Kompetisi Pembelajaran Yang Kondusif Menurut Lev Vygotsky

Initentangpsikologi - Dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa
dalam pembelajaran diperlukan adanya kompetisi yang sehat dalam sebuah
pengajaran. Yang tentunya akan memberikan dampak yang positif bagi semua siswa
yang terlibat selama proses pembelajaran terebut berlangsung. Adapun kompetisi
tersebut dapat berupa:
Peer Tutoring
Peer Tutoring atau bisa disebut dengan
tutor sebaya ini merupakan sebuah prosedur dimana siswa mengajar siswa yang
lainya. Tujuan dilakukannya metode tutor dengan sebaya ini karena tidak semua
siswa dapat terbuka dengan gurunya (misalkan ia mempunyai pertanyaan tetapi
takut untuk menanyakan kepada guru).
Akan tetapi ia mungkin akan dapat lebih
terbuka jika dengan teman sebaya (saya sendiri pun sering melakukan ini jika
dalam proses pembelajaran kurang dimengerti saya cenderung menanyakannya kepada
teman, jika teman tidak bisa menjawab barulah menanyakan kepada guru atau
pengajar).
Dengan adanya tutor sebaya
ini, siswa yang kurang aktif dapat menjadi aktif dan tidak lagi malu bertanya
dan menyampaikan pendapat mereka. Sehingga, hasil dari pembelajaran dengan
metode tutor sebaya ini bisa membuat siswa yang mungkin memiliki keterlambatan
dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan pengajar dapat mengejar
keterlambatannya melalui tutor sebaya ini.
Tak bisa dipungkiri jika metode
tutor sebaya ini memiliki manfaat yang banyak bagi siswa; mereka akan
mendapatkan pengalaman yang berkesan dan akan mempererat hubungan sosial dengan
temannya, apalagi metode ini dapat diterapkan di tiap jenjang. Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi
tutor akan mendapat pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih kreatif
dalam menerima pelajaran.
Adapan keunggulan dari pembelajaran dengan metode
tutor sebaya ini adalah bisa memperkecil atau bahkan menghilangkan kesenjangan
antara siswa dengan capaian prestasi tinggi dan siswa yang capaian prestasinya
rendah. Intinya adalah, pembelajaran ini sangat
dibutuhkan oleh para siswa, jadi sangat disarankan seorang pengajar mempratikan
metode ini dalam proses kegiatan yang dipimpinnya.
Tingkatan
pengetahuan atau pengetahuan berjenjang disebut sebagai Scaffolding

Metode Scaffolding dapat dikatakan
sebagai proses pembelajaran dimana seorang guru atau pengajar memiliki
keterlibatan yang besar terhadap siswa terutama dimasa awal-awal proses
pembelajaran karena siswa harus menyesuaikan diri terlebih dahulu.
Seiring
berjalannya waktu pengajar sedikit demi sedikit mengurangi keterlibatannya dan
memberikan kesempatan kepada siswanya untuk menjalankan tanggung jawabnya
sendiri. Bantuan yang diberikan oleh pengajar
dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam
bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat menyelesaikanya secara mandiri.
Cara membentuk
regulasi diri
Ada beberapa
tahap yang harus dicapai guna mencapai regulasi diri, antara lain :
- Tahap Perkembangan Aktual (Tahap I)
Tahap ini merupakan tahap dimana siswa
mencoba memahami suatu pengetahuan sesuai dengan bahasa yang dipahami, dengan
bantuan tutor menjadikan siswa lebih mudah memahami pengetahuan yang sedang ia
pelajari.
- Tahap Perkembangan Potensial (Tahap II)
Setelah mampu memahami pengetahuan sesuai
dengan pemahamannya sendiri . hal ini dapat diartikan bahwa siswa sudah mampu
untuk melaksanakan tugas sendiri namun masih sering melakukan kesahalan, dalam
kondisi ini siswa masih perlu didampingi tutor.
- Tahap Internalisasi (Tahap III)
Pada tahap ke tiga siswa sudah mampu
mandiri dan tidak memerlukan bantuan dari tutor untuk menyelesaikan tugasnya,
setelah ia mencapai kemandirian ia akan mencoba untuk bersosialisasi dengan
lingkungannya dan mengulang kembali apa yang sudah ia pelajari sebelumnya.

Inti dari teori belajar sosiokultur ini
adalah penggunaan alat berfikir seseorang yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan
sosial budayanya. Lingkungan sosial budaya akan menyebabkan semakin kompleksnya kemampuan yang dimiliki oleh setiap
individu.
Baca Juga: Teori-Teori Tentang Belajar
Berdasarkan teori Lev Vygotsky, Yuliani menyimpulkan beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan dalam proses
pembelajaran, yaitu :
1. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya
anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan
proksimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang.
2. Pembelajaran perlu dikaitkan dengan
tingkat perkembangan potensialnya dari pada perkembangan aktualnya.
3. Dalam proses pembelajaran siswa lebih
diarahkan pada penerapan strategi dalam upaya mengembangkan dan memaksimalkan
kemampuan-kemampuan intermentalnya daripada kemampuan-kemampuan intramentalnya.
4. Anak diberikan kesempatan yang luas untuk
mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural untuk melakukan
tugas-tugas dan memecahkan masalah.
5. Proses Belajar dan pembelajaran yang
dilakukan tidak hanya bersifat transferal (pengajar atau guru membagikan
ilmunya kepada siswa) tetapi lebih memfokuskan juga konstruksi atau pembangunan
dalam penerapan pembelajaran dengan teori belajar sosiokultural.
Oleh karenanya
seorang guru memerankan perannya sebagai motivator yang memfasilitasi dan
memberikan rangsangan sehingga siswa dapat aktif dan memiliki
gairah untuk berfikir, fasilitator, yang membantu menunjukkan jalan keluar bila
siswa menemukan hambatan dalam proses berfikir, menejer yang mengelola sumber
belajar, serta sebagai rewarder yang memberikan penghargaan pada prestasi yang
dicapai siswa, sehingga mampu meningkatkan motivasi yang lebih tinggi dari
dalam diri siswa. Pada intinya, siswalah yang dapat menyelesaikan
permasalahannya sendiri untuk membangun ilmu pengetahuan.
Sampai disini dulu pembahasan mengenai
kompetisi pembelajaran kondusif menurut Lev Vygotsky, semoga dengan membaca
artikel ini dapat memberikan manfaat terutama bagi tenaga pendidik ataupun
orangtua dengan mencoba menerapkan beberapa metode pembelajaran yang sudah
dibahas diatas.
Posting Komentar untuk "Kompetisi Pembelajaran Yang Kondusif Menurut Lev Vygotsky"