Mengenali Prinsip-Prinsip Kesehatan Mental
Prinsip Kesehatan Mental
Yang dimaksud dengan prinsip kesehatan mental ialah pondamen madman
(pondasi) yang harus ditegakkan orang dalam dirinya guna mendapatkan kesehatan
mental dan terhindar dari gangguan kejiwaan. Di antara prinsip-prinsip tersebut adalah:
a. Gambaran dan Sikap
yang Baik Terhadap Diri Sendiri
Memiliki gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri (self image) merupakan dasar dan syarat utama untuk mendapatkan kesehatan mental.
Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri, baik dengan dirinya sendiri,
maupun hubungan dengan orang lain, hubungan dengan alam lingkungan serta
hubungan dengan Tuhan. Self image antara lain dapat diperoleh dengan cara
penerimaan diri, keyakinan diri, dan kepercayaan kepada diri sendiri.
b. Keterpaduan atau Integrasi
Diri
Keterpaduan diri berarti adanya keseimbangan antara
kekuatan-kekuatan jiwa dalam diri, kesatuan pandangan (falsafat) dalam hidup,
dan kesanggupan mengatasi ketegangan emosi (stress), Orang yang memiliki
keseimbangan diri berarti orang yang seimbang kekuatan id, ego, dan super ego
nya.
Orang yang memiliki kesatuan pandangan hidup, adalah orang yang memperoleh
makna dan tujuan dari kehidupannya. Sedangkan orang yang mampu mengatasi stres
berarti orang yang sanggup memenuhi kebutuhannya, dan kalau menemui hambatan ia
dapat mengadakan penyesuaian diri serta cara baru dalam memenuhi kebutuhannya.
c. Perwujudan Diri
Perwujudan (aktualisasi) diri sebagai proses kematangan diri dapat
berarti sebagai kemampuan mempergunakan
potensi jiwa dan memiliki gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri
serta peningkatan motivasi dan semangat hidup.
Pentingnya prinsip aktualisasi
diri dalam kesehatan mental antara lain ditegaskan oleh Reiff. Menurutnya,
orang yang sehat mentalnya adalah orang yang mampu mengaktualisasikan diri atau
mewujudkan potensi yang dimilikinya dan memenuhi kebutuhannya dengan cara
baik-baik dan memuaskan.
Sebaliknya orang yang tidak sehat mentalnya adalah
orang yang tidak mampu mewujudkan potensi dan kebutuhan dirinya. Ia merasa kehilangan
kekuatan diri dan hidup dalam alam yang serba terbatas, serta tidak
berorientasi ke masa depan, dan dapat kehilangan arah dan tujuan dalam
hidupnya.
d. Berkemampuan
Menerima Orang Lain, Melakukan Aktivitas Sosial, dan Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan Tempat Tinggal
Kemampuan menerima orang lain berarti kesediaan menerima kehadiran, mencintai, menghargai, menjalin persahabatan, dan memperlakukan orang lain dengan baik.
Kemampuan menerima orang lain berarti kesediaan menerima kehadiran, mencintai, menghargai, menjalin persahabatan, dan memperlakukan orang lain dengan baik.
Melakukan aktivitas sosial berarti, antara lain, kesediaan bekerja
sama dengan masyarakat dalam melakukan pekerjaan sosial yang menggugah hati dan
tidak menyendiri dari masyarakat. Menyesuaikan diri dengan lingkungan berarti
berusaha untuk dapat merasa aman, damai dan bahagia dalam hidup bermasyarakat,
serta alam dan lingkungan tempat tinggal. Orang yang memiliki ketiga kemampuan
tersebut, merupakan tanda dari orang yang sehat mentalnya.
e. Berminat Dalam
Tugas dan Pekerjaan
Setiap orang harus berminat dalam tugas dan pekerjaan yang
ditekuninya, karena dengan demikian bisa ditambah rasa bahagia dikurangi penderitaan. Tanpa adanya
minat, orang sulit mendapatkan rasa gembira dan bahagia dalam tugas dan
pekerjaannya.
Pribadi yang sehat dan normal adalah pribadi yang aktif dan
produktif. Ia dapat mengembangkan tanggung jawabnya terhadap tugas dan
pekerjaan yang diberikan. Lebih lagi, ia dapat & merasa puas, gembira dan
bahagia dengan bantuan ekonomi yang memadai bagi dirinya dan orang lain yang
dicintainya dalam hidup.
f. Agama, Cita-cita
dan Falsafat Hidup
Untuk pembinaan dan pengembangan kesehatan mental, orang
membutuhkan agama, seperangkat cita cita yang konsisten, dan pandangan hidup
yang kukuh. Dengan agama orang dapat, dibantu dalam mengatasi persoalan hidup
yang berada di luar kesanggupan dirinya sebagai manusia yang lemah.
Dengan
cita-cita, orang dapat bersemangat dan bergairah dalam perjuangan hidupnya,
berorientasi ke masa depan, membentuk kehidupan secara tertib, dan mengadakan
perwujudan diri dengan baik. Dengan falsafat hidup, orang dapat menghadapi
tantangannya dengan mudah.
g. Pengawasan Diri
Mengadakan pengawasan terhadap hawa nafsu atau dorongan dan
keinginan, serta kebutuhan, oleh akal pikiran, merupakan hal pokok dari
kehidupan orang dewasa yang bermental sehat dan berkepribadian normal, karena
dengan pengawasan tersebut orang mampu membimbing tingkah lakunya.
Orang yang
memiliki pengawasan diri akan terjauh dari kemungkinan berbuat sesuatu yang
bertentangan dengan hukum, baik hukum agama, hukum negara, adat maupun aturan
moral dalam hidupnya.
h. Rasa Benar dan Tanggung
Jawab
Rasa benar dan tanggung jawab penting bagi tingkah laku, karena
setiap individu ingin bebas dari rasa
dosa, salah, dan kecewa.
Rasa benar, tanggung
jawab, dan sukses adalah keinginan setiap orang yang sehat mentalnya. Rasa benar yang ada dalam diri selalu mengajak orang kepada kebaikan, tanggung
jawab, dan rasa sukses, serta membebaskannya dari rasa dosa, salah, dan kecewa.
Prinsip kesehatan mental di atas pada umumnya ada hubungannya
dengan spiritualisasi Islam. Misalnya, komponen ibadat berhubungan dengan
prinsip perwujudan potensi diri, komponen adat berhubungan dengan prinsip
penyesuaian diri, komponen al-muhlikat (hal-hal yang merusak) berhubungan dengan masalah gangguan
kejiwaan, dan komponen al-munjiyat dengan pengobatan kejiwaan.
Istilah al-najat
(keselamatan), al-fauz (keberuntungan), al-falah (kemenangan), al-sa'adat
(kebahagiaan), dan al-kamal (kesempurnaan) serta ibadat, adat, akhlak dalam
arti yang luas, yang terdapat dalam spiritualisasi Islam adalah arti dari
kesehatan mental menurut Islam secara longgar.
Makasih artikel ini sangat membantu saya untuk belajar tentang kesehatan mental seseorang
BalasHapusYa, terimakasih juga telah berkunjung.
BalasHapusartikelnya bagus kak. untuk tambahan inspirasi, terima kasih
BalasHapus