Teori-teori tentang Belajar
Seperti yang kita ketahui dalam kegiatan sehari-hari
dengan sadar atau tanpa kita sadari, kita pastinya mengalami suatu kegiatan
yang disebut belajar. Hal tersebut membuat banyak para ahli meneliti atau
mengamati mengenai apa itu belajar sehingga banyak definisi yang dikemukakan
oleh para ahli mengenai belajar, dengan demikian banyak teori yang dikemukakan
mengenai belajar.
Baca Juga: Faktor-faktor yang Menyebabkan Kesulitan Belajar
Namun demikian teori-teori tersebut dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok, yaitu teori yang berorientasi pada aliran Behaviorisme
dan aliran Kognitif. Aliran Behaviorisme pada dasarnya teori belajar yang
dikenal dengan kondisioning.
Dalam teori kondisioning ini dibedakan (1) teori
belajar asosiatif dan (2) teori belajar fumgsionalistik (Hergenhahn dan Olson).
Namun demikian menurut hemat penulis di samping teori yang berorientasi pada
aliran Behaviorisme dan yang berorientasi pada aliran Kognitif, kiranya masih
ada teori belajar yang merupakan teori atas dasar orientasi gabungan antara
keduanya.
1. Teori belajar yang berorientasi pada aliran Behaviorisme
- Teori belajar asosiatif
Pavlov. Teori
belajar asosiatif adalah teori belajar yang semula dibangun oleh Pavlov.
Berdasarkan pada eksperimen yang sudah dilakukan, Pavlov menyimpulkan bahwa
perilaku itu dapat dibentuk melalui kondisioning atau kebiasaan.
Organisme mencoba membuat asosiasi atau hubungan baru
antara dua peristiwa. Misalnya anak dibiasakan mencuci kaki sebelum tidur, atau
membiasakan menggunakan tangan kanan untuk menerima sesuatu pemberian dari
orang lain.
Dalam eksperimen Pavlov, anjing yang semula tidak mengeluarkan air
liur ketika mendengar bunyi bel, tetapi setelah dilatih berulang kali dengan
prosedur yang tertentu akhirnya anjing mengeluarkan air liur pada waktu
mendengar bunyi bel, sekalipun tidak ada makanan.
Hal tersebut dapat terjadi
karena adanya kondisioning, dengan mengkaitkan suatu stimulus dengan responnya.
Di samping Pavlov (Ivan Petrovich Pavlov) yang termasuk teori belajar asosiasi
juga Guthrie (Edwin Ray Guthrie) dan Estes (William Kaye Estes).
- Teori belajar Fungsionalistik.
Seperti diketahui bahwa dalam aliran Behaviorisme ada
yang asosiatif dan fungsional. Yang asosiatif dipelopori oleh Pavlov, sedangkan
yang fungsional dipelopori antara lain oleh Thorndike dan Skinner.
Thorndike, dengan
eksperimennya sampai pada kesimpulan bahwa dalam belajar itu dapat dikemukakan
adanya beberapa hukum, yaitu (a) hukum kesiapan, (b) hukum latihan, dan (c)
hukum efek. Menurut hukum ini, agar belajar dapat mencapai hasil yang baik
harus ada kesiapan untuk belajar. Tanpa adanya kesiapan dapat diprediksikan
hasilnya akan kurang memuaskan.
Di samping itu agar belajar mencapai hasil yang
baik harus adanya latihan. Makin sering dilatih, maka dapat diprediksikan
hasilnya akan lebih baik apabila dibandingkan dengan tanpa adanya latihan. Atas
dasar kesiapan dan latihan akan diperoleh efeknya. Karena itu dalam
kondisioning operan tekanannya adalah pada respons atau perilaku dan
konsekuensinya.
Skinner, selain
Thorndike yang termasuk dalam teori belajar fungsionalistik adalah Skinner.
Jika kita cermati lagi, dalam eksperimen Skinner terdapat sifat eksperimen dari
Pavlov dan juga terdapat sifat eksperimen Thorndike.
Sifat dari eksperimen
Thorndike pada Skinner yaitu bahwa hewan akan mencoba untuk mencapai tujuannya
(makanan) maka hewan tersebut harus melakukan sesuatu. Sifat dari eksperimen
Pavlov pada eksperimen Skinner yaitu adanya experimental extinction .Menurut
Skinner dalam kondisioning operan ada dua prinsip umum, yaitu:
- Setiap respons yang diikuti oleh
reward (merupakan reinforcing stimuli) akan cenderung diulangi.
- Reward yang merupakan reinforcing stimuli akan meningkatkan kecepatan terjadinya respons. Jadi kalau peminta-minta diberi uang (reward) maka perbuatan tersebut cenderung diulangi.
Menurut Hergenhahn dan Olson (1997) di samping
Thorndike dan Skinner masih terdapat ahli lain yang termasuk teori belajar
fungsionalistik yaitu Hull (Clark Leonard Hull).
Kohler. Teori belajar yang
berorientasi pada aliran kognitif dirintis oleh Kohler. Berdasarkan eksperimen
yang sudah dilakukan, Kohler membuat kesimpulan bahwa organisme dalam belajar
memecahkan masalah adalah dengan insight (insightfull learning).
Walaupun demikian Kohler tidak mengingkari adanya trial and error dalam
memecahkan masalah seperti yang dikemukakan oleh Thorndike. Tetapi menurut
Kohler dalam memecahkan masalah yang penting adalah insight. Seperti diketahui
Kohler yang membawa prinsip Gestalt dalam hal belajar. Semula Gestalt timbul
dalam hal persepsi dan Gestalt dapat dipandang sebagai pendahulu dari aliran
Kognitif.
Jean Piaget. Salah satu pengertian
yang dikemukakan oleh Piaget adalah asimilasi dan akomodasi. Proses merespons
yang dilakukan individu terhadap lingkungan yang sesuai dengan struktur
kognitif individu adalah merupakan asimilasi. Asimilasi adalah
menyelaraskan (matching) antara struktur kognitif dengan
lingkungan. Misalnya apabila pada anak hanya ada skema menyusu, memegang,
marah, maka pengalaman-pengalamannya akan diasimilasikan dengan skema-skema
tersebut.
Yang dimaksud dengan skema
yaitu merupakan potensi secara umum yang ada pada individu untuk melakukan serangkaian
perilaku tertentu. Misalnya skema menangkap, ini merupakan struktur
kognitif yang membuat kemungkinan individu dapat menangkap. Skema
merupakan struktur dasar dari struktur kognitif atau elemen dari struktur
kognitif. Apabila struktur kognitif anak berkembang atau berubah, maka hal ini
akan memungkinkan anak mengasimilasikan bermacam-macam aspek dari
lingkungannya.
Dengan demikian akan jelas
bahwa apabila asimilasi merupakan satu-satunya proses kognitif, maka tidak akan
didapati intelectual growth, karena anak akan mengadakan asimilasi
dengan struktur kognitif yang ada saja. Karena itu adanya proses yang lain
(kedua) untuk pengembangan ini, yaitu akomodasi. Proses akomodasi merupakan
pengubahan struktur kognitif, karena tidak atau belum adanya skema-skema
tertentu.
Baca Juga: Cara yang dapat dilakukan Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar
Setiap pengalaman individu
mengandung proses asimilasi dan akomodasi. Apabila individu mempunyai struktur
kognitif dengan yang bersangkutan, maka akan terjadi asimilasi, tetapi pada
keadaan di mana tidak ada struktur kognitif, maka perlu adanya proses
akomodasi.
Oleh karena itu dalam pengalaman pada umumnya mengandung dua proses
yang penting, yaitu (1) recognition atau knowing yang
berhubungan dengan proses asimilasi, dan (2) akomodasi yang menghasilkan
perubahan dalam struktur kognitif, dan ini yang disamakan dengan belajar.
Contoh: individu merespons
terhadap lingkungan berdasarkan pengalaman-pengalaman yang lalu (asimilasi),
tetapi tiap pengalaman mengandung pula aspek yang tidak seperti pengalaman yang
lalu. Aspek ini yang menyebabkan perubahan dalam struktur kognitif (akomodasi).
Menurut Piaget akomodasi
merupakan wahana untuk intelectual development. Dengan demikian
dapat dikemukakan bahwa agar terjadi proses belajar, maka informasi harus
diberikan sedemikian rupa, sehingga dapat terjadi asimilasi dan sekaligus
terjadi akomodasi. Dengan adanya akomodasi akan berubah struktur kognitifnya.
Apabila informasi tidak dapat
diasimilasi, maka ini berarti bahwa informasi tersebut tidak dapat dimengerti.
Tetapi sebaliknya apabila seluruhnya dapat dimengerti secara tuntas, ini tidak
diperlukan belajar, sebab tidak terjadi akomodasi.
Oleh karena itu maka
pengalaman individu (stimulus) harus merupakan tantangan agar menstimulasi
perkembangan struktur kognitif, yaitu sebagian harus telah dikenal untuk
terjadi asimilasi, dan sebagian lagi merupakan hal yang baru untuk terjadinya
akomodasi Menurut Piaget pengalaman yang membawa atau menimbulkan challange
akan menstimulasi perkembangan kognitif. Dalam dua mekanisme asimilasi dan akomodasi,
yang mendorong intelectual growth.
3. Teori Belajar Albert Bandura
Bandura mengajukan suatu versi
baru dalam Behaviorisme yang diberi nama a sociobehavioristic approach yang
kemudian disebut sebagai a social cognitive theory. Teori ini
kurang ekstrim apabila dibandingkan dengan behaviorisme Skinner. Hal ini
terrefleksi pada pengaruh reinforcement dan interesnya pada
faktor kognitif (cognitive factor).
Sekalipun Bandura dapat
menerima apa yang dikemukakan oleh Skinner, yaitu bahwa perilaku dapat berubah
karena reinforcement, tetapi ia juga berpendapat bahwa perilaku
dapat berubah tanpa adanya reinforcement secara langsung,
yaitu melalui vicarious reinforcement, reinforcement dari pihak
lain, yaitu dengan observasi atau mengamati dari orang lain dan konsekuensi
dari perilakunya.
Karena itu berkaitan dengan reinforcement, Bandura
berpendapat bahwa di samping adanya reinforcement eksternal juga ada vicarious
reinforcement. Di samping itu juga ada reinforoement internal atau self
reinforcement.
Penelitian Bandura dipusatkan
pada observasi perilaku manusia dalam interaksi. Sistem Bandura adalah
kognitif. Bandura berpendapat bahwa perilaku itu tidak selalu dipicu oleh
stimuli eksternal, tetapi juga dapat merupakan self-activated.
Bandura berpendapat bahwa perilaku itu dibentuk dan mengalami perubahan melalui
situasi sosial, melalui interaksi sosial dengan orang lain. Ia mengkritik
Skinner yang percobaannya menggunakan tikus ataupun burung.
Menurut Bandura psikologi tidak dapat mengharapkan
hasil penelitian tanpa melibatkan manusia dalam interaksi sosial. Bandura
mengemukakan bahwa pembentukan atau pengubahan perilaku dilakukan melalui
pengamatan, dengan model atau contoh.
Teorinya dalam belajar disebut observational learning theory juga disebut social learning theory. Kalau dicermati teori
Bandura merupakan penggabungan antara pandangan yang behavioristik dengan
kognitif, ia tidak menggunakan metode introspeksi.
Schultz, menggolongkan
Bandura dalam kelompok Behaviorisme, sementara Hergenhahn dan Olson
menggolongkan Bandura dalam kelompok kognitif, demikian juga halnya dengan
Tolman.
4. Teori Conditioning
Conditioning merupakan suatu bentuk pembelajaran dimana
terdapat kesanggupan untuk melakukan respon terhadap stimulus tertentu sehingga
dapat dipindahkan pada stimulus lain. Bentuk paling sederhana dalam bentuk
belajar adalah conditioning. Karena conditioning sangat sederhana bentuknya dan
sangat luas sifatnya, para ahli sering mengambilnya sebagai contoh untuk
menjelaskan dasar-dasar dari semua proses belajar.
5. Teori Psikologi Gestalt
Belajar dimulai dari suatu
keseluruhan, kemudian menuju bagian-bagian. Dari hal-hal yang sangat kompleks
menuju hal-hal yang lebih sederhana. Keseluruhan memberikan makna pada
bagian-bagian. Bagian-bagian terjadi dalam suatu keseluruhan.
Bagian-bagian itu hanya bermakna dalam rangka keseluruhan tersebut.
Belajar adalah penyesuaian diri
dengan lingkungan. Seseorang belajar jika ia dapat bertindak dan berbuat sesui
dengan yang dipelajarinya. Belajar akan berhasil apabila tercapai kematangan
untuk memperoleh pengertian. Pengertian adalah kemampuan hubungan antara
berbagai faktor dalam situasi yang problematis. Belajar akan berhasil jika ada
tujuan yang berarti bagi individu.
Namun, menurut buku Pengantar Psikologi karya Robert S
Feldman memperjelas pengertian mengenai proses belajar yang merupakan hasil
penyelidikan para ahli psikologi, berikut ini kita perlu mengenal beberapa
teori belajar. Teori belajar yang dimaksud adalah :
1. Teori Conditioning
Conditioning sangat sederhana dan sangat luas sifatnya, para ahli
sering mengambilnya sebagai contoh untuk menjelaskan dasar-dasar dari semua
proses belajar. Meskipun demikian, kegunaan conditioning sebagai contoh bagi
belajar masih menjadi bahan perdebatan (Walker, 1967).
- Conditioning Klasik (Classical Conditioning)
Prinsip dasar dari model
conditioning klasik adalah sebuah unconditional stimulus (US), unconditioned
response (UR) dan conditioned stimulus (CS). US
sebagai objek dalam lingkungan organisme yang secara otomatis diperoleh tanpa
harus mempelajarinya terlebih dahulu atau dapat dikatakan sebagai suatu proses
yang nyata (UR)Sebagai contoh, seekor anjing meneteskan air liurnya (UR) ketika
melihat tulang (US).
Conditioning klasik timbul
ketika stimulus netral sebelumnya (CS) mampu menimbulkan respons yang nyata
atau terlihat dengan sendirinya. Hal ini terjadi melalui pemasangan yang
berulang-ulang antara US dan CS; dan CS disajikan dalam waktu yang bersamaan
dengan US. Pasangan ini masing-masing akan menghasilkan UR, karena UR merupakan
respon alami terhadap US. Conditioning klasik akan diperoleh pada saat US tidak
diperoleh, sehingga CS akan menghasilkan UR dari organisme tersebut.
Sebagai contoh seorang anak
selalu tertawa setiap kali melihat badut. Seandainya badut itu (US) dihubungkan
dengan iklan pada televisi untuk bubur sarapan pagi (CS) secara berulang-ulang,
anak itu tertawa pada pemasangan iklan ini karena adanya badut tersebut.
Conditioning klasik terjadi seandainya kotak bubur tersebut mampu membuat anak
tertawa meskipun tidak didapatinya seorang badut.
Kemudian anak tersebut
mengasosiasikan hal-hal yang menyenangkan dengan bubur tersebut meskipun tanpa
kehadiran badut. Teknik ini tentu sering digunakan oleh periklanan. Pengulangan
hubungan dari stimulus terlihat dalam pemindahan sifat-sifat reaksi yang
dihasilkan dari rangsangan atau stimulus yang satu (US) ke stimullus yang lain
(CS)
Menurutu Alexis S. Tan,
penelitian menunjukkan bahwa sejumlah faktor memengaruhi conditioning klasik
ini. Salah satunya adalah frekuensi pemasangan antara US dan CS. Lebih sering
pemasangan itu dilaksanakan, lebih kuat pula pengaruh penyesuaian itu. Selain
itu, juga proses belajar yang maksimum terjadi jika CS mendahului US beberapa
waktu, misalnya satu setengah detik (Tan, 19981: 92).
Teori conditioning mengartikan
belajar sebagai suatu proses perubahan yang terjadi disebabkan adanya
syarat-syarat (conditions) yang kemudian akan menimbulkan respons. Untuk menjadikan
orang itu belajar, kita harus memberikan syarat-syarat tertentu. Yang
terpenting dalam belajar, menurut teori conditioning adalah adanya
latihan-latihan yang Continue. Hal yang diutamakan pada teori ini adalah proses
dalam hal belajar yang terjadi secara otomatis.
Kelemahan conditioning klasik,
antara lain sebagai berikut: (Purwanto, 1995).
- Teori ini menganggap bahwa belajar
hanya terjadi secara otomatis, keaktifan dan penentuan dalam pribadi dalam
tidak dihiraukannya
- Peranan latihan/kebiasaan terlalu
ditonjolkan
- Teori conditioning sangat tepat jika
dihubungkan dengan kehidupan binatang
- Conditioning Operan (Operant Conditioning)
Istilah ini diciptakan oleh
Skinner, yang memiliki arti umum conditioning perilaku. Istilah “operan” di
sini berarti operasi (operation) yang pengaruhnya mengakibatkan
organisme melakukan suatu perbuatan pada lingkungannya, misalnya perilaku
bermotor yang biasanya merupakan perbuatan yang dilakukan secara sadar (Hardy
dan Heyes, 1985; Reber, 1988)
Berbeda halnya dengan prinsip
pada respondent conditioning (yang responnya didatangkan oleh
stimulus tertentu). Respon pada conditioning operan terjadi tanpa didahului
stimulus. Melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer sebenarnya
adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons
tertentu tetapi tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya,
seperti dalam classical respondent conditioning
Skinner sependapat dengan
Watson bahwa perilaku manusia selalu dikendalikan oleh faktor luar (faktor
lingkungan, rangsangan, atau stimulus). Ia mengatakan bahwa dengan memberikan
ganjaran positif (positive reinforcement/Reward), suatu perilaku
akan ditumbuhkan dan dikembangkan. Sebaliknya, jika diberikan ganjaran
negatif (negative reinforcement/Punishment), suatu perilaku akan dihambat.
Sebagai contoh, anak yang buang
air di celana selalu dimarahi ibunya (ganjaran negatif). Berbeda halnya jika
anak terlebih dahulu mengatakan kepada ibunya bahwa ia ingin buang air sehingga
ibu akan membawanya ke WC, maka anak itu akan dipuji ibunya (ganjaran positif).
Lama-kelamaan anak itu belajar buang air di WC, bukan di sembarang tempat.
Dalam hal lain, apabila anak itu mengatakan kepada ibunya bahwa ia ingin buang
air padahal ia tidak sakit perut, ibunya akan memarahinya apabila tidak mau
buang air karena sudah repot mendudukkannya di WC. Dengan demikian anak itu
belajar bahwa ia hanya boleh mengatakan “mau buang air” jika sakit perut.
Proses belajar seperti ini menurut Skinner dinamakan proses belajar operan
Teori ini juga memiliki
kelemahan. Diantara kelemahan-kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:
- Proses belajar dapat diamati secara
langsung, padahal belajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat
disaksikan dari luar
- Proses belahat bersifat
otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti gerakan mesin dan robot
- Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan perilaku hewan sangat tidak tidak diterima, mengingan mencoloknya perbedaan karakter fisik dan psikis antara manusia dan hewan
Proses Belajar dalam pandangan
psikologi Gestalt, bukan sekadar proses asosiasi antara stimulus-stimulus yang
semakin lama semakin kuat disebabkan adanya berbagai latihan atau
ulang-ulangan. Menurut aliran ini belajar itu terjadi apabila terdapat
pengertian (insight).
Insight atau Pengertian
tersebut akan muncul apabila seseorang, setelah beberapa saat, mencoba memahami
suatu permasalahan, kemudian akan muncul mengenai kejelasan, terlihat olehnya
hubungan antara unsur-unsur yang satu dengan yang lainnya, yang kemudian
dipahami sangkut pautnya, dan selanjutnya dimengerti maknanya.
Prinsip-prinsip dasar berikut
ini lebih merupakan rangkuman atau kesimpulan dari teori-teori Gestalt:
- Belajar dimulai dari suatu
keseluruhan, kemudian menuju bagian-bagian. Dari hal-hal yang sangat
kompleks menuju hal-hal yang lebih sederhana
- Keseluruhan memberikan makna pada
bagian-bagian. Bagian-bagian terjadi dalam suatu keseluruhan.
Bagian-bagian itu hanya bermakna dalam rangka keseluruhan tersebut
- Belajar adalah penyesuaian diri dengan
lingkungan. Seseorang belajar jika ia dapat bertindak dan berbuat sesuai
dengan yang dipelajarinya
- Belajar akan berhasil apabila tercapai
kematangan untuk memperoleh pengertian. Pengertian adalah kemaampuan
hubungan antara berbagai faktor dalam situasi yang problematis
- Belajar akan berhasil jika ada tujuan
yang berarti bagi individu
- Dalam proses belajar itu, individu
selalu aktif.
Posting Komentar untuk "Teori-teori tentang Belajar"