan serta bermanfaat di kemudian hari. Inti dari proses belajar pada hakekatnya adalah sebagai sarana pengajaran hal-hal yang bermanfaat.

Tujuan belajar itu sendiri bukan hanya terletak pada proses penguasaan materi-materi secara formal saja, tetapi juga bertujuan untuk proses pengembangan sikap-sikap positif terhadap pembelajaran serta berbagai penelitian dan penemuan, belajar juga bertujuan untuk mengasah kemampuan individu dalam memecahkan suatu masalah. 


Jika hanya menyajikan materi-materi secara formal,  tidak akan membuat seorang individu itu mempunyai sikap yang kompleks seperti itu. Itu semua adalah bagian dari proses belajar untuk menemukan jati dirinya serta untuk mengembangkan kemampuan dirinya.

Salah satu tokoh dalam pendidikan yaitu Lev Vygotsky mengemukakan sebuah teori belajar yang memandang terjadinya proses pembelajaran dilihat dari sudut sosialnya. Vygotsky memandang jika perkembangan kognitif serta bahasa pada anak-anak tidaklah berkembang dalam situasi sosial yang hampa. 

Vygotsky merupakan salah satu tokoh psikologi yang terkenal, ia bearsal dari negara Rusia. Disekitar akhir abad 20, perhatian terhadap teori vygotsky ini semakin besar. Sejalan dengan Piaget, Vygotsky menulis di Uni Soviet sekitar tahun 1920-an dan 1930-an. Tetapi karya dari Vygotsky ini baru muncul atau terpublikasi di dunia Barat sekitar tahun 1960-an. Maka sejak itu juga karya-karya dari Vygotsky ini memiliki pengaruh yang sangat besar.

Teori Belajar Sosiokultural (Lev Vygotsky)

Teori belajar vygotsky menekankan bahwa perkembangan manusia adalah sesuatu yang tidak boleh terpisahkan dengan berbagai jenis kegiatan sosial dan budaya. Ia menekankan bahwa segala bentuk perkembangan mental meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik seoarang anak dipengaruhi oleh penemuan atau sosial budaya yang terjadi di masyarakat (seperti bahasa, ingatan dan lain-lain).


Teori ini juga menegaskan bahwa perolehan kognitif seseorang terjadi pertama kali melalui interpersonal (interaksi dengan lingkungan sosial) dan intrapersonal (internalisasi yang terjadi dalam diri sendiri).


Teori belajar sosiokultural merupakan teori belajar yang menekankan pada bagaimana seseorang belajar dengan bantuan orang lain dalam suatu zona keterbatasan dirinya yaitu Zona Proksimal Development (ZPD) atau Zona Perkembangan Proksimal dan mediasi. Menurut Vygotsky, Zona of proximal development adalah daerah antar tingkat perkembangan yang sesungguhnya yang didefenisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. 

Menurut Vygotsky, siswa mempunyai dua tingkat perkembangan yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Vygotsky mengartikan tingkat perkembangan sebagai proses beroperasinya intelektual individu pada saat itu juga serta kemampuan untuk mempelajari sesuatu yang khusus sesuai dengan kemampuannya sendiri. 

Individual juga mempunyai tingkat perkembangan, dimana Vygotsky mendefinisikan sebagai tingkat seorang individu dapat memfungsikan atau mencapai tingkat itu dengan bantuan orang lain seperti guru, orang tua atau teman sejawat yang kemampuannya lebih tinggi (Dina, 13 November 2007).

Sedangkan mediasi, terbagi atas dua kategori yakni; media metakognitif dan media kognitif. Media metakognitif adalah berbagai alat semiotik yang digunakan untuk menjalani self regalution (pengaturan diri) yang terdiri dari self planning, self monitoring, self checking dan self evaluation. Sedangkan media kognitif adalah berbagai alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan pengetahuan tertentu.

Penerapan serta Cara Memotivasi Siswa menurut teori Belajar Sosiokultur Lev Vygotsky


Pada penerapan pembelajaran dengan teori belajar sosiokultur ini, diperlukan motivasi agar siswa mampu menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan teori belajar menurut Vygotsky. Berikut adalah cara memotivasi siswa:

  • Siswa Terlibat Secara Aktif


Prinsip ini berlandaskan pada pandangan bahwa keterlibatan anak secara aktif dalam suatu aktivitas belajar memungkinkan mereka memperoleh pengalaman yang mendalam tentang materiyang dipelajari, dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan pemahaman anak tentang materi tersebut. 


Keterlibatan siswa secara aktif dapat secara fisik dan mental. Bentuk-bentuk aktivitasnya antara lain bisa berupa interaksi antara siswa-siswa atau siswa-guru, memanipulasi benda-benda konkrit seperti alat peraga, dan menggunakan bahan ajar tertentu seperti buku dan alat-alat teknologi.

  • Memperhatikan Pengetahuan Awal Siswa


Dengan memperhatikan pengetahuan awal siswa, guru diharapkan mampu menyusun strategi pembelajaran lebih tepat yang meliputi penyiapan bahan ajar, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, serta penyiapan alat evaluasi yang sesuai.

  • Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Siswa


Salah satu syarat untuk berkembangnya kemampuan interaksi antara satu individu dengan individu lainnya adalah berkembangnya kemampuan komunikasi. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh seorang pengajar dalam upaya pengembangan kemampuan tersebut. 

Seperti; kegiatan tanya-jawab, membuat kelompok yang terdiri dari beberapa orang kemuidan melakukan diskusi atau melakukan diskusi dalam lingkup yang lebih luas yaitu diskusi yang dilakukan semua anggota kelas, bisa juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan pendapatnya baik itu secara lisan ataupun tulisan.

  • Mengembangkan Lingkungan Belajar


Mengembangkan dan menciptakan lingkungan belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam belajar. Seperti yang dikatakan Vygotsky jika lingkungan yang mendukung atau nyaman bagi siswa maka hal tersebut dapat membantunya guna mengembangkan kemampuan potensialnya.

Selain itu, dalam memotivasi siswa peran pengajar sangat berpengaruh dalam penerapan teori belajar sosiokultur. Pengajar berfungsi sebagai motivator yang bertugas untuk memberikan stimulus kepada siswa agar siswa dapat secara aktif terlibat dalam pembelajaran serta memberi dorongan agar siswa mampu memiliki semangat untuk berfikir. 

Selain itu pengajar juga bertindak sebagai fasilitator yaitu bertugas untuk membantu menunjukkan jalan keluar bila siswa menemukan masalah dam hambatan dalam proses belajar. Pengajar juga bertindak sebagai menejer yang mengelola sumber belajar siswa. Pengajar juga bertindak sebagai rewarder yang memberikan penghargaan pada prestasi yang telah dicapai oleh siswa.

Referensi untuk dibaca

  • Santrock, J. W., 2013, Psikologi Pendidikan (2nd ed), Jakarta : Kencana Prenada Media Grup
  • Asri Budiningsih. (2003). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta.
  • H.A.R. Tilaar. (2002). Pendidikan Kebudayaan dan masyarakat Madani Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
  • Moll, Luis C. (1993). Vygotsky & Education Instructional Implications and Applications of Sociohistorical Psychology. Australia: Cambridge University Press.
  • Yuliani Nurani Sujiono, dkk. III. (2005). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

2 komentar untuk "Teori Belajar Sosiokultural dan Penerapannya menurut Lev Vygotsky"

  1. bagus ni artikelnya buat yang pengen belajar cokok nihh!!!

    BalasHapus
  2. Terima kasih sudah berkunjung, semoga artikel ini bermanfaat

    BalasHapus