Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kesehatan Mental Dalam Lingkup Keluarga dan Sekolah

Ruang Lingkup Kesehatan Mental Dalam Keluarga dan Sekolah

Kesehatan Mental Dalam Lingkup Keluarga dan Sekolah

A. Dalam keluarga

Keluarga merupakan suatu sistem sosial untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggotanya. Sebagai suatu sistem sosial, kelompok-kelompok keluarga memenuhi kebutuhan para anggotanya dengan memberikan kenyamanan, keselamatan, kesejahteraan psikologis, fisik, emosional dan kebutuhan spiritual.

Dalam keluarga terjadi komunikasi dua arah (suami-istri) dan komunikasi segala arah bagi semua anggota keluarga (ayah, ibu, anak), yang berfungsi mengarahkan, membina, memberi perhatian dan kasih sayang kepada semua anggota.

Jika fungsi diatas tidak dilakukan atau tidak dijalankan, maka akan muncul berbagai macam permasalahan kesehatan mental yang dapat terjadi pada seluruh anggota keluarga, baik pada orang tuanya maupun anak-anaknya.

Berita-berita tentang kasus yang berkaitan dengan kesehatan mental akhir-akhir ini semakin sering terdengar, seperti: anak membunuh ayah atau ibunya karena hal-hal yang sepele; ataupun juga kasus sebaliknya yakni orangtua membunuh anaknya, bahkan permainan digital (game online) yang sering dimainkan oleh anak-anak sampai orang dewasa sekalipun dapat menimbulkan masalah kesehatan dan bahkan mengarah pada kondisi mental illness, dan kasus-kasus lainnya.

Keluarga merupakan tempat pertumbuhan dan perkembangan seseorang, kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikis mula-mula terpenuhi dari lingkungan keluarga. Sehingga keluarga termasuk kelompok yang terdekat dengan individu. Keluarga memiliki peran atau fungsi yang sangat besar bagi seseorang.

Misalnya; sebagai tempat keluh kesah atas permasalahan yang tengah dihadapi, tempat untuk menceritakan segala pengalaman yang telah dialami, tempat untuk yang dapat dijadikan sebagai tumpuan serta harapan, tempat yang mungkin tidak akan ditemukan oleh seseorang di luar sana.

Kesehatan Mental Dalam Lingkup Keluarga dan Sekolah

B. Dalam sekolah


Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang secara terstruktur dan sistematik melaksanakan sebuah program pembelajaran, pengajaran, bimbingan serta latihan dalam upayanya untuk membantu peserta didik agar dapat mengeksplorasi serta mengembangkan potensinya secara maksimal, baik kemampuan yang berkaitan dengan aspek moral-spiritual, aspek intelektual, aspek emosional, ataupun aspek sosialnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, dapat diketahui jika sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam kaitannya mengembangkan kepribadian sang anak, sekolah merupakan salah satu faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (peserta didik); baik itu meliputi cara berpikir, bersikap, maupun cara mereka berperilaku. Sekolah berperan sebagai substitusi keluarga, dan guru substitusi orang tua.

Sekolah mempunyai peranan atau tanggung jawab penting dalam membantu para siswa mencapai tugas perkembangannya. Sehubungan dengan hal ini, sekolah seyogyanya berupaya untuk menciptakan iklim yang kondusif, atau kondisi yang dapat memfasilitasi siswa (yang berusia remaja) untuk mencapai tugas perkembangannya.

Tugas-tugas perkembangan remaja itu menyangkut aspek-aspek kematangan dalam berinteraksi sosial, kematangan personal, kematangan dalam mencapai filsafat hidup, dan kematangan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berikut penjabarannya:

Pencapaian Tugas Perkembangan melalui Kelompok Teman Sebaya


Kesehatan Mental Dalam Lingkup Keluarga dan Sekolah

Teman sebaya mempunyai peranan penting bagi remaja. Remaja sering menempatkan teman sebaya dalam posisi prioritas, apabila dibandingkan dengan orang tua, atau guru dalam menyatakan kesetiaannya.

Di masyarakat modern ini dimana perubahannya terjadi serba cepat, sering sekali terjadi sebuah perselisihan atau salah paham yang mencakup kelompok teman sebaya dari remaja dengan orang tua, guru, dan orang-orang yang mempunyai otoritas atau kekuasaan lainnya pada sang remaja.

Meskipun begitu, apabila situasi ini dapat ditangani secara bijaksana oleh orang dewasa, maka pengalaman remaja dalam kelompok sebaya itu sangat bermanfaat untuk mencapai sikap independensi, dan kematangan hubungan interpersonal secara matang.

Dengan kata lain, dalam kelompok sebaya ini, remaja dapat menuntaskan tugas-tugas perkembangan mencapai hubungan baru yang matang dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita, dan mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita.


Upaya sekolah (Pimpinan, dan Guru-guru) dalam rangka membantu siswa mencapai kedua tugas-tugas  perkembangan di atas, adalah:

(1) memberikan pengajaran atau bimbingan tentang keterampilan-keterampilan sosial (social skills)
(2) memberikan kesempatan kepada para siswa untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok (kegiatan ekstrakurikuler, atau OSIS)
(3) mengajar atau membimbing siswa tentang hidup demokratis, atau hidup berteman secara sehat
(4) bersama siswa mendiskusikan tentang masalah peranan sosial pria atau wanita dalam masyarakat
(5) mendorong siswa untuk mau membaca literatur yang memuat peranan pria atau wanita
(6) menugaskan siswa untuk mengamati kehidupan sosial (menyangkut keterlibatan pria atau wanita dalam bidang pendidikan, pekerjaan,  kehidupan berkeluarga, atau kehidupan masyarakat lainnya), sebagai bahan pembahasan dalam diskusi dengan guru.

Mencapai Perkembangan Kemandirian Pribadi (Personal Independence)


Kesehatan Mental Dalam Lingkup Keluarga dan Sekolah

Masa remaja merupakan masa dimana seseorang memasuki tahap perkembangan menuju arah otonomi atau kemandirian, dapat di sebut juga sebagai independensi pribadi; dimana ia sudah harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

Untuk mencapai aspek perkembangan ini, remaja harus dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan: 
(1) menerima keadaan fisiknya dan memanfaatkannya secara efektif
(2) mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya
(3) mencapai jaminan kemandirian ekonomi
(4) memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan
(5) mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga, dan
(6) mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang perlu bagi kompetensi sebagai warga negara.


Dalam rangka membantu remaja mencapai tugas-tugas perkembangan di atas, maka sekolah dapat memfasilitasinya dengan upaya-upaya sebagai berikut.

a. Melalui pelajaran biologi, kesehatan dan olah raga, atau layanan bimbingan, guru mata pelajaran atau guru pembimbing dapat memberikan penjelasan tentang pertumbuhan atau perubahan fisik remaja, terutama aspek keragamannya.

b. Membantu siswa dalam mengembangkan sikap apresiatifnya terhadap fostur tubuhnya, atau kondisi dirinya (kekuatan dan kelemahannya).

c. Menyediakan fasilitas bagi kegiatan siswa dalam bidang olah raga, kesenian, atau keterampilan-keterampilan lainnya.

d. Menciptakan suasana sekolah yang kondusif bagi perkembangan emosional siswa secara matang (memelihara hubungan antar personel, terutama antara guru-siswa, yang bersifat hangat, penuh pengertian dan penerimaan).

e. Memberikan informasi kepada para siswa tentang cara menghadapi frustrasi atau stres secara sehat.

f. Memberikan kesempatan kepada siswa (pada saat proses belajar mengajar berlangsung) untuk mengajukan pertanyaan, atau pendapatnya.

g. Memberikan bimbingan kepada para siswa tentang cara-cara memecahkan masalah (problem solving), atau mengambil keputusan.

h. Membantu siswa mengembangkan rasa percaya dirinya.

i. Mengembangkan sikap apresiatif siswa terhadap sekolah, bahwa sekolah disamping tempat menuntut ilmu juga sebagai  investasi masa depannya.

j. Mengembangkan sikap dan kemampuan siswa untuk berwiraswasta.

k. Melalui proses belajar mengajar, atau bimbingan khusus guru mengembangkan sikap,  semangat, atau kebiasaan positif siswa  untuk belajar.

Pengembangan Filsafat Hidup


Pengembangan filsafat hidup ini merupakan pencapaian kematangan remaja dalam aspek nilai atau kontrol etika, sebagai pertanda bahwa dia sebagai pribadi atau warga masyarakat yang baik. Proses untuk mencapai perkembangan ini maka harus dimulai sedini mungkin, yaitu saat anak memulai periode pembentukan konsep-konsep, pembentukan moral serta tanggung jawab moral dalam pergaulan dengan orang lain.


Hubungan remaja dalam kelompok sosialnya yang berkaitan dengan nilai-nilai tersebut, melibatkan dua tugas perkembangan yang harus diselesaikannya, yaitu:
(1) pencapaian tingkah laku yang bertanggung jawab; dan
(2) memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pembimbing tingkah lakunya.

Dalam rangka membantu remaja (siswa) menyelesaikan tugas-tugas perkembangan tersebut, maka sekolah dapat melakukan upaya-upaya berikut.

a. Mengembangkan wawasan (insight), mengajarkan sikap-sikap yang baik, serta mengajarkan pembiasaan kepada para peserta didik untuk menerapkan nilai-nilai atau (aturan) norma-norma yang berlaku serta dijunjung tinggi dalam kehidupan sosial di masyarakat.

Seperti: selalu berkata jujur, kedisiplinan, menjaga kebersihan dan kesehatan, bersikap toleransi, demokrasi, melakukan gotong-royong atau kerjasama, tanggung jawab, dan memiliki rasa persaudaraan dengan anggota masyarakat lainnya.

Caranya bisa melalui: melakukan diskusi kelas atau diskusi kelompok, pengajaran di kelas, pemberian informasi secara khusus, melakukan tanya jawab, curah pendapat, dan terutama ketauladanan dari kepala sekolah, ibu bapak guru, dan para karyawan sekolah lainnya.

b. Mengembangkan sikap altruis para siswa, dengan cara saling memberikan bantuan di antara teman, menengok teman yang sakit, memberikan santunan kepada yang mengalami musibah, atau yatim piatu dan pakir miskin.

c. Mendiskusikan, atau curah pendapat (brain storming) tentang berbagai masalah atau isu -isu kenakalan remaja, baik menyangkut jenis (tawuran, minuman keras, AIDS, pergaulan bebas dan ecstacy), faktor penyebab, dampak, dan cara menanggulanginya.

Pengembangan Keimanan dan Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa


Kesehatan Mental Dalam Lingkup Keluarga dan Sekolah

Tugas perkembangan ini berkaitan dengan hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, yang mempunyai tugas suci untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah ini misinya adalah untuk memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan, atau kenyamanan hidup, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.

Perkembangan keimanan dan ketaqwaan ini, merupakan tugas perkembangan yang penanamannya dimulai sejak usia dini. Pada usia remaja, nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan harus sudah diimplementasikan (diterapkan) dalam kehidupan sehari-harinya.
Sebagian besar gangguan mental dimulai pada masa remaja dan awal masa dewasa (10 sampai 24 tahun) dan kesehatan mental yang buruk berkaitan dengan hasil pendidikan, kesehatan dan sosial yang negative.

Sehingga sekolah adalah sebuah signifikan konteks untuk promosi positif kesehatan mental dan pencegahan masalah kesehatan mental. Penyebab timbulnya berbagai masalah kesehatan mental yaitu perubahan berbagai segi kehidupan yang tidak dapat diterima oleh individu.

Selain itu kebermaknaan hidup dantingkat religiusitas individu juga mempengaruhi kondisi kesehatan mental yang dialami oleh individu tersebut.

Fenomena kesehatan mental yang terjadi dilingkungan sekolah berupa adanya kondisi stress akademik yang dialami siswa. Hubungan sosial yang tidak baik disekolah juga menyumbang ketidak sehatan mental bagi siswa.

Sebagaimana didukung oleh penelitian Baskoro bahwa adanya kondisi depresi yang dialami siswa dilingkungan sekolah akibat perilaku anti sosial. Adapun juga ditemukan sebanyak 20% remaja pernah mengalami masalah kesehatan mental. Selanjutnya juga ditemukan bahwa adanya ketidakproduktifan belajar akibat individu mengalami masalah psikologis di lingkungan pendidikan.

Berdasarkan hal demikian, perlu dilakukan untuk mengembangkan kesehatan  mental disekolah agar peserta didik aktif dan berprestasi dalam belajar, memiliki hubungan sosial yang baik, mampu untuk merencanakan arah karier dan membuat keputusan arah karier.


Referensi Bacaan

2 komentar untuk "Kesehatan Mental Dalam Lingkup Keluarga dan Sekolah"

  1. Good.. Kesehatan mental juga harus beriringan dengan dengan kesehatan rohani.. Sehingga dapat menciptakan pribadi yg berpikir sehat melalui jalan yg benar..

    BalasHapus
  2. Ya benar sekali, mental yang sehat dibarengi rohani yang sehat dapat menciptakan kedamaian dalam kehidupan seseorang.

    BalasHapus