Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kompleksitas Belajar Sikap dalam Komunitas Masyarakat

Pengertian Kompleksitas

Kompleksitas kata dasarnya kompleks, diambil dari kata complex yang artinya rumit, sedangkan kompleksitas artinya kerumitan. Untuk memperoleh pengertian dasar, semula para peminat studi kompleksitas memberi batasan bahwa kompleksitas pada prinsipnya suatu keadaan antara keteraturan dan kesemrawutan (a condition between order and chaos).

Sikap dalam Komunitas Masyarakat
Ilustrasi (pexels.com)

Terdapat perubahan yang membawa unsur-unsur baru sehingga terjadi ketidak sederhanaan, ketidak biasaan dan ketidak normalan.

Selanjutnya dalam pengertian yang luas kompleksitas itu dikatakan sebagai suatu keadaan yang memuat unsur-unsur campuran antara:

Yang lama dengan yang baru, yang asli dengan yang muncul kemudian, yang sederhana dengan yang rumit, yang tetap dengan yang berubah, yang positif dengan yang negatif, yang dapat dikendalikan dengan yang tidak dapat dikendalikan, yang bertahan lama dengan yang berubah, yang hilang dengan yang timbul. 

Kemudian kompleksitas pun berkenaan dengan benda fisikal, benda non-fisikal, keadaan dan sifat-sifatnya, bentuk, ukuran, dan fungsinya. Sehingga pada akhirnya kompleksitas ini berkenaan dengan segala makhluk, yang diciptakan dan serba berubah.

Kompleksitas dengan perkembangannya sebagai suatu keniscayaan, hal ini disebabkan oleh adanya perubahan secara fisikal maupun non-fisikal, secara terus menerus ada pecahan berpasangan dua-dua (the Law of Bifurcation). Maksudnya ada percampuran baru dengan lama atau baru dengan baru, ada pertumbuhan ada perkembangan.

Dalam proses perubahan itu ada unsur negatif, unsur positif serta unsur netral. Ada hubungan dan pertemuan lanjutan lagi antara unsur positif-negatif, positif-positif, negatif-negatif. Ada yang menjadi stabil adapula yang jadi labil, ada yang lanjut ada yang berhenti, ada yang terhenti bahkan mati, sebagaimana hukum survival of the fittest, yang lebih mendesak dan menggangu bahkan merusak keseimbangan menurut sistem kebersamaan yang lama.

Kompleksitas adalah kualitas yang memungkinkan sesuatu tersusun dari sejumlah besar unsur, yang diatur secara lebih ketat di antara unsur-unsur itu. Kompleksitas bukanlah semata-mata soal besarnya unsur yang dikandung sesuatu hal, tetapi lebih soal organisasi dari unsur itu.

Bagus (2000), Ada dua jenis kompleksitas yang berpengaruh pada pengembangan sistem yaitu kompleksitas tugas dan kompleksitas sistem. Kompleksitas tugas yaitu sesuatu yang berasal dari lingkungan pemakai dan berkaitan dengan ambiguitas dan ketidak pastian yang ada di sekitar dunia bisnis atau lingkungan organisasi.

Sedangkan kompleksitas sistem yaitu sesuatu yang berasal dari lingkungan pengembang dan berkaitan dengan ambiguitas dan ketidakpastian yang terjadi di sekitar pengembangan sistem.

Baca Juga: Masyarakat Cyber dan Lenyapnya Batas Sosial

Pengertian Belajar

Menurut Skinner (dalam Mudjiono dan Dimyati, 2006. Belajar didefenisikan sebagai suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.

Maka dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau praktek yang diperkuat. Belajar merupakan hasil dari interaksi antara stimulus dan respon.

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilaku. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah bahwa bentuk input dan output dari stimulus dalam bentuk tanggapan.

Sikap dalam Komunitas Masyarakat

Pengertian Sikap

Sebelum dibahas lebih jauh mengenai sikap dalam komunitas masyarakat, terlebih dahulu akan dibahas mengenai pengertian sikap kemudian pengertian masyarakat. Keduanya akan saling dikaitkan satu sama lain, karena sikap masyarakat berasal dari dua kata yaitu sikap dan masyarakat yang mana keduanya memiliki pengertian masing-masing.

Sikap merupakan suatu respon terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh keyakinan dan pengetahuan terhadap objek tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Feldman, dkk (dalam Masiming, 2008:3) menyatakan bahwa. 

Sikap merupakan keseluruhan sistem dari komponen-komponen kognitif, afektif dan behavioral di mana di dalamnya terdapat aspek evaluasi. Dalam hal ini sikap diartikan sebagai kesiapan merespon atau bertingkah laku dalam cara-cara tertentu dan kesiapan itu dipengaruhi oleh aspek pikir, keyakinan, komponen kognitif, perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek (komponen afektif).

Lebih lanjut mengenai pengertian sikap menurut Eagle dan Chaiken (dalam Wawan dan Dewi, 2010:20) mengemukakan bahwa. 

“Sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap objek sikap yang diekspresikan ke dalam proses. Proses kognitif, afektif (emosi) dan perilaku”.

Sedangkan Bimo Walgito (dalam Sunaryo 2004:196) mengatakan.  

“Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seorang mengenai objek atau situasi yang relatif normal, yang disertai adannya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya”.

Pendapat lain mengenai sikap dikemukakan oleh Thurstone (dalam Mueller, 1996:4). 

“Sikap adalah pengaruh atau penolakan, penilaian, suka atau tidak suka, atau kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu objek psikologis”.

Kurt (dalam Ahmadi, 2002:163) berpendapat.

Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologi apabila ia suka (like) atau memiliki sikap yang baik (favorable). Sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap negatif terhadap objek psikologi bila ia tidak suka (dislike) atau sikapnya tidak baik (unfavorable) terhadap objek psikologi”. 

Bedasarkan pendapat dari beberapa tokoh yang telah dijelaskan di atas maka, sikap adalah respon yang diberikan seseorang terhadap hasil penilaian atau evaluasi mengenai suatu objek yang dipengaruhi oleh aspek keyakinan dan pengetahuan. Sehingga mencerminkan perasaan suka atau tidak suka, penerimaan atau penolakan, dan kepositifan atau kenegatifan terhadap objek tersebut.

Dari pengertian sikap di atas dapat diketahui bahwa ciri khas dari sikap adalah empunyai objek tertentu (orang, perilaku, konsep, situasi, benda, lembaga, dan sebagainya). Mengandung penilaian (setuju, tidak setuju, suka, tidak suka). 

Baca Juga: Pengaruh Kelompok Pada Perilaku Komunikasi

Teori Sikap

Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan). Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Ajzen. Teori ini menghubungkan antara keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak (intention) dan perilaku (behavior).

Menurut Fishbein dan Ajzen (dalam Zuchdi, 1995:52), di antara variabel sikap dan perilaku (tindakan) ada variabel yang mendasarinya yaitu maksud (disposisi). Seseorang yang akan mendukung suatu tindakan didasari oleh maksud tertentu. Seseorang yang yakin bahwa tindakan yang akan dilakukan menimbulkan dampak positif pada dirinya, ia akan bersikap cenderung mendukung tindakan tersebut. Demikian pula sebaliknya jika ia yakin tindakan yang akan dilakukan berdampak negatif pada dirinya, ia bersikap menolak mendukung tindakan tersebut.

Menurut teori ini, keyakinan pribadi dan keyakinan kelompok dapat menentukan tindakan seseorang. Apabila seseorang yakin bahwa tindakannya itu akan disetujui oleh kelompoknya atau lingkungan sosialnya, maka ia akan melakukannya. Sebaliknya, jika lingkungan sosialnya tidak akan mendukungnya maka ia tidak mendukung tindakan tersebut.

Teori ini menempatkan sikap sebagai fungsi keyakinan tindakan manusia dilakukan berdasarkan maksud tertentu dan ditentukan oleh keyakinan pribadi dan keyakinan kelompok.

Baca Juga: 3 Tipe Kelompok Menurut Para Ahli

Teori Konsistensi Kognitif-Afektif

Teori konsistensi kognitif-afektif dikembangkan oleh Ressenberg. Menurut teori ini, sikap seseorang dapat dipengarui oleh orang lain. Teori ini berusaha membuat kognitif (pengetahuan) seseorang konsisten dengan afektifnya (perasaan).

Menurut Walgito (2003:173), “Suatu hal penting dalam penerapan teori ini adalah dalam kaitannya dengan perubahan sikap, karena hubungan komponen afektif dengan komponen kognitifnya konsisten, maka bila komponen afektifnya berubah maka komponen kognitifnya juga berubah”.

Sebagai contoh seseorang membatalkan kemauannya untuk makan direstoran “A, karena temannya memberitahu bahwa restoran tersebut tidak halal, padahal dia belum pernah makan di restoran tersebut. Di sini jelas bahwa telah terjadi dialog antara kognitif dan afektif hingga mencapai konsistensi pada tingkat tertentu. (Hadiwinarto, 2009:119). 

Berdasarkan pendapat para tokoh di atas maka, sikap dalam teori konsistensi koginitif-afektif adalah penilaian seseorang terhadap suatu kejadian atau objek akan mempengaruhi keyakinan orang lain sehingga dapat menimbulkan perubahan sikap seseorang.

Struktur Sikap

Dilihat dari strukturnya, sikap terdiri atas tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.

Komponen Kognitif; merupakan pengetahuan seseorang terhadap suatu objek sikap. Menurut Zuchdi (1995:53), komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotip yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Persepsi dan kepercayaan seseorang mengenai objek sikap berwujud pandangan (opini) dan sering kali merupakan stereotip atau sesuatu yang telah terpolakan dalam pikirannya.

Komponen Afektif; Menurut Zuchdi (1995:53), komponen afektif melibatkan perasaan atau emosi. Reaksi emosional kita terhadap suatu objek akan membentuk sikap positif atau negatif terhadap objek tersebut. Reaksi emosional ini banyak ditentukan oleh kepercayaan terhadap suatu objek, yakni kepercayaan suatu objek baik atau tidak baik, bermanfaat atau tidak bermanfaat.

Komponen Konatif; merupakan aspek kecenderungan bertindak sesuai dengan sikapnya. Menurut Azwar (dalam Zuchdi, 1995:53) mengatakan bahwa komponen konatif atau kecenderungan bertindak (berperilaku) dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap.

Perilaku seseorang dalam situasi tertentu dan dalam situasi menghadapi stimulus tertentu, banyak ditentukan oleh kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual.

Komponen kognitif, afektif, dan konatif merupakan suatu komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Ketiga komponen tersebut berada dalam ikatan satu sistem yang tak terpisahkan.

Berdasarkan pendapat para tokoh tersebut maka, komponen kognitif ialah komponen berupa persepsi, kepercayaan, dan stereotip yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Komponen afektif ialah perasaan atau emosi yang membentuk sikap positif atau negatif terhadap objek sikap. Komponen konatif ialah aspek kecenderungan bertindak sesuai dengan sikapnya.

Fungsi dari Sikap

Sedangkan fungsi dari sikap (tugas) dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:

1) Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri.

2) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku.

3) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman.

4) Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian.

Pembentukan dan Perubahan Sikap

Sikap timbul karena ada stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang seperti lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya: keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap putra-putranya. Sebab keluargalah sebagai kelompok primer bagi anak sehingga memiliki pengaruh yang paling dominan.

Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ini bukan berarti orang yang diam saja tidak bersikap, Ia bersikap juga namun bentuknya diam. Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya: ekonomi, politik, agama dan sebagainya.

Di dalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan, norma-norma atau kelompok. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antara individu yang satu dengan yang lain karena perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia, terhadap objek tertentu atau suatu objek.

Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap; 1) faktor intern: yaitu manusia itu sendiri, 2) faktor ekstern: yaitu faktor manusia lain atau lingkungan dari luar.

Dalam hal ini SHERIF mengemukakan bahwa sikap itu dapat diubah atau dibentuk apabila:

1. Terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia.

2. Adanya komunikasi (yaitu hubungan langsung) dan satu pihak.

Faktor ini pun masih tergantung pula adanya:

1. Sumber penerangan itu memperoleh kepercayaan orang banyak atau tidak.

2. Ragu-ragu atau tidaknya menghadapi fakta dan isi sikap baru itu.

Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya, sikap terbentuk dalam hubungannya dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan di dalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi dan sebagainya.

Terdapat banyak kemungkinan yang mempengaruhi timbulnya sikap. Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari-hari banyak memiliki peranan. Keluarga yang terdiri dari: orang tua, saudara-saudara di rumah memiliki peranan yang penting.

Baca Juga: Norma-Norma Kelompok Sosial

Tinjauan Tentang Komunitas

Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berarti "kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak". Komunitas sebagai sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama.

Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa.

Soenarno (2002), Definisi Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional. Pengertian komunitas menurut Kertajaya Hermawan (2008), adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, di mana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values.

Dengan demikian suatu komunitas merupakan suatu kelompok sosial yang dapat dinyatakan sebagai “masyarakat setempat”. Suatu kelompok yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu dengan batas-batas tertentu pula, di mana kelompok itu dapat memenuhi kebutuhan hidup dan dilingkupi oleh perasaan kelompok serta interaksi yang lebih besar di antara para anggotanya.

Menurut Crow dan Allan, Komunitas dapat terbagi menjadi 2 komponen:

1. Berdasarkan lokasi atau tempat wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat di mana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis. 

2. Berdasarkan minat sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas karena mempunyai ketertarikan dan minat yang sama. Misalnya agama, pekerjaan, suku, dan ras.

Pengertian Masyarakat

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainya. Hal inilah yang melatar belakangi terbentuknya suatu masyarakat.

Menurut Soemardjan (dalam Soekanto, 2006:22), Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mempunyai kesamaan wilayah, identitas, kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan. Kemudian ditandai oleh hubungan sosial tertentu. Dasar-dasar masyarakat adalah lokalitas dan perasaan. (Soekanto dalam Ismawati, 2012:51).

Sejalan dengan pendapat tokoh di atas, Abdulsyaini (2007:32) mengemukakan. 

“Masyarakat adalah kelompok manusia yang tersebar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama”.

Sedangkan menurut Horton (dalam Bagja, 2007:10) mengemukakan bahwa.

“Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang relative mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu”.

Berdasarkan pendapat tokoh maka dapat diambil kesimpulan bahwa, masyarakat adalah sekumpulan manusia yang menempati suatu wilayah tertentu dengan jangka waktu yang cukup lama serta terikat oleh faktor persamaan rasa persatuan sehingga menghasilkan kebiasaan, tradisi, dan sikap yang sama.

Setelah mengetahui pengertian sikap dan masyarakat dari penjelasan para tokoh sebelumnya maka, yang dimaksud sikap komunitas masyarakat adalah respon yang diberikan oleh sekelompok manusia yang menempati suatu wilayah yang sama terhadap hasil penilaian mengenai suatu objek sikap yang mencerminkan perasaan positif atau negatif terhadap objek tersebut.  

 

Penulis: M. Atiqul J (1707016037)

Posting Komentar untuk "Kompleksitas Belajar Sikap dalam Komunitas Masyarakat"