Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penyebab dan Pencegahan Perilaku Bunuh Diri


Penyebab dan Pencegahan Perilaku Bunuh Diri
Ilustrasi (pexels.com)

Setelah pada artikel sebelumnya kita sudah membahas mengenai Ciri-ciri Orang Yang Teridentifikasi Akan Melakukan Aksi Bunuh Diri, pada artikel kali ini akan melanjutkan pembahasan mengenai bunuh diri, hal yang dibahas adalah mengenai penyebab dan pencegahan yang dapat dilakukan terhadap orang yang akan melakukan aksi bunuh diri. Berikut pembahasan lebih rincinya:

Penyebab Perilaku Bunuh Diri

Penyebab bunuh diri yang dilakukan seorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mungkin disebabkan karena perilaku patologis pada individu. Sebelum melakukan bunuh diri, seseorang bisa saja sedang mengalami masa rentan dan sulit sehingga mereka memilih untuk mengakhiri hidupnya ketimbang menanggung beban yang sangat berat. 

Mereka cenderung tidak peduli seberapa besar masalah yang mereka harus hadapi seakan masalah yang menimpa mereka sangat berat dan tidak ada solusi untuk memecahkannya. Perubahan yang signifikan pada diri seseorang yang akan melakukan aksi bunuh diri cenderung menarik diri dari lingkungan sosialnya. Ini merupakan salah satu tanda kemungkinan seseorang yang akan melakukan bunuh diri. 

Berikut merupakan penyebab seorang individu melakukan aksi bunuh diri, diantaranya:

1. Gangguan Mental

Salah satu hal yang seringkali menjadi penyebab seseorng mencoba melakukan aksi bunuh diri adalah gangguan mental. Gangguan mental yang dimaksud itu seperti stress, kebingungan, kecemasan, ketakutan, tekanan dari berbagai faktor, serta kekhawatiran tentang harga diri merupakan masalah yang paling sering memicu aksi bunuh diri tersebut. 

Seseorang individu yang cederung akan melakukan aksi bunuh diri terutama remaja dan dewasa memiliki masa lalu yang buruk. Mungkin karena terjadi perceraian pada orangtua, mengalami pelecehan seksual serta dikucilkan dari lingkungan sekitar dan lainnya. Hal tersebut akan sangat meresahkan dan menimbulkan perasaan yang tidak pasti misalnya rasa gelisahan yang terus-menerus dirasakan.

Penyebab dan Pencegahan Perilaku Bunuh Diri
Ilustrasi (pexels.com)

2. Depresi atau Gangguan Suasana Hati

Depresi atau gangguan suasana hati merupakan hal utama yang hadir di masa remaja dan dewasa. Biasanya individu yang melakukan aksi bunuh diri sebelumnya merasa sangat putus asa, dan tidak berharga di kehidupannya. 


Menurut Kids and Health, depresi bisa sangat berbahaya bagi remaja yang mengalami kekerasan dirumah, disekolah, ataupun di tempat lainnya serta merasa terisolasi dari teman sebayanya. Sebagian besar individu yang melakukan aksi bunuh diri menderita depresi yang berkepanjangan.

3. Bullying

Sebagian besar individu yang mengalami bullying atau intimidasi dari lingkungan sekitarnya cenderung mengasingkan diri mereka dari lingkungan, bahkan adapula yang berusaha untuk melakukan bunuh diri. Hal tersebut dapat membahayakan untuk kejiwaan seseorang. Pasalnya, bullying memiliki efek mendalam  bagi individu yang menjadi korbannya dalam cara berpikir dan perasaan mereka. 

Akibatnya, orang yang mendapatkan perilaku bullying merasa sangat tertekan, tidak berharga, serta tidak berdaya untuk mengubah situasi mereka. Sangat disayangkan banyak kasus bullying sama sekali tidak di pedulikan oleh lingkungan sekitar sehingga si korban merasa tak tahan dan memilih bunuh diri sebagai satu-satunya jalan untuk melepaskan rasa sakit dan tertekan yang mereka alami.

4. Kecanduan Alkohol dan Obat-Obatan Terlarang

Orang yang mengalami kecanduan alkohol dan obat-obatan cenderung mengalami depresi. Banyak orang yang mengkonsumsi alkohol dan narkotika untuk terbebas dari perasaan depresinya dan keputusasaan dalam situasi hidup mereka. Dengan mengkonsumsi alkohol dan obat-oabatan terlarang tersebut mungkin memberi sedikit kelegaan dalam jangka pendek dari rasa sakit yang mereka rasakan. 

Penyebab dan Pencegahan Perilaku Bunuh Diri
Ilustrasi (pexels.com)

Namun, dalam jangka panjang penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang cenderung merubah pola pikir mereka sehingga timbulah pikiran-pikiran negatif untuk melakukan aksi bunuh diri.

5. Psikosis

Psikosis merupakan gangguan atau kelainan jiwa yang disertai dengan disintegrasi kepribadian dan gangguan kontak dengan kenyataan. Sebenarnya penderita psikosis lebih sulit terlihat dibanding depresi, serta  kondisi mereka lebih parah. 

Seperti halnya penderita skizofrenia yang mengaku selalu berhalusinasi mendengar suara-suara asing  yang mendorong mereka untuk melakukan bunuh diri.

6. Problematika Asmara

Banyak orang yang berjuang mati-matian untuk membahagiakan pasangannya namun tidak ada balasan atau timbal balik dari pasangannya tersebut, ini juga menjadi salah satu faktor terjadinya aksi bunuh diri. Merasa tidak dihargai, mengalami kekerasan dalam rumah tangga, serta mengalami perpisahan yang menyakitkan bahkan perselingkuhan. 

Penyebab dan Pencegahan Perilaku Bunuh Diri
Ilustrasi (pexels.com)

Hal-hal tersebut tentu dapat mengakibatkan rasa sakit dihati dan rasa sedih yang akhirnya seseorang akan memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri daripada rasa sakit hatinya tidak terobati.

7. Trauma Berkepanjangan

Perasaan trauma akan kejadian buruk di masa lalu yang timbul kembali menyebabkan orang yang menderita merasa malu dan bisa menyebabkan depresi. Hal ini jika tidak ditangani dengan benar akan berakibat fatal kepada individu yang mengalami trauma yang berkepanjanagan dan bisa jadi mendorong individu tersebut untuk melakukan aksi bunuh diri.


Pencegahan  Perilaku Bunuh Diri

Menurut Supriyanti dan Wahyuni (2012) terdapat tiga langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah upaya bunuh diri yaitu; pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Pencegahan primer merupakan metode yang ideal dalam melawan keinginan bunuh diri. Dalam pencegahan primer dilakukan penanganan untuk mengurangi kasus-kasus baru percobaan bunuh diri yang dapat dilakukan secara menyeluruh (bersama-sama). 

Dari sisi keluarga, pencegahan primer dapat dilakukan dengan menghindari perselisihan dan pertengkaran. Orangtua juga harus menerima diri seorang remaja dengan keinginan dan bakat yang dimilikinya sehingga mereka tidak merasa ditolak. Rasa penerimaaan dan kasih sayang dari keluarga membuat anak menerima dan menghargai dirinya sendiri.

Di sisi masyarakat, pencegahan primer dapat dilakukan dengan menghidupkan kembali rasa kebersamaan dan kekeluargaan  di antara anggota masyarakat sehingga tidak ada seorangpun yang merasa dirinya tidak diterima atau dikucilkan. 

Sementara itu, dari sisi medis dokter ataupun petugas kesehatan lainya harus bersinergi dalam upaya pencegahan percobaan bunuh diri melalui sosialiasi dan konseling yang diselenggarakan, baik difasilitas layanan kesehatan ataupuntempat lainya seperti; sekolah. 

Dari sisi pemerintah, langkah yang dapat diambil dalam upaya pencegahan bunuh diri ini adalah dengan menjaga stabilitas kondisi ekonomi masyrakat.

Pencegahan sekunder merupakan deteksi dini dan penanganan yang tepat pada individu yang memiliki keinginan untuk bunuh diri. Supriyanti dan Wahyuni (2012), menjelaskan bahwa tidakan bunuh diri sudah dimulai sejak masih dalam bentuk ide yang berupa gerakan-gerakan isyarat. 

Lebih lanjut, gejala tindakan bunuh diri terlihat dari pola hidup yang cenderung beresiko, munculnya rencana dan percobaan bunuh diri, dan terlaksananya bunuh diri. Perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak baik pihak keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat untuk dapat menerapkan deteksi dini percobaan bunuh diri ini.

Terakhir adalah pencegahan tersier, merupakan pengurangan konsekuensi percobaan bunuh diri. Menurut Supriyanti dan Wahyuni (2012), hal ini dapat dilakukan dengan meminimalisasi kerusakan yang ditimbulkan dari percobaan bunuh diri. 

Di tahap tersier, tenaga profesional dapat dibekali dengan pengetahuan dan pendidikan untuk mengidentifikasi kemungkinan kerusakan yang timbul akibat percobaan bunuh diri sekaligus menilai anggota keluarga yang mungkin teridentifikasi melakukan percobaan bunuh diri. 

Pelaksanaan upaya-upaya pencegahan tersebut tentunya tidak lepas dari peranan serta koordinasi dari keluarga, sekolah, masyrakat, tenaga medis atau profesional serta pemerintah.


Demikian pembahasan mengenai penyebab dan pencegahan terhadap aksi bunuh diri, apabila anda memiliki teman atau anggota keluarga yang mengalami hal-hal yang menjadi faktor penyebab aksi bunuh diri maka usahakan untuk memberikan pengawasan atau perhatian yang lebih kepada mereka, karena hal-hal yang sedang dialaminya tersebut dapat membuat mereka mencoba melakukan aksi bunuh diri. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kalian yang sudah membaca.

Posting Komentar untuk "Penyebab dan Pencegahan Perilaku Bunuh Diri"