Primal Leadership - Pengertian, Pengaruh, dan Karakteristik Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

Pengertian Primal Leadership
Primal Leadership berarti sebuah
kepemimpinan berdasarkan kecerdasan emosi. Kecerdasan emosional seseorang
ditempat kerja ada hubungannya dengan kematangan emosi yang dimiliki seseorang;
seperti kesadaran diri, empati dan lainnya. Tugas emosi ini bersifat primal
atau utama dalam artian; tugas emosi ini merupakan tidakan yang orisinal
sekaligus paling penting dalam kepemimpinan.
Di dalam sejarah dan budaya
manapun, pemimpin adalah seorang yang menjadi tumpuan dalam mencari kepastian
dan kejelasan ketika menghadapi ketidakpastian atau ancaman, atau ketika ada
tugas yang harus diselesaikan. Pemimpin bertindak sebagai orang yang membimbing
emosi kelompoknya. Pemimpin selalu memainkan peran emosi yang primordial.
Dalam organisasi modern, tugas emosi yang
primordial ini merupakan tugas yang paling penting diantara tugas kepemimpinan
lainya seperti menggerakkan emosi kolektif ke arah yang lebih positif. Walaupun
tidak tertampak secara jelas tapi hal tersebut akan dilakukan seorang pemimpin
dalam masa kepemimpinannya.
Sebenarnya seorang pemimpin mempunyai daya maksimal
dalam mengarahkan emosi kelompoknya. Jika emosi orang-orang didorong ke arah
antusiasme maka kinerja akan meningkat, jika orang-orang didorong ke arah
kecemasan, kinerjanya akan menurun. Hal ini menunjukan aspek penting dari
Primal Leadership.
Jika seorang pemimpin menggerakkan emosi secara positif, ia
akan memancing sisi positif dari setiap orang-orang dikelompoknya. Seorang
pemimpin yang memaksimalkan manfaat primal leadership akan menggerakan emosi
pengikutnya ke arah yang benar.
Baca Juga: Authentic Leadership - Pengertian,Konsep, Karakteristik dan Tolak ukur Kepemimpinan Otentik
Pengaruh Kecerdasan Emosi dalam Kepemimpinan

Kecerdasan emosi adalah kemampuan
seseorang dalam menerima, memahami, mengelola serta mengonntrol dirinya sendiri
dan orang lain disekitarnya. Kecerdasan emosional tidak kalah penting dengan
kecerdasan intelektual.
Menurut Goleman (1999) kecerdasan emosi merujuk kepada
kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan
memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri
sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Ia mengutip dari berbagai
penelitian bahwa kecerdasan emosi mempunyai peranan yang sangat penting untuk
sukses di dalam dunia usaha. Pemimpin yang baik itu memiliki emosi yang stabil.
Artinya ia tidak mudah marah, tersinggung perasaan, dan tidak meledak-ledak
secara emosional.
Emosi itu sangat intens, singkat dan
sering kali dapat merubah suasana hati seseorang. Meskipun dari sudut pandang
kepemimpinan, emosi dan suasana hati bisa sangat terlihat tidak penting, tetapi
keduanya mempunyai konsekuensi yang nyata terhadap penyelesaian pekerjaan.
Seorang pemimpin yang mengalami kecemasan berarti menandakan bahwa ada suatu
hal yang harus lebih diperhatikan dan dipikirkan dengan cermat. Bahkan, apabila
seorang pemimpin mempunyai suasana hati yang tenang dapat sangat membantu ketika
mempertimbangkan sebuah situasi yang beresiko.
Suasana hati yang baik maupun buruk akan
susah dihilangkan, karena suasana hati memutarbalikan persepsi dan memori.
Ketika orang sedang gembira, mereka akan selalu berfikiran positif dan begitu
juga sebaliknya ketika merasa buruk seseorang akan terfokus pada sisi gelap.
Di
balik pemutarbalikkan persepsi ini, sejumlah besar hormone stress yang
dilepaskan ketika seseorang merasa kesal membutuhkan waktu yang lama sampai
berjam-jam untuk diserap kembali di dalam tubuh dan memudar.
Itulah sebabnya
mengapa hubungan yang tidak baik dengan seorang pemimpin bisa membuat seseorang
terperangkap dalam stres, dengan pikiran yang negative dan tubuhnya tidak
mampu menenangkan dirinya sendiri. Akibatnya, kita lebih memilih bersama
orang-orang yang positif secara emosional karena mereka membuat kita nyaman
berada sekitarnya.
Keadaan emosi dan tindakan seorang
pemimpin berpengaruh pada perasaan orang-orang yang dipimpinya, dan akibatnya
berpengaruh pada kinerja. Walaupun tidak kasat mata tapi hal tersebut bisa
menjadi sangat urgent dalam sebuah kepemimpinan.
Maka dari itu seorang pemimpi
perlu mengelola suasana hatinya sendiri dan mempengaruhi suasana hati orang
lain karena hal tersebut merupakan faktor yang menentukan jalannya sebuah
pekerjaan.
Karakteristik Primal Leadership

Pemimpin yang dapat memanfaatkan dengan
baik Primal leadership akan menghasilkan kepemimpinan yang resonansi. Artinya
adalah bagaimana seorang pemimpin mampu merasakan juga apa yang dirasakan oleh
pengikutnya atau bawahannya (empati).
Seberapa baik seorang pemimpin mengelola dan
mengarahkan perasaan-perasan bawahannya tergantung pada kecerdasan
emosionalnya. Bagi pemimpin yang cerdas secara emosi, resonansi akan terjadi
secara alami. Ada beberapa karakteristik yang perlu dimilik pemimpin yang
resonan ini :
1. Kesadaran diri
Pemimpin yang memiliki kesadaran diri dapat
mengenali emosi yang terdapat pada dirinya, mengenali bagaimana perasaaan dapat
memengaruhi kinerja mereka. Mereka juga mengetahi kapan mereka harus meminta
bantuan dan dimana ia harus memusatkan perhatian untuk menumbuhkan kekuatan
kepemimpinan yang baru.
Mereka juga memiliki kepercayaan diri
yang tinggi, oleh karena itu mereka terlihat menonjol dalam kelompok.
2. Pengendalian Diri
Pemimpin yang memiliki kendali diri akan
menemukan cara-cara untuk mengelola emosi mereka yang sedang buruk, bahkan
mampu menyalurkan dalam cara-cara yang bermanfaat. Mereka juga sangat mudah
dalam menyesuaikin diri bisa menghadapi berbagai tuntutan tanpa kehilangan
fokus mereka.
3. Kesadaran Sosial
Pemimpin yang memiliki kesadaran sosial
yang tinggi biasanya memiliki rasa empati yang tinggi pula. Mereka mampu
memahami sudut pandang orang lain dengan baik. Dengan memiliki rasa empati,
seorang pemimpin dapat berelasi dengan baik dengan orang-orang yang
berlatarbelakang berbeda.
4. Pengelolaan Relasi
Pemimpin yang menginspirasi akan
menciptakan resonansi serta menggerakkan orang dengan visi yang menyemangati.
Mereka juga mahir dalam mempengaruhi misalnya kemampuan membujuk. Mereka akan
sangat baik dalam mengelola konflik, memahami berbagai sudut pandang yang
berbeda dan mencari jalan keluar bersama. Hubungan kekerabata mereka dengan
bawahanya sangat baik contohnya ramah, memberika penghargaan berupa senyuman
atau lainnya.
Dengan memiliki karakteristik seperti
diatas, seorang pemimpin akan mempunyai kecakapan emosi yang baik, yang
nantinya akan diaplikasikan dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. Pemimpin
kan memiliki kepekaan yang tinggi sehingga dapat memahami perasaan dan
harapan-harapan bawahannya. Di bawah bimbingan pemimpin yang cerdas secara
emosi orang-orang akan merasakan kenyamanan sehingga kinerjanya menjadi bagus.
Daftar Pustaka
- Komariah, Aan. 2012. Authentic Leadership Kepala Sekolah Dalam Menanamkan Sistem Nilai. Jurnal Ilmu Pendidikan, 18(2) : 194-200
- Kartono, Kartini. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan (Apakah Pemimpin Abnormal itu?). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
memanglah seorang pemimping haruslah cerdas, pintar, bijaksana, adil dan lain sebagainya. Karena seorang pemimpin merupakan ketua dari anggotanya, otomatis menjadi tauladan bagi anggota-anggotanya, terimakasih informasinya semoga bermanfaat
BalasHapusIya sama-sama, terimakasih juga sudah berkunjung.
Hapus