Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pemberdayaan Komunitas

Initentangpsikologi.com - Pemberdayaan merupakan penciptaan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Asumsi yang mendasari landasan tersebut yaitu masyarakat tidak mempunyai daya.

Pemberdayaan Komunitas
Ilustrasi (pexels.com)

Semua masyarakat pasti mempunyai daya, akan tetapi banyak orang tidak menyadari akan daya yang dimiliki. Jika asumsi ini berkembang maka pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya dengan cara mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki lalu dikembangkan.

Selain itu, pemberdayaan jangan sampai membuat masyarakat menjadi ketergantungan (charity) tetapi menjadikan masyarakat lebih mandiri (Winarni, 1998).

Kemandirian masyarakat akan berdampak pada bagaimana cara mereka dalam mengatasi dan mengambil keputusan ketika ada suatu permasalahan karena dari kedua hal tersebut pasti menggunakan daya kemampuan yang mereka miliki.

Daya kemampuan yang dimaksud meliputi kognitif, konatif, psikomotorik, dan sumber daya lainnya yang berbentuk materi atau fisik.

Kemandirian masyarakat yang dimiliki diperoleh dari hasil belajar. Sehingga masyarakat mampu dalam mengambil keputusan atau mengatasi suatu permasalahan dengan tepat atau mandiri.

Sumodiningrat (2000) menjelaskan bahwa keberdayaan masyarakat yang ditandai dengan adanya kemandirian dapat dicapai melalui proses pemberdayaan masyarakat dalam mengaktualisasikan dirinya untuk mencapai titik kesuksesan.

Alwisol (2011), seseorang gagal mencapai aktualisasi diri karena mereka takut menyadari kelemahan dirinya sendiri. Masyarakat dapat mendorong orang-orangnya mengejar aktualisasi diri.

Seperti contoh sekolah, guru dapat mendorong siswanya mengejar aktualisasi diri dengan cara memberi siswa kepuasan perasaan aman, kebersamaan (kasih sayang) dan self esteem.

Maslow mengemukakan dua jalur untuk mencapai aktualisasi diri, jalur belajar (untuk mengembangkan diri secara optimal pada semua tingkat kebutuhan hirarki) dan jalur pengalaman puncak. 

Baca Juga: Pengambilan Keputusan dalam Perilaku Berorganisasi

Aktualisasi diri melalui jalur belajar dan pengembangan diri

Ada delapan model tingkah laku yang harus dipelajari dan dilakukan supaya orang dapat mencapai aktualisasi diri melalui jalur belajar dan pengembangan diri, antara lain sebagai berikut:

1. Mengerjakan sesuatu tanpa pamrih. Masukkan diri pada pengalaman tersebut, berkonsentrasi atas apa yang sedang dilakukan, maka akan terserap pada diri kita.

2. Hidup merupakan sebuah proses perjalanan yang memilih keamanan (jauh dari rasa sakit dan kebutuhan bertahan) dengan sebuah risiko (demi kemajuan dan perkembangan).

3. Biarkan diri tegak (teguh pendirian). Jangan terlalu memikirkan tuntutan eksternal tetapi pengalaman membuatmu mengatakan apa yang sesungguhnya seseorang rasakan.

4. Membiasakan diri untuk bersikap jujur supaya mampu bertanggung jawab, karena tanggung jawab merupakan aktualisasi diri.

5. Jadilah dirimu sendiri.

6. Seseorang harus menggunakan kecerdasan yang dimiliki dan mengerjakan sesuatu yang ingin dikerjakan.

7. Seseorang harus mampu membuat pengalaman puncak (peak experience) dengan mempelajari sesuatu yang belum mampu atau belum bisa.

8. Lebih mengenali diri sendiri, seperti lebih mengenali pekerjaan, apa yang disenangi dan apa yang tidak disenangi, apa yang baik dan buruk bagi diri sendiri, dan mampu mengenali pertahanan diri sendiri.

Baca Juga: Sumber Pemberdayaan Komunitas

Rencana karir atau harapan ke depan

Mengenali keberanian harus dimulai dari hal kecil seperti rencana karir atau harapan ke depan. Menurut Gibson & Mitchell (2011) teori-teori perkembangan relevan dengan memandang karir adalah pekembangan total seseorang.

Menurut Ginzberg, Ginsburg, Axelrad dan Herma (1951) merupakan perintis awal penciptaan teori pilihan kerja berbasis perkembangan dan menganalisis proses pengambilan keputusan kerja berdasarkan tiga periode, yaitu pilihan fantasi, pilihan tentative, dan pilihan realistik.

Di tahun 1972, Ginzberg memodifikasi teori awal dan menyatakan bahwa pilihan dan perkembangan kerja merupakan proses seumur hidup dan terbuka.

Teori Ginzberg meletakkan batasan-batasan pada penghasilan, situasi keluarga, sikap dengan nilai orang tua, peluang di dunia kerja dan orientasi nilai. Teori ini menjelaskan bahwa tahun-tahun awal sekolah mempengaruhi perencanaan karir di masa depan.

Menurut Blaum, Gustad, Jessor, Parnes dan Wilcock (1956), mengidentifikasi delapan faktor yang menentukan seseorang dapat masuk ke suatu pekerjaan. Empat dari faktor tersebut mencirikan pekerjaan: tuntutan, kualifikasi teknik (fungsional), kualifikasi pribadi (nonfungsional), dan penghargaan.

Empat dari ciri-ciri individu yaitu informasi tentang pekerjaan, keahlian teknik, keahlian sosial, dan orientasi nilai. Dalam edisi revisi, Blaum menempuh langkah yang sama dengan Ginzberg ketika mengamati perubahan-perubahan signifikan di dunia kerja (yaitu pengambilan keputusan kerja berlangsung seumur hidup dan menilai tujuan karir berdasarkan perubahan dunia kerja tersebut.)

Menurut Donald E. Super (1957) ada lima konsep utama dalam kedewasaan bekerja, antara lain:

a. Tahap-tahap karir;

b. Tugas-tugas perkembangan yang hendak dicapai setelah melewati tahap tertentu;

c. Pengimplementasian konsep diri bagi pengembangan identitas karir;

d. Perkembangan kedewasaan karir;

e. Pola karir.

Super (1990) mengemukakan teori perkembangan seumur hidup berdasarkan 14 proporsi berikut: (dalam D. Brown dan L. Brooks, 1990):

1. Individu memiliki kemampuan, kepribadian, sifat, watak, kebutuhan, nilai, konsep diri yang berbeda-beda.

2. Inidividu memiliki kualifikasi yang cocok dengan pekerjaan berdasarkan kemampuan yang dimiliki.

3. Setiap pekerjaan membutuhkan pola karakteristik kemampuan dan sifat kepribadian. Tetapi individu dapat masuk pada sejumlah pekerjaan yang besar dan beberapa pekerjaan dapat dimasuki oleh berbagai individu.

4. Preferensi dan kompetensi kerja.

5. Proses perubahan yang terjadi setiap tahap kehidupan dengan ciri sebagai urutan pertumbuhan, eksplorasi, penetapan, pemeliharaan, dan penurunan.

6. Hakikat pola karir yaitu tingkat pekerjaan yang dicapai dan urutan, frekuensi dan durasi kerja coba-coba dan kerja stabil ditentuka oleh potensi tingkat sosial-ekonomi, kemampuan mental, pendidikan, keahlian, karakteristik kepribadian (kebutuhan, nilai, minat, sifat, dan konsep diri).

7. Keberhasilan dalam mengatasi tuntutan lingkungan atau kematangan karir.

8. Kematangan karir merupakan pencapaian karir.

9. Pengembangan tahap-tahap kehidupan berjalan dengan pematangan kemampuan dan minat, juga pematangan konsep diri.

10. Proses pengembangan karir mengembangkan dan mengimplementasikan konsep diri, antara lain produk dari interaksi yang diwarisi, latihan fisik, kesempatan mengobservasi, dan mampu berkomunikasi secara baik dengan atasan dan juga rekan kerja.

11. Proses sintesis atau kompromi antara individu dan faktor sosial antara konsep diri dan realitas.

12. Kepuasan kerja dan kepuasan hidup bergantung pada taraf di mana individu menemukan wadah yang tepat bagi kemampuan kebutuhan, nilai, minat, sifat kepribadian, dan konsep diri.

13. Taraf kepuasan yang diperoleh dari kerja sesuai dengan taraf yang mereka sudah mampu mengimplementasikan konsep diri.

14. Pekerjaan dan karir menyediakan sebuah fokus bagi pengorganisasian kepribadian untuk pria dan wanita.

 

Penulis: Lilik Parwanti (1707016025)

Posting Komentar untuk "Pemberdayaan Komunitas"