Anak Berbakat dalam Dunia Akademik Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Laporan hasil observasi anak berbakat dalam “Bidang Akademik Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam”
Disusun Oleh: Nurul
Khusna Khofiya Nida

Definisi Anak Berbakat
Sebelumnya definisi
dari anak berbakat menurut USOE (United States Office of Education), adalah
anak yang dapat membuktikan kemampuan berprestasinya yang tinggi dalam
bidang-bidang seperti intelektual, kreatif, artistik, kapasitas kepemimpinan
atau akademik spesifik dan mereka yang membutuhkan pelayanan atau aktivitas
yang tidak sama dengan yang disediakan di sekolah sehubungan dengan penemuan
kemampuan-kemampuannya (Hawadi, 2002).
Pendapat lain tentang definisi anak
berbakat tertuang dalam Depdiknas (2003), anak berbakat adalah mereka yang oleh
psikolog dan atau guru diidentifikasi sebagai peserta didik yang telah mencapai
prestasi memuaskan dan memiliki kemampuan intelektual umum. Kemampuan
intelektual yang telah di capai peserta didik meliputi pemahaman yang baik
terehadap materi pembelajaran, kreativitas yang memadai, dan keterikatan pada
tugas yang tergolong baik.
Setiap anak memiliki
bakat mereka masing- masing dan terkadang berbeda-beda. Salah satunya bakat
yang dimiliki oleh Akhmad Naufal Mujib, siswa kelas IX A Tsanawiyah TBS Kudus
yang berasal dari Karangmalang Gebog Kudus.
Putra dari Bapak Noor Afif Riyanto
dan adik dari penulis ini sendiri memiliki bakat akademik dalam bidang
Matematika dan IPA.
Aspek Intelekbudaya
(Terkait dengan kecerdasan dan kemampuan akademik)

Narasumber disini
memiliki bakat akdemik yaitu dalam pelajaran Matematika. Bakat yang ia miliki
dalam pelajaran matematika yakni dapat mengingat rumus matematika dengan baik
dan dapat menghitung dengan cepat tanpa menggunakan alat bantu kalkulator
bahkan pada bilangan desimal sekalipun.
Akan tetapi, penulis disini sering
mendapati nerasumber mengerjakan persoalan dengan menggunakan rumusnya sendiri
yang dianggap lebih mudah dan menghasilkan jawaban yang tepat. Dalam perlombaan tingkat sekolah ia
mendapatkan juara pertama, yang mana artinya ia merupakan siswa paling berbakat
di sekolah tersebut dalam bidang Matematika.
Sama halnya dengan
keberbakatannya dalam pelajaran matematika, dalam pelajaran IPA ia juga dapat
mengingat rumus-rumus fisika, teori-teori dalam biologi dengan baik, bahkan ia
pernah mengikuti perlombaan mata pelajaran IPA secara dadakan tanpa persiapan
belajar sama sekali dan hasil akhirnya sangat bagus.
Adanya kecerdasan
atau bakat yang dimiliki tentunya tidak lepas dari proses belajar. Hasil
observasi penulis dengan narasumber menghasilkan suatu kesimpulan bahwa
narasumber disini menggunakan proses belajar abstrak.
Baca Juga: Metode pembelajaran Behavioral
Yang mana proses belajar
abstrak disini adalah belajar yang menggunakan cara-cara berfikir abstrak yang
bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah yang tidak nyata dan
dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan pertahanan akal yang kuat
disamping penguasaan atas prinsip, konsep dan generalisasi.
Aspek Sifat Anak Berbakat
Sifat atau karakteristik
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar seseorang dan juga
kecerdasannya.

Ahli Psikologi asal
Amerika serikat, Miller dalam bukunya (1990), mengemukakan beberapa
karakteristik dan perilaku yang menunjukkan adanya bakat matematika pada anak
sebagai berikut:
1. Kesadaran yang
sangat tinggi dan rasa ingin tahu yang sangat kuat tentang informasi numerik.
2. Selain kesadaran
yang tinggi, juga dibutuhkan kecepatan yang luar biasa dalam belajar, memahami,
dan menerapkan ide-ide matematika.
3. Kemampuan yang
tinggi untuk berpikir dan bekerja secara abstrak dan kemampuan untuk melihat pola-pola
dan hubungan matematika.
4. Kemampuan luar
biasa untuk berpikir dan mengerjakan soal-soal matematika secara fleksibel dan
kreatif, bukan dengan cara biasa.
5. Kemampuan luar
biasa untuk mentransfer hasil belajar ke dalam situasi-situasi matematika baru
yang belum pernah diajarkan.
Dari hasil observasi
penulis juga menemukan beberapa sifat dari narasumber terkait dengan bakatnya
di bidang Matematika dan IPA.
Narasumber atau
katakanlah Naufal, memiliki kebiasaan meremehkan atau mengacuhkan jika besok
adalah ulangan Matematika dan IPA. Hal itu dikarenakan ia sudah merasa mampu
untuk mengerjakan soal Matematika dan IPA dengan baik meskipun tanpa belajar.
Akan tetapi, jika ia belajar perhitungan dan ketika ia tidak menemukan
jawabannya maka ia akan terus berusaha sampai menemukan hasil yang benar.
Kebiasaan dia ternyata tidak berlawanan dengan teori yang telah dikemukakan
Miller (1990) yang mengatakan bahwa rasa ingin tahu yang sangat kuat tentang
informasi numerik.
Ia juga menerapkan
sifat baik bagi teman-temannya yang kurang memahami pelajaran matematika yang
mana ia kuat di bidang verbal dan angka-angka lalu mengarahkan teman sebaya
dengan cara-cara positif dan sangat membantu teman-temannya.
Aspek Keluarga

Dalam psikologi
umum, Keluarga merupakan aspek pertama yang mempengaruhi perkembangan seorang
anak. Pakar Psikologi Monks dalam bukunya (1992 dalam Monks & Katzko, 2005)
mengemukakan tiga elemen lingkungan sosial yang sangat mempunyai pengaruh dalam
mewujudkan potensi anak berbakat yaitu, keluarga, sekolah, dan lingkungan
sebaya.
Monks dan Ypenburg juga mengungkapkan dalam bukunya (1995 dalam Tiel
dkk, 2007) bahwa potensi keberbakatan yang dimiliki oleh anak tidak akan
terwujud jika tidak mendapat dukungan yang baik dari tiga elemen tersebut,
yaitu keluarga, sekolah, dan lingkungan sebaya.
Seperti yang telah
dikemukakan oleh Monks tersebut, sama halnya dengan narasumber disini juga
mendapat dukungan dari orang tua untuk meneruskan bakat Matematika dan IPA yang
dimilikinya.
Salah satu bentuk dukungan
yang di berikan orang tua untuk narasumber disini adalah dengan memberikan
fasilitas yang menunjang pembelajaran seperti kalkulator, handbook rumus Matematika
dan IPA. Dengan adanya dukungan yang diberikan orang tua ternyata memiliki
dampak positif bagi siswa itu sendiri.
Seperti halnya narasumber disini juga
mengalami hal yang serupa yakni lebih giat mempelajari rumus-rumus baru yang
dianggapnya belum menguasai dengan membaca buku pemberian dari orang tua atau
keluarga. Disini keluarga juga berperan sebagai sarana bagi siswa untuk
menunjukkan masa depan yang baik dengan adanya dukungan terhadap bakat yang
dimiliki.
Referensi Bacaan
- Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
- Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. Oleh: Hidayatul Masruroh dan Iwan wahyu Hidayat.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussetiap anak yang terlahir ke dunia, sudah di bekali dengan bakatnya masing-masing. entah nanti bakatnya dapat berkembang atau sulit berkembang tergantung lingkungannya memang. jadi saya setuju sama laporan di atas, bahwa Keluarga, lingkungan, dan sekolah merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan bakat seorang anak... Nice Post Min...
BalasHapusApa cuma w doang yang suka IPA dan gak suka MTK pas masih kecil? :V
BalasHapusBtw, komen balik ya ke animangakun.blogspot.com
Gw dulu suka keduanya waktu Sd, tapi smp sma kurang terlalu.. malah pelajaran yg kutang diminati...hehe
BalasHapus