Masyarakat Cyber dan Lenyapnya Batas Sosial
Initentangpsikologi.com - Masyarakat cyber (masyarakat maya) dan lenyapnya batas sosial. Masyarakat adalah kelompok-kelompok orang yang menempati sebuah wilayah (territorial) tertentu, yang hidup secara relatif lama dan saling berkomunikasi.
![]() |
Ilustrasi (pexels.com) |
Kemudian memiliki simbol-simbol dan aturan tertentu serta sistem hukum yang mengontrol tindakan anggota masyarakat, memiliki sistem stratifikasi, sadar sebagai bagian dari anggota masyarakat tersebut serta relatif dapat menghidupi dirinya sendiri.
Munculnya Masyarakat Cyber
Penggunaan teknologi informasi seperti televisi, internet, dan telepon seluler oleh masyarakat merupakan dasar bagi munculnya masyarakat cyber (masyarakat maya). Perangkat teknologi informasi tersebut mendorong revolusi terbentuknya masyarakat cyber. Kehadiran masyarakat tersebut sesungguhnya sudah diwartakan para ahli jauh-jauh hari.
Penemuan dan perkembangan teknologi informasi dalam skala massal, telah mengubah bentuk masyarakat manusia dari masyarakat dunia lokal menjadi masyarakat dunia global. Sebuah dunia yang sangat transparan terhadap perkembangan informasi, transportasi, serta teknologi yang begitu cepat dan begitu besar mempengaruhi peradaban umat manusia.
Sehingga dunia juga dijuluki The Big Village, yaitu sebuah desa yang besar di mana masyarakatnya saling mengenal dan saling menyapa satu dengan yang lainnya layaknya kehidupan yang berkembang di desa.
Baca Juga: Norma-Norma Kelompok Sosial
Masyarakat maya, adalah sebuah kehidupan manusia yang tidak dapat secara langsung diindera melalui penginderaan manusia, namun dapat dirasakanan dan disaksikan sebagai sebuah realitas. Masyarakat maya terbentuk akibat kemajuan teknologi yang ada pada saat ini, kehadiran media sosial yang pada awalnya berfungsi sebagai jembatan komunikasi antar manusia berubah menjadi suatu "dunia baru".
Masyarakat maya dapat berakibat pada hilangnya batas-batas sosial. Pada era globalisasi dan abad virtual seperti sekarang, banyak konsep sosial seperti struktur sosial, interaksi sosial, integrasi, dan solidaritas kelompok menjadi kehilangan realitas konkretnya.
Awalnya masyarakat maya merupakan sebuah fantasi manusia. Fantasi tersebut adalah sebuah hiper-realitas manusia tentang nilai, citra, dan makna kehidupan manusia sebagai lambang dari pembebasan manusia terhadap kekuasaan materi dan alam semesta.
Kemajuan teknologi informasi inilah yang telah mengubah dunia maya yang terdiri dari berbagai macam gelombang magnetik dan gelombang radio, serta sifat kematerian yang belum ditemukan manusia, sebagai sebuah ruang kehidupan baru yang sangat prospektif bagi aktivitas manusia yang memiliki nilai efisiensi yang sangat tinggi.
Baca Juga: Jenis-Jenis dan Ciri-Ciri dari Kelompok Sosial
Masyarakat Cyber = Masyarakat Nyata?
Sebagai ciptaan manusia, maka masyarakat maya menggunakan seluruh metode kehidupan masyarakat nyata sebagai model yang dikembangkan di dalam segi-segi kehidupan maya. Seperti membangun interaksi sosial dan kehidupan kelompok, membangun stratifikasi sosial, membangun kebudayaan, membangun pranata sosial, membangun kekuasaan, wewenang dan kepemimpinan, bahkan termasuk kejahatan.
Interaksi sosial dan kehidupan kelompok terkadang berlangsung cukup lama antara sesama anggota masyarakat maya lainnya. Pengguna internet yang ini disebut Netter yang setiap saat berada dalam dunia maya. Mereka bergaul, menyapa, menjalin cinta, berbisnis, belajar dan bahkan berbuat kriminal dalam mayarakat maya. Namun mereka tidak menetap di sana karena tidak memiliki rumah sebagai alamat mereka.
Masyarakat maya membangun dirinya dengan sepenuhnya mengandalkan interaksi sosial dan proses sosial dalam kehidupan kelompok (jaringan) intra dan antar sesama anggota masyarakat maya.
Masyarakat maya dibangun melalui interaksi sosial sesama anggota masyarakat maya. Syarat-syarat interaksi sosial dalam masyarakat nyata harus memiliki social contact dan communication. Persyaratan ini juga menjadi substansi utama dalam kehidupan sosial mayarakat maya.
Hubungan yang dibangun dalam jaringan-jaringan komputer, frekuensi radio, antena atau modem sesungguhnya adalah hubungan-hubungan sosial yang dibangun oleh anggota masyarakat maya untuk saling berinteraksi sedangkan mesin-mesin itu hanyalah media yang mereka gunakan.
Kehadiran ruang sosial maya memberikan perspektif baru dalam memahami perkembangan teknologi media. Ruang sosial maya ini berguna untuk mengeksplorasi dan menyalurkan segala informasinya tanpa memperhatikan batasan-batasan ruang dunia nyata. Sebagai bentuk alegori dari kesiapan manusia menuju pemahamannya terhadap realitas kesadaran rasionalnya.
Plato mengilustrasikan orang yang dipasung di dalam gua yang menemukan bayang-bayang dan cahaya sementara orang-orang yang masih terpasung di dalam gua tidak dapat menyaksikan cahaya atau sinar matahari. Kisah ini sekedar menunjukkan adanya pertukaran realitas untuk membedakan mana dunia real (nyata) dan non-real atau maya. Sehingga para filsuf menyebutnya sebagai bentuk “hierarki realitas”.
Hilangnya Batas Sosial dalam Tinjauan Sosiologi
Munculnya masyarakat cyber berakibat hilangnya batas-batas sosial. Pada era globalisasi dan abad virtual seperti sekarang, banyak konsep sosial seperti struktur sosial, interaksi sosial, integrasi, dan solidaritas kelompok menjadi kehilangan realitas konkretnya. Unsur-unsur pembentuk masyarakat menjadi tak lebih dari mitos belaka.
Dalam masyarakat cyber, berbagai realitas sosial yang berkembang dalam skala global terutama yang diakibatkan kemajuan teknologi informasi, justru menggiring masyarakat pada lenyapnya batas sosial.
Menurut Alan Touraine dalam bukunya “Two Interpretations of Social Change (1992)”, hal di atas disebabkan laju modernisasi yang telah mencapai titik ekstremnya. Situasi tersebut disebutnya sebagai era hiper modernisasi kontemporer. Kehidupan sosial telah kehilangan kesatuannya. Hal itu kini tak lebih dari sebuah arus perubahan yang terus-menerus yang di dalamnya yaitu para pelaku (actors) baik sebagai individu maupun kolektif tidak lagi bertindak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial (Piliang, 1998:89).
Acuan tindakan mereka tidak lain adalah strateginya masing-masing agar dapat bertahan di tengah derasnya proses perubahan global. Oleh karena itu, tindakan mereka sulit dikontrol institusi resmi seperti agama dan negara (Triwikromo wacana suara merdeka : 2009).
Baca Juga: Teori Perbandingan Sosial dalam Psikologi Sosial
Pola Proses Interaksi Sosial
Dari cara berinteraksi masyarakat maya lahir dua pola proses interaksi sosial yaitu proses sosial disosiatif dan proses sosial asosiatif.
a. Proses Sosial Disosiatif
Proses sosial disosiatif terjadi ketika beberapa anggota masyarakat maya terlibat dalam proses persaingan, atau bahkan konflik dengan sesama warga masyarakat maya. Proses sosial ini terjadi ketika mereka bersaing memberi peluang akses kepada masyarakat dan mencari sumber-sumber pembiayaan untuk menghidupi jaringan mereka.
Untuk ini mereka harus berkompetisi dengan kompetisi lain yang juga berupaya melakukan hal yang sama. Proses sosial disosiatif ini juga terjadi ketika sebuah jaringan website dengan berbagai alasan ekonomi atau politik terpaksa harus melakukan penyerangan kepada jaringan website lainnya, kemudian mereka terlibat dalam peperangan.
b. Proses Sosial Asosiatif
Sementara sifat jaringan dan proses sosial dalam masyarakat maya yang mementingkan kerja sama, maka selain proses disosiatif, terbanyak dari proses sosial itu adalah proses sosial asosiatif antara jaringan-jaringan (kelompok-kelompok) yang ada. Proses ini memberi peluang kepada komunitas maya, baik intra maupun antar jaringan untuk melakukan kerjasama di antara mereka.
Kerjasama ini menghasilkan proses lanjutan seperti akomodasi informasi dan asimilasi kebudayaan masyarakat maya dalam skala global ke seluruh jaringan masyarakat yang akhirnya mempengaruhi perilaku dan interaksi mereka satu dengan lainya (Bungin, 2008:159).
Referensi:
Alan Touraine. Two Interpretations of Social Change. 1992
Penulis: Amalia Septiana (17070016038)
Posting Komentar untuk "Masyarakat Cyber dan Lenyapnya Batas Sosial"