Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penetrasi Sosial dalam Tradisi Sosiopsikologi

Penetrasi Sosial

Sejarah Teori Penetrasi Sosial

Sejarah Teori Penetrasi Sosial
Ilustrasi (pexels.com/@pavel-danilyuk)

Teori penetrasi sosial (teori yang membahas bagaimana perkembangan kedekatan dalam sebuah hubungan) dipopulerkan oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor. Irwin Altman adalah seorang psikolog sosial, lahir 16 Juli 1930 di New York City, New York.

Irwin Altman memperoleh gelar BA dari Universitas New York pada tahun 1951, gelar MA dari University of Maryland pada tahun 1954 dan gelar Ph.D. dari University of Maryland pada tahun 1957. 

Sedangkan Dalmas Taylor adalah seorang pemimpin keadilan sosial, cendekiawan, politisi, administrator, mentor dan guru. Taylor adalah pendiri program Fellowship Minoritas di America Psychologycal Assosiation (APA).

Di akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an, kehidupan sosial di Amerika Serikat mengalami perubahan, orang mulai lebih terbuka dalam hubungan personal mereka.

Dalam merespon adanya perubahan budaya, para peneliti mengembangkan beberapa teori untuk mengeksplorasi bagaimana keterbukaan dan self-disclosure (pengungkapan diri) meningkatkan derajat keintiman dalam hubungan.

Selama periode itu, beberapa ahli psikologi yaitu Irwin Altman dan Dalmas Taylor mengembangkan teori penetrasi sosial untuk membantu memahami bagaimana self-disclosure atau pengungkapan diri memfasilitasi kedekatan hubungan dan tahapan-tahapan yang harus dilalui masing-masing individu agar dapat berjalan sebagaimana mereka bergerak dari derajat kedekatan yang minim ke hubungan yang lebih dekat lagi.

Baca Juga: Tips Melakukan Self Love dan Menerima Diri Sendiri Apa Adanya

Analogi Bawang

Analogi bawang merupakan analogi yang dapat menjelaskan bagaimana proses penetrasi sosial dalam sebuah hubungan itu dapat terjadi. Pada analogi bawang ini, terdapat pembagian-pembagian tingkat penetrasi sosial berdasarkan lapisan-lapisan seperti yang ada di bawang. 

Analogi Bawang Altman dan Taylor
Ilustrasi (pexels.com/@mart-production)

Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah. Maksudnya adalah pada hakikatnya manusia memiliki beberapa layer atau lapisan kepribadian. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, maka kita akan menemukan lapisan kulit yang lainnya. Begitu pula kepribadian manusia.

Lapisan kulit terluar dari kepribadian manusia adalah apa-apa yang terbuka bagi publik, apa yang biasa kita perlihatkan kepada orang lain secara umum, tidak ditutup-tutupi.

Dan jika kita mampu melihat lapisan yang sedikit lebih dalam lagi, maka di sana ada lapisan yang tidak terbuka bagi semua orang, lapisan kepribadian yang lebih bersifat semi-private. Lapisan ini biasanya hanya terbuka bagi orang-orang tertentu saja, orang terdekat misalnya.

Lalu lapisan yang paling dalam adalah wilayah private, di mana di dalamnya terdapat nilai-nilai, konsep diri, konflik-konflik yang belum terselesaikan, emosi yang terpendam, dan semacamnya. Lapisan ini tidak terlihat oleh dunia luar, oleh siapapun, bahkan dari kekasih, orang tua, atau orang terdekat manapun. Akan tetapi lapisan ini adalah yang paling berdampak atau paling berperan dalam kehidupan seseorang.

Baca Juga: Teori Kepribadian Gordon Allport

Konsep Dasar

Terdapat dua konsep dasar dalam teori penetrasi sosial, yaitu self-disclosure dan reciprocity.

konsep dasar dalam teori penetrasi sosial
Ilustrasi (pexels.com/@daisy-anderson)

a. Self Disclosure (Pengungkapan Diri)

Pengungkapan diri adalah sebuah tindakan yang bertujuan memberikan informasi tentang diri kita ke orang lain yang kita yakini mereka belum mengetahuinya. Pengungkapan diri umumnya bergerak dari tahapan-tahapan yang lebih kecil, bersifat timbal balik, dan melibatkan kepercayaan.

b. Reciprocity (Timbal Balik)

Ketika diterapkan ke dalam pengungkapan diri, norma timbal-balik menyatakan bahwa ketika seorang individu mengeluarkan suatu informasi tentang dirinya sendiri, orang lain seharusnya merespons dengan memberikan informasi yang sama baik terkait jumlah informasi serta kedalaman informasi yang dibagikan.

Misalnya ketika kita menceritakan pengalaman liburan kita, atau pengalaman yang memalukan atau mengesankan ke orang lain, maka orang tersebut akan menceritakan hal serupa juga.

Baca Juga: The Science of Happiness - Saat Kebahagiaan Tak Lagi Soal Kekayaan

Tradisi Sosiopsikologis

Tradisi sosiopsikologis mengkaji tentang individu sebagai makhluk sosial. Berasal dari kajian psikologi sosial, tradisi ini memiliki dasar yang kuat dalam komunikasi. Penganut tradisi ini percaya bahwa kebenaran komunikasi bisa ditemukan melalui pengamatan yang teliti dan sistematis.

Tradisi ini mencari hubungan sebab-akibat yang dapat memprediksi kapan sebuah perilaku komunikasi akan berhasil dan kapan akan gagal. Adapun indikator keberhasilan dan kegagalan komunikasi terletak pada ada tidaknya perubahan yang terjadi pada pelaku komunikasi. 

Penetrasi Sosial dalam Tradisi Sosiopsikologi

Penetrasi Sosial dalam Tradisi Sosiopsikologi
Ilustrasi (pexels.com/@olly)

Penetrasi sosial adalah teori yang membahas bagaimana perkembangan kedekatan dalam sebuah hubungan. Sedangkan sosiopsikologi adalah salah satu teori psikologi yang mengkaji individu sebagai makhluk sosial.

Pentrasi sosial dalam tradisi sosiopsikologi berupaya mengidentifikasi proses peningkatan keterbukaan dan keintiman seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Seperti yang telah dijelaskan, bahwa Irwin Altman dan Dalmas Taylor menggambarkan manusia seperti bawang, memiliki beberapa lapisan kepribadian.

Lapisan paling luar adalah lapisan yang paling terbuka, tidak ditutupi, dan secara umum orang lain bisa mengetahuinya. Lapisan selanjutnya berisi tentang informasi yang terbuka bagi orang-orang terdekat.

Lapisan paling dalam terdapat nilai-nilai, konsep diri, konflik-konflik yang belum terselesaikan, emosi yang terpendam, dan semacamnya. Lapisan ini tidak terlihat oleh dunia luar, oleh siapapun, bahkan dari kekasih, orang tua, atau orang terdekat manapun.

Morisson (2004), gagasan yang sangat populer dalam tradisi sosiopsikologi yaitu bahwa manusia membuat keputusannya didasarkan atas prinsip “biaya” dan ”imbalan”. Dengan kata lain, jika untuk meraih sesuatu membutuhkan biaya besar, maka orang akan berpikir dua kali sebelum melakukannya.

Namun jika hasil yang diperoleh dari sesuatu yang akan diraih itu memberikan imbalan yang besar maka orang akan melakukannya walaupun biayanya juga besar. Setiap keputusan adalah keseimbangan antara biaya dan imbalan. Bila kita menerapkan prinsip ini pada interaksi manusia, maka kita melihat pada suatu proses yang disebut “pertukaran sosial”.

Dalam teori pertukaran sosial, interaksi manusia adalah suatu interaksi ekonomi, orang akan berusaha memaksimalkan imbalan dan meminimalisasi biaya. Jika pertukaran sosial ini diterapkan pada penetrasi sosial, maka orang akan mengungkapkan informasi mengenai biaya bila rasio imbalan bisa diterima.

Menurut Altman dan Taylor, orang tidak hanya menilai biaya dan imbalan suatu hubungan pada saat tertentu saja, tetapi mereka menggunakan segala informasi yang ada untuk memperkirakan biaya dan imbalan pada waktu yang akan datang.

Ketika imbalan yang diterima lambat laun semakin besar sedangkan biaya semakin berkurang, maka hubungan di antara pasangan individu akan semakin dekat dan intim, dan masing masing akan lebih banyak memberikan informasi mengenai diri mereka masing-masing.

Baca Juga: Pengertian dan Sejarah Teori Interdependensi

tahap perkembangan hubungan antar individu
Ilustrasi (pexels.com/@jack-sparrow)

Altman dan Taylor mengajukan empat tahap perkembangan hubungan antar individu, yaitu:

a. Tahap orientasi. Tahap di mana komunikasi yang terjadi bersifat tidak pribadi. Para individu terlihat hanya menyampaikan informasi yang sangat umum saja. Jika pada tahap ini mereka yang terlibat merasa cukup mendapatkan imbalan dari interaksi awal, maka mereka akan melanjutkan ke tahap berikutnya.

b. Tahap pertukaran efek eksploratif. Tahap di mana muncul gerakan ke arah keterbukaan yang lebih dalam.

c. Tahap pertukaran efek. Tahap munculnya perasaan kritis dan evaluatif pada level yang lebih dalam. Tahap ketiga ini tidak akan dimasuki kecuali para pihak pada tahap sebelumnya telah menerima imbalan yang cukup berarti dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

d. Tahap pertukaran stabil. Adanya keintiman dan pada tahap ini masing-masing tindakan mereka memberikan tanggapan yang sangat baik.

Baca Juga: Teori Perbandingan dalam Menilai Kebutuhan

Teori penetrasi sosial ini berperan penting dalam memusatkan perhatian individu pada perkembangan hubungan, namun demikian teori ini tidak dapat memberikan penjelasan yang memuaskan terhadap praktik hubungan bahwa interaksi bergerak meningkat mulai dari tahap umum hingga tahap pribadi dalam suatu garis lurus saat ini sudah menjadi terlalu sederhana.

Studi yang mempelajari individu sebagai makhluk sosial merupakan kekuatan dari tradisi pemikiran sosiopsikologi. Pemikiran yang berasal dari bidang ilmu psikologi sosial ini telah berkembang menjadi suatu pemikiran yang sangat berpengaruh dalam teori komunikasi.

Pemikiran sosiopsikologi sangat bermanfaat dalam membantu kita memahami situasi sosial di mana kepribadian menjadi penting di dalamnya, atau bagaimana penilaian seseorang menjadi bias karena adanya faktor kepercayaan dan perasaan serta bagaimana seseorang memiliki pengaruh terhadap orang lain.

Teori yang berada di bawah tradisi sosiopsikologi memberikan perhatiannya pada perilaku sosial individu, pengaruh individu, kepribadian dan sifat persepasi serta kognisi yaitu proses memahami dan mengetahui.

Komunitas dan Pemikirannya

Komunitas dan Pemikirannya
Ilustrasi (pexels.com/@kelly-1179532)

Komunitas merupakan kolompok khusus dari orang-orang yang tinggal dalam wilayah tertentu, memiliki kebudayaan dan gaya hidup yang sama, sadar sebagai satu kesatuan, dan dapat bertindak secara kolektif dalam usaha mereka mencapai suatu tujuan.

Kelompok-kelompok yang ada satu sama lain saling kenal dan juga dapat berinteraksi satu sama lain, serta memiliki penghayatan yang sama terhadap perilaku yang dilakukan, karena mereka memiliki tujuan yang diketahui bersama dan diyakini dengan baik.

Kalau kita berbicara tentang psikologi komunitas di mana perilaku mereka merupakan efek penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya. Rasanya tidak heran apabila peran lingkungan dalam pembentukan perilaku sangat signifikan dalam mempengaruhi individu dan komunitasnya.

Giddens & Turner (2008), umat manusia membuat sejarahnya sendiri. Sejarah dari setiap masyarakat akan sangat bergantung kepada usaha yang dilakukan dalam proses pengembangan diri untuk menciptakan masyarakat yang beradab.

Peradaban itu hanya tercipta dengan pemikiran yang cemerlang dari individu yang sudah menasbihkan diri mereka untuk kepentingan pengetahuan secara totalitas. Sehingga perlu sekiranya untuk memberikan stimulus pada individu agar dapat menciptakan komunitas yang memiliki visi sama dalam kepentingan yang sama dalam kemajuan ilmu pengetahuan.

Pada ruang lingkup komunikasi, komunitas masuk ke dalam konteks komunikasi organisasi di mana individu yang bersama-sama, melalui suatu hirarki dan pembagian kerja berusaha mencapai tujuan tertentu. (Rogers dalam Moss & Tubs, 2005).

Baca Juga: Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi

Tujuan dari suatu masyarakat yang produktif yaitu mampu mengambil peran dan fungsi. Peran dan fungsi tersebut yaitu:

1. Pikiran

Menurut Mead, pikiran merupakan proses percakapan seseorang dengan dirinya sendiri. Pikiran muncul dan berkembang dalam proses sosial dan merupakan bagian integral dari proses pikiran. Pikiran berbeda dengan ingatan. Mead juga melihat pikiran secara pragmatis.

Menurut Mead, pikiran melibatkan proses berpikir yang mengarah pada penyelesaian masalah. Dunia nyata penuh dengan masalah dan fungsi pikiranlah untuk mencoba menyelesaikan masalah dan memungkinkan orang beroprasi lebih efektif dalam kehidupan.

2. Self (Diri)

Pada dasarnya diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah objek. Diri adalah kemampuan khusus untuk menjadi subjek maupun objek. Diri mensyaratkan proses sosial; komunitas antar manusia. Diri muncul dan berkembang melalui aktivitas hubungan sosial.

Psikologi sosial mempelajari bagaimana orang menghayati, berfikir, merasakan tentang dunia mereka dan bagaimana merelakan saling berinteraksi dan mempengaruhi.

Fungsi diri ini lah untuk mengatahui bagaimana kita membentuk kesan untuk orang lain, bagaimana sikap sosial kita, bagaimana prasangka konflik antar kelompok dapat dikurangi, bagaimana kita merespon pengaruh sosial. Karena pada dasarnya perilaku seseorang merupakan fungsi orang tersebut atas sebuah situasi.

Penulis: Sani Lya Safitri (1707016012)

Posting Komentar untuk "Penetrasi Sosial dalam Tradisi Sosiopsikologi"