Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wajah Komunitas dalam Struktur Kemasyarakatan

Initentangpsikologi.com - Komunitas dapat didefinisikan sebagai kelompok khusus dari orang-orang yang tinggal di dalam wilayah tertentu. Mereke memiliki kebudayaan dan gaya hidup yang sama, sadar sebagai satu kesatuan, dan dapat bertindak secara kolektif dalam usaha mereka mencapai tujuan yang ada dalam komunitas.

Wajah Komunitas dalam Struktur Kemasyarakatan
Ilustrasi (pexels.com)

Wajah komunitas itu akan sangat tergantung kepada nilai-nilai lokal yang bisa saja nilai-nilai itu bertolak belakang dengan nilai global yang cenderung lebih praktis dan taktis untuk dilakukan dalam kehidupan keseharian. Sedangkan nilai lokal cenderung agak kaku, sebab mengikuti tuntutan tradisi yang ada.

Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. (Wenger, 2002: 4).

Jenis Komunitas

Menurut Crow dan Allan, Komunitas dapat terbagi menjadi 2 komponen:

1. Berdasarkan lokasi atau tempat wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat di mana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis.

2. Berdasarkan minat sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas karena mempunyai ketertarikan dan minat yang sama. Misalnya agama, pekerjaan, suku, atau ras.

Kekuatan pengikat suatu komunitas, terutama adalah kepentingan bersama dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sosialnya yang biasanya didasarkan atas kesamaan latar belakang budaya, ideologi, sosial-ekonomi. Di samping itu, secara fisik suatu komunitas biasanya diikat oleh batas lokasi atau wilayah geografis.

Masing-masing komunitas, karenanya akan memiliki cara dan mekanisme yang berbeda dalam menanggapi dan menyikapi keterbatasan yang dihadapinya serta mengembangkan kemampuan kelompoknya.

Menurut Vanina Delobelle, definisi suatu komunitas adalah group beberapa orang yang berbagi minat yang sama, yang terbentuk oleh 4 faktor, yaitu:

1. Komunikasi dan keinginan berbagi: Para anggota saling menolong satu sama lain.

2. Tempat yang disepakati bersama untuk bertemu.

3. Ritual dan kebiasaan: Orang-orang datang secara teratur.

4. Influencer: Influencer merintis sesuatu hal yang disepakati para anggota dan selanjutnya mengikuti. 

Vanina juga menjelaskan bahwa komunitas mempunyai beberapa aturan sendiri, yaitu:

1. Saling berbagi: Mereka saling menolong dan berbagi satu sama lain dalam komunitas.

2. Komunikasi: Mereka saling respon dan komunikasi satu sama lain.

3. Kejujuran: Dilarang keras berbohong. Sekali seseorang berbohong, maka akan segera ditinggalkan.

4. Transparansi: Saling bicara terbuka dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu hal.

5. Partisipasi: Semua anggota harus di sana dan berpartisipasi pada acara bersama komunitas.

Baca Juga: Masyarakat Cyber dan Lenyapnya Batas Sosial

Kelas Bawah, Menengah, dan Atas

Kehidupan masyarakat di negara mana saja, termasuk di Indonesia, terbagi menjadi kelas-kelas sosial tertentu. Selalu ada upper class (kelas atas), middle class (kelas menengah), dan lower class (kelas bawah). Masing-masing kelas sosial mempunyai peran dan fungsi berbeda di dalam masyarakat.

Konsep mengenai kelas sosial sendiri sudah diperkenalkan oleh para ilmuwan sosial yang mengkaji mengenai fenomena kehidupan bermasyarakat. Salah satu yang paling terkenal tentu saja adalah teori Marxis di mana masyarakat terbagi menjadi dua golongan yaitu kaum proletar (masyarakat kelas bawah) dan kaum borjuis (masyarakat kelas atas).

Seiring perkembangan zaman yang semakin modern, pembagian kelas sosial pun menjadi semakin kompleks, ditunjukkan dengan munculnya kelas menengah di antara kedua esktrim tersebut. Begitupun yang terjadi di Indonesia.

Sebelum mencari tahu apa definisi ketiga kelas sosial tersebut di Indonesia, ada beberapa faktor yang menentukan sebuah anggota masyarakat tergolong ke kelas sosial yang mana.

1. Penghasilan

Penghasilan, termasuk kekayaan dan uang yang dimiliki adalah faktor utama yang menentukan kelas sosial seseorang. Kekayaan seseorang akan menentukan gaya hidup mereka.

Orang yang mempunyai uang banyak dapat membeli berbagai barang mewah seperti mobil, jam tangan mewah, perhiasan, dan masih banyak lagi. Itulah mengapa kekayaan menjadi determinan yang penting dalam kelas sosial.

2. Pendidikan

Faktor lain yang menentukan kelas sosial seseorang adalah latar belakang pendidikan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin besar pula biaya yang dibutuhkan. Hal ini menunjukkan latar belakang sosial orang tersebut.

Selain itu, dengan pendidikan yang baik akan mempengaruhi jenjang kelas sosial seseorang di masa depan.

3. Pekerjaan

Hanya dengan mengetahui pekerjaan seseorang, maka kita bisa mengetahui kelas sosial mereka. Gaya hidup seseorang mulai dari pergaulan, standar kehidupan, orientasi keagamaan, bahkan kebiasaan mereka sehari-hari. Inilah mengapa pekerjaan menjadi indikator yang baik untuk menentukan kelas sosial seseorang.

Baca Juga: Kompleksitas Belajar Sikap dalam Komunitas Masyarakat

Definisi Kelas Bawah, Menengah, dan Atas di Indonesia

1. Kelas Bawah (Lower Class)

Sebagai negara berkembang, jumlah masyarakat kelas bawah di Indonesia masih dominan. Dilihat dari sisi pendapatan, golongan masyarakat ini memiliki angka penghasilan di bawah rata-rata. Itulah mengapa masyarakat kelas bawah biasanya hidup di bawah garis kemiskinan.

Di Indonesia, kehidupan masyarakat kelas bawah disubsidi oleh pemerintah dalam berbagai aspek. Mulai dari program pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan, masyarakat kelas bawah mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Jumlah masyarakat kelas bawah mempengaruhi angka kemiskinan di Indonesia.

Terjadi kesenjangan sosial yang tajam antara kelas bawah dengan kelas lain di masyarakat. Kelas bawah mengalami kesulitan untuk mengakses berbagai layanan publik, sumber daya, dan lapangan pekerjaan. Masyarakat kelas bawah tersebar di berbagai wilayah, mulai dari perkotaan, pedesaan, hingga masyarakat yang hidup jauh dari pusat pembangunan.

2. Kelas Menengah (Middle Class)

Kelas menengah bisa dikatakan mendominasi masyarakat Indonesia saat ini. Masyarakat kelas menengah memiliki pengaruh yang besar dalam pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Bisa dibilang, kehidupan kelas menengah cenderung stabil dan teratur. Mereka bisa memenuhi kebutuhan dan pengeluaran sehari-hari.

Meningkatknya jumlah kelas menengah di Indonesia turut mempengaruhi penurunan angka kemiskinan. Pertumbuhan kelas menengah sendiri dapat diukur dengan kenaikan PDB (Pendapatan Domestik Bruto).

Kelas menengah di Indonesia masih dibagi ke dalam beberapa golongan berdasarkan jumlah pengeluaran mereka, yaitu:

  • Poor middle dengan pengeluaran bulanan di bawah Rp 1.000.000.
  • Aspirant middle dengan pengeluaran bulanan antara Rp 1.000.000 sampai Rp 1.500.000.
  • Emerging middle dengan pengeluaran bulanan antara Rp 1.500.000 sampai Rp 2.000.000.
  • Middle dengan pengeluaran bulanan antara Rp 2.000.000 sampai Rp 3.000.000.
  • Upper middle dengan pengeluaran bulanan antara Rp 3.000.000 sampai Rp 5.000.000.
  • Affluent dengan pengeluaran bulanan antara Rp 5.000.000 sampai Rp 7.500.000.
  • Elite dengan pengeluaran bulanan lebih dari Rp 7.500.000.

Menurut Boston Consulting Group (BCG), jumlah kelas menengah di Indonesia pada tahun 2012 tercatat sebesar 64% atau sekitar 41,6 juta jiwa dan akan terus berkembang menjadi 68,2 juta jiwa pada tahun 2020. 

Kelas menengah juga menjadi target utama bagi wirausaha untuk memasarkan produk mereka karena kelas ini cenderung konsumtif. Dengan pendapatan lebih yang dimiliki, kelas menengah mampu memenuhi kebutuhan tersier dengan barang-barang seperti fashiongadget, dan makanan.

3. Kelas Atas (Upper Class)

Inilah golongan elite yang duduk di hierarki teratas kelas sosial masyarakat. Menduduki puncak segitiga, jumlah kelas atas adalah yang paling sedikit di setiap negara. Meski jumlahnya sedikit, namun kelas atas memiliki pengaruh dan dominasi terbesar dalam masyarakat. Pendapatan masyarakat kelas atas ini di atas rata-rata, namun gaya hidup mereka tidak melulu mewah dan konsumtif.

Masyarkat kelas atas justru selalu mencari cara untuk mempertahankan dan menambah kekayaan mereka. Hal itu dilakukan dengan membuka bisnis dan usaha baru, menambah ilmu, dan menerapkan target-target baru untuk dicapai.

Kehadiran kelas atas dengan segala kemewahan yang dimiliki menimbulkan ketimpangan dalam masyarakat. Masyarakat kelas atas dinilai mendominasi semua sumber daya yang ada di Indonesia dengan segala kekayaan dan kekuasaan yang mereka miliki.

Di dalam sebuah negara, termasuk di Indonesia, kesetaraan adalah hal yang mustahil. Meski sumber daya didistribusikan secar adil, akan selalu ada kelas-kelas sosial yang tercipta di dalam masyarakat.

Baca Juga: Kekuasaan Struktural dalam Pertukaran Jaringan

Lapisan Masyarakat Menunjukkan Kelas Komunitas

Lapisan masyarakat terbentuk karena kepentingan komunal untuk mempertahankan titah yang berkuasa dan yang dikuasai dalam menentukan takaran kehormatan yang akan didapatkan. Harta, kedudukan, pengetahuan dan keturunan adalah salah satu alat legitimasi yang membuat posisi imperialism dalam masyarakat itu menjadi legal untuk dilakukan dan dikukuhkan.

Soekanto (2012) di antara lapisan atas dengan yang terendah, terdapat lapisan yang jumlahnya relative. Biasanya lapisan atasan tidak hanya memiliki satu saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat. Akan tetapi, kedudukan yang tinggi itu bersifat komulatif.

Artinya, mereka yang mempunyai uang banyak akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan mungkin juga kehormatan. Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut.

1. Ukuran kekayaan;

2. Ukuran kekuasaan;

3. Ukuran kehormatan; 

4. Ukuran ilmu pengetahuan.

 

Penulis: Khikmah Izzatin (1707016001)

Posting Komentar untuk "Wajah Komunitas dalam Struktur Kemasyarakatan"