Mengenali Jenis-jenis Gangguan Disosiatif
Ilustrasi (pexels.com) |
Initentangpsikologi.com - Setelah pada artikel sebelumnya membahas mengenai pengertian gangguan disosiatif,
kali ini akan melanjutkan pembahasan tentang Jenis-Jenis Gangguan Disosiatif,
ada empat jenis dari gangguan tersebut yang akan dibahas lebih detail dibawah
ini:
1. Gangguan
Identitas Disosiatif (Dissosiative Identity Disorder / DID)
Suatu kondisi yang dulu dikenal sebagai gangguan kepribadian ganda,
sebuah gangguan dimana berbagai macam kepribadian hadir bersama-sama dalam
tubuh orang yang sama.
Berbagai macam kepriadian ini berulang kali mengontrol perilaku,
dengan paling tidak beberapa kehilangan ingatan diantara kepribadian itu.
Kepribadian orisinalnya sangat mungkin mengalami amnesia untuk kepribadian
berikutnya, yang mungkin disadari atau tidak disadari alter lainnya.
2. Amnesia
Disosiatif
Amnesia disosiatif yaitu hilangnya fungsi seperti memori.
Sebelumnya dikenal dengan amnesia psikogenik yaitu orang menjadi tidak mampu
menyebutkan kembali informasi pribadi yang penting, biasanya melibatkan
pengalaman yang traumatis atau penuh tekanan, dalam bentuk yang tidak dapat
dianggap sebagai lupa biasa.
Kehilangan ingatan ini juga tidak disebabkan oleh penyebab organis
tertentu, seperti kerusakan pada otak atau kondisi medis tertentu, bukan pula
efek langsung dari obat-obatan atau alkohol. Ingatan yang hilang dalam amnesia
disosiatif dapat kembali, meski gangguan ini bisa berlangsung selama beberapa
hari, minggu atau bahkan tahun.
Mengingat kembali dalam amnesia disosiatif dapat terjadi secara
bertahap tetapi sering kali muncul secara tiba-tiba dan spontan. Orang dengan
amnesia disosiatif biasanya lupa pada peristiwa atau periode kehidupan yang
traumatis yang membangkitkan emosi negatif yang kuat seperti ketakutan atau
rasa bersalah.
Ciri-ciri amnesia disosiatif: Melakukan perjalanan tertentu melampaui hal yang umum dilakukannya
sehari-hari. Kemampuan mengurus diri yang dasar tetap ada seperti makan, mandi,
dan lainnya dan melakukan interaksi sosial sederhana dengan orang-orang yang
belum dikenalnya misalnya membeli benda, menanyakan arah, dan memesan makanan.
Tetapi pada pekerjaan yang menuntut ia berpikir atau mengingat keras mungkin
tidak mampu melakukannya.
Amnesia terlokalisasi, kegagalan untuk
mengingat kembali peristiwa-peristiwa dalam periode waktu terbatas, adalah
bentuk umum dari amnesia disosiatif. Amnesia terlokalisasi dapat menjadi lebih
luas dari amnesia satu peristiwa trauma (pelecehan seksual selama berbulan-bulan
atau bertahun-tahun dan pertempuran hebat).
Dalam amnesia selektif individu dapat
mengingat beberapa hal, namun tidak semua, hanya peristiwa-peristiwa dalam
periode waktu terbatas. Jadi, individu dapat mengingat pada bagian dari
peristiwa traumatik, tetapi tidak pada bagian lain. Dalam beberapa kasus,
banyak orang yang didiagnosa mengalami amnesia terlokalisasi dan amnesia
selektif.
Ilustrasi (pexels.com) |
Amnesia total
atau keseluruhan, dimana seseorang akan mengalami kehilangan ingatan atau
memori secara menyeluruh tentang apa pernah dialami dalam hidupnya. Bukan hanya
itu saja, orang yang mengalami amnesia total inipun bisa lupa dengan identitas
dirinya sendiri seperti nama, tempat tinggal, dan lainnya.
Sementara penderita lain ada juga
yang mengalami kehilangan pengetahuan sebelumnya tentang dunia (pengetahuan
semantik) bahkan mereka tidak bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan keahlian yang dulu pernah dikuasai (pengetahuan prosedural) karena
mereka lupa caranya.
Kasus amnesia menyeluruh ini bukan hal yang tabu atau
dapat dikatakan mudah untuk dijumpai pada seorang veteran perang, orang yang
pernah menjadi korban kekerasan seksual dan seseorang yang mempunyai pengalaman
stress emosional yang ekstrim atau pengalaman traumatik.
Individu dengan
amnesias disosiatif seringkali tidak menyadari (atau hanya sebagian sadar)
permasalahan memori mereka. Kebanyakan, terkhusus mereka yangmengalami amnesia
terlokalisasi, meminimalisir kepentingan dari kehilangan memorimereka dan dapat
menjadi tidak nyaman ketika diarahkan untuk mengingat memori tersebut.
Dalam amnesia tersistematis, individu
kehilangan memori untuk kategori informasi yang spesifik (semua ingatan tentang
keluarga, orang penting, pelecehanseksual masa kecil).
Dalam kasus amnesia sistematis ini,
seseorang akan meluapkan tiap-tiap peristiwa atau kejadian yang telah
dilaluinya.
3. Fugue
Disosiatif
Fugue berasal dari bahasa latin fugure, yang berarti “melarikan
diri”. Dalam kasusnya seperti kehilangan ingatan di seputar insiden
tertentu, perjalanan yang tak terduga, individu tiba-tiba pergi begitu saja dan
kelak menemukan dirinya berada di sebuah tempat baru, tidak ingat mengapa dan
bagaimana mereka bisa sampai disana.
Dalam fugue disosiatif
memori yang hilang lebih luas dari pada amnesia dissosiative, individu tidak
hanya kehilangan seluruh ingatanya (misalnya nama, keluarga atau pekerjaanya),
mereka secara mendadak meninggalkanrumah dan pekerjaanya serta memiliki
identitas yang baru.
Penderita tidak mampu mengingat kembali
informasi personal yang sudah-sudah, dan menjadi bingung atasa identitasnya
atau mengasumsikan identitas yang baru (baik secara sebagian ataupun secara
lengkap). Individu-individu ini dapat mengasumsikan sebuah identitas yang lebih
spontan dan lebih mudah bersosialisasi daripada dirinya yang dulu biasanya
pendiam dan biasa-biasa saja.
Tahap fugue tidak dianggap sebagai psikotik
karena orang yang memiliki gangguan ini dapat berpikir dan berperilaku cukup
normal. Fugue, seperti amnesia relatif jarang terjadi dan diyakini hanya
mempengaruhi 2 dari 1.000 orang dalam popoulasi umum.
Baca Juga: Penyebab dan Pencegahan Perilaku Bunuh Diri
4. Gangguan
Depersonalisasi
Gangguan
depersonalisasi (depersonalization disorder), pengertian dari depersonalisasi ini adalah sebuah gangguan
mental dimana penderitanya melihatat dan menganggap setiap peristiwa yang
terjadi disekitarnya sebagai sesuatu yang tidaklah nyata. Mereka memiliki
perasaan untuk dapat mengamati diri dari luar tubuh sendiri.
Davison dan Neale mengemukakan
pendapatnya bahwa gangguan depersonalisasi terjadi pada seseorang ditandai
dengan adanya sebuah perubahan persepsi yang dialami secara terus-menerus atau
menetap mengenai dirinya sendiri, dan untuk sementara waktu mereka akan memiliki
keyakinan bahwa mereka adalah individu yang tidak nyata.
Ilustrasi (pexels.com) |
Seseorang yang mengalami gangguan depersonalisasi bisa memiliki pemikiran jika dirinya adalah robot, terkadang mereka juga merasa jika dirinya sedang bermimpi atau terpisah dari tubuh asli mereka, atau merasa melihat dirinya sendiri dari kejauhan bahkan merasa jika ia sedang menonton dirinya sendiri dalam suatu film.
Ciri utama pada gangguan depersonalisasi
sendiri yakni adanya suatu perasaan yang seakan-akan menjadi pemisahan dan perasaan
tentang sesuatu hal menjadi tidak nyata. Proses dalam tubuh individu dan
peristiwa di lingkungan sekitar sebenarnya berlangsung seperti biasa dan tidak
ada perubahan berarti, namun mereka merasakan adanya perbedaan.
Mereka
merasakan bahwa beberapa bagian tubuhnya berubah menjadi asing bagi mereka,
misalnya menjadi lebih besar atau lebih kecil daripada sebelumnya. Selain itu,
mereka juga dapat merasa bahwa sebagian tubuh mereka tidak ada dan tidak nyata.
Sebagian ahli mempertanyakan apakah
depersonalisasi seharusnya dianggap sebagai suatu gangguan disosiatf karena ia
hanya melibatkan perpecahan terbatas antara proses mental sadar dan tidak sadar
dan tidak terjadi kehilangan ingatan.
Baik, itulah pembahasan singkat dari empat
jenis gangguan disosiatif, semoga bisa memberikan manfaat bagi para pembaca
sekalian.
Referensi
- Pinel John, 2015, Biopsikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
- Oltmanns Thomas F, Emery Robert E, 2013, Psikologi Abnormal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
- Thomb A David, 2003, Buku Saku Psikiatri, Jakarta: Buku Kedokteran EGC
- Robertson. K.C, 2002, At A Glance Psikiatri, Jakarta: Erlangga
informasi yg bermanfaat
BalasHapusThanks, sudah berkunjung
BalasHapus