Peran Agama Dalam Pembinaan Kesehatan Mental
Kesehatan mental dan ketenangan batin
menghendaki hubungan aktif dan konstan dengan Tuhan melalui penerimaan dan
pelaksanaan perintah-Nya serta meninggalkan larangan-Nya. Pengakuan secara
intelektual tentang kebergantungan manusia kepada Tuhan tidak cukup.
Pengakuan
itu harus direalisasikan dan dimanifestasikan melalui hubungan aktif dengan
Tuhan berupa shalat, berpuasa, dan melaksanakan perintah-Nya yang lain sesuai dengan kemampuan kita serta
meninggalkan larangan-Nya. Tanpa ibadah, pengakuan hubungan dengan Tuhan hanya
khayalan belaka.
Shalat, berdo’a, dan tata cara beribadah merupakan pendekatan
jiwa raga, hati dan pikiran kepada Tuhan akan dapat mengusir rasa cemas, rasa
takut, khawatir, sedih, rasa sendiran, rasa tidak berdaya, bahkan dapat
menimbulkan rasa ketenangan dan kebahagiaan.
Menurut Dr. Frankl dalam bukunya,
ia mengutip hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sekitar 20 persen
diantara penderita-penderita penyakit neurosis disebabkan oleh ketidakmampuan
para pasien untuk menemukan tujuan hidup mereka. Barangkali tugas dokter
terapis adalah membimbing mereka menuju makna hidup dengan menyadarkan mereka
akan arti sejumlah nilai.
Pembinaan mental dimulai sejak kecil, semua pengalaman yang dilalui, baik yang disadari atau tidak,
ikut menjadi unsur-unsur yang tergabung dalam kepribadian seseorang. Diantara
unsur-unsur terpenting yang akan menentukan corak kepribadian seseorang
dikemudian hari adalah nilai-nilai yang diambil dari lingkungan, terutama
keluarga sendiri. Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai agama, moral dan
sosial.
Apabila pengalaman semasa kecil banyak dibekali dengan nilai-nilai
agama, maka kepribadiannya akan memiliki unsur-unsur yang baik atau terbiasa
hidup dalam aturan beragama serta takut melangkahi larangan-larangan agama dan
dapat merasakan betapa nikmatnya hidup beragama.
Demikian juga sebaliknya, jika
nilai-nilai yang diterimanya jauh dari agama, dan nilai-nilai sosial dan moral
yang didasarkan bukan kepada agama, maka akan sering mengalami perubahan sesuai
dengan perkembangan masyarakat itu sendiri.
Baca Juga: Efek agama terhadap kesehatan mental
Agama memiliki fungsi yang sangat
penting terutama bagi anak-anak yang sedang dalam masa tumbuh yaitu untuk
penenang jiwa. Sedangkan pada masa adolesen
(antara 13-21 tahun) anak-anak sedang mengalami kegoncangan jiwa. Dalam
periode ini mereka mengalami kegelisahan oleh perasaan-perasaan yang ingin
melawan dan menentang orangtua.
Selain itu, terkadang muncul timbulnya
dorongan-dorongan seks. Disamping itu, kegelisahan yang dialami bisa terjadi
karena takut akan kegagalan. Segala penyebab kegelisahan itu akan menyebabkan
mereka menderita dan kebingungan. Dalam keadaan seperti itu; agama, tuhan dan
kepercayaan kepada tuhan merupakan penolong yang sangat ampuh untuk
mengembalikan ketenangan dan keseimbangan jiwanya.
Diantara faktor-faktor yang menyebabkan
bertambah besarnya keutuhan remaja terhadap agama adalah rasa dosa atas segala
yang dilakukan pada masa tersebut. Seperti yang telah diketahui, bahwa pada
masa tersebut adalah masa bangkitnya dorongan-dorongan seksual akibat
selesainya pertumbuhan jasmani.
Dorongan-dorongan tersebut akan mengancam dan
membahayakan nilai-nilai yang pernah diterimanya, kemudian timbul perasaan
tidak berdaya. Dari perasaan ketidakberdayaan tersebut, maka remaja akan
membutuhkan bantuan dari luar dirinya.
Disamping itu, pada masa remajalah
hubungan anak dan orangtua semakin merenggang karena dirasa ia telah banyak
melakukan segala hal dengan sendiri, dan ia merasa memiliki hak sepenuhnya atas
hidupnya sendiri serta ia tidak ingin lagi bergantung pada orangtuanya.
Dalam
keadaan-keadaan yang sangat rumit ini, segala sesuatu mendorongnya untuk
mencari jalan supaya perkembangan dirinya tetap berjalan lancar dan wajar.
Untuk itu, ia memerlukan kepercayaan yang sungguh-sungguh kepada Tuhan,
sehingga bantuan luar yang diharapkannya itu tidak menyesatkan dan
menggoncangkan pertumbuhan mentalnya.
Maka, agama dan keyakinan yang
sungguh-sungguh kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah kebutuhan jiwa yang pokok,
yang dapat memberikan bantuan bagi remaja untuk melepaskannya dari gejolak jiwa
yang tidak terkendalikan dan menolongnya dalam menghadapi dorongan-dorongan
seksual yang baru saja tumbuh.
Baca Juga: Agama menurut Sigmund Freud
Seorang remaja sebenarnya takut akan siksaan
batin dan konflik jiwa yang kurang jelas sebab-sebabnya. Oleh karena itu, agama
adalah obat penawar yang sejuk yang akan memadamkan nyala yang bergejolak dalam
hati seseorang.
Ketika seseorang masuk ke dalam usia
dewasa dengan seluruh kegoncangan yang belum terpadamkan. Meskipun
kegoncangan-kegoncangan tersebut tidak terlihat dengan jelas atau bahkan
terlihat tenang dan aman saja, terlihat baik dan tidak tampak kegelisahannya,
namun jika diselidiki lebih dalam akan ditemukan betapa sukarnya untuk
menentramkan batinnya.
Mungkin ia akan melanjutkan hidupnya dengan cara yang
dipilihnya sendiri, tanpa mengenal dan mengindahkan agama dengan tenang selama
suasana dan keadaan yang dihadapinya menyenangkan. Agama
akan sangat dibutuhkan oleh seseorang terutama jika keadaan sosial, ekonomi dan
politik goncang, karena dengan jiwa yang terisi dengan keyakinan agama akan
membuatnya lebih tenang dalam menghadapi masalah yang sedang dihadapi.
Sebagai
kesimpulan yang dapat dipastikan bahwa agama merupakan unsur yag terpenting
dalam pembinaan mental. Tanpa agama, rencana pembagunann-pembangunan tdak akan
terlaksanan dengan sebaik-baiknya karena bisa atau tidaknya seseorang
melaksanakan suatu rencana dengan baik bergantung kpeada ketenangan jiwanya.
Jika jiwanya gelisah, ia tidak akan sanggup menghadapi kesukaran yang mungkin
terdapat dalam pelaksanaan rencana-rencana tersebut. Mental yang tumbuh tanpa
agama belum tentu akan dapat mencapai integritas, karena kurangnya ketenangan
dan ketentraman jiwa.
Manusia sebagai makhluk rohaniah berusaha
agar hidupnya bermakna dan mempunyai arti. Pemberian makna pada hidup yang
tertinggi adalah pengabdian dalam hubungannnya dengan Tuhan. Manusia harus
mempunyai kesadaran yang kuat mengenai hubungannnya dengan Tuhan untuk dapat
menyelesaikan dengan baik kesukaran, ketakutan, konflik dan frustasi dalam
kehidupan sehari-hari.
Kesadaran dan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa
akan merangsang rasa rendah hati, makin mengenali dirinya sendiri dan dapat
memberikan rasa aman yang mendalam. Keimanan dan keyakinan bahwa Tuhan
betul-betul memperhatikan makhluk-Nya, melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, bagi
yang memohon.
Kasih sayang dan takdir-Nya meliputi segala sesuatu dan
melindungi kita dari realitas yang kejam. Semua itu merupakan jaminan paling
aman untuk kemantapan mental dan ketenangan jiwa.
Keimanan dapat mencegah
ketakutan, kecemasan, kekhawatiran, rendah diri dan lain-lainnya yang dapat
membahayakan kesehatan mental dan integritas kepribadian. Maka, setiap hari
kita harus mencari Tuhan, karena kebahagiaan dan ketenanagan yang
sebenar-benarnya hanya akan tercapai apabila manusia telah menemukan Tuhan.
Referensi Bacaan:
Semiun Yustinus, 2006, Kesehatan Mental
3, Yogyakarta: Kanisius
Ahyadi Abdul Aziz, 1987, Psikologi Agama
: Kepribadian Muslim Pancasila, Bandung : Sinar Baru
Rakhmat Jalaluddi, 2003, Psikologi Agama
Sebuah Pengantar, Bandung: Mizan Media Utama (MMU)
Daradjat Zakiah, 2001, Peranan Agama
Dalam Kesehatan Mental, Jakarta : Toko Gunung Agung
Thouless Robert H, 1992, Pengantar
Psikologi Agama, Jakarta : CV Rajawali
M.A Subandi, Agama Dalam Perjalanan
Gangguan Mental Psikotik Dalam Konteks Budaya Jawa, Jurnal Psikologi, Vol 39,
No 2, hlm. 168
Amna, Bunayya Nur, Hubungan Tingkat
Religiusitas dengan Kesejahteraan Psikologis Siswa SMK Muhammadiyah 2 Malang,
Fakultas Psikologi, 2015.
"Menurut Dr. Frankl dalam bukunya, ia mengutip hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sekitar 20 persen diantara penderita-penderita penyakit neurosis disebabkan oleh ketidakmampuan para pasien untuk menemukan tujuan hidup mereka"
BalasHapusIjin ngutip kalimat diatas, sebab saya sendiri baru sadar mulai dari kesibukan kerjaan hingga menemukan tujuan hidup...inilah yang membuat seseorang untuk bertahan terus hidup sehat dan kuat... sehingga semangat untuk melihat ujung perjalanan hidup ini kelak
Sebab kepada siapa lagi kita bisa bergantung dan meminta pertolongan selain kepada-Nya. Kita akan mengenal Dia hanya bila memiliki agama
BalasHapusHi mbak salam kenal, kebetulan sy divonis bipolar oleh Psikiater saya. Artikel ini ok punya, krn memang disamping di dunia dokter yg mengobati, namun kesadaran kita akan kehadiranNya membuat kita menjadi lebih kuat utk melawan sakit ini.
BalasHapusJujur, postingan ini berat isinya bagi saya. Mungkin karena pengetahuan saya yang cetek masalah agama. Tetapi saya yakin banget bahwa agama (dan keyakinan) memang salah satu benteng kuat dalam meredam gejolak hasrat seksual yang muncul di dalam diri remaja.
BalasHapusBahkan, sampai dewasa pun saya yakin agama juga mempunyai peranan kuat dalam menahan nafsu seseorang, meski tidak seberhasil saat remaja.
Yap, kurang lebih setuju dengan penjelasan di atas, banyak orang yang stres atau dalam masalah besar tidak sanggup menjalani kehidupan mereka, alhasil jalan terakhir yang mereka tempuh adalah bunuh diri, padahal mereka punya agama sebagai benteng atau tempat menyerahkan segala masalah.
BalasHapusBanyak kasus bunuh diri remaja-remaja di negara maju (gak usah jauh-jauh deh, Jep*ng atau Ko*ea misalnya), itu karena kebanyakan dari mereka tidak dekat dengan agama, umumnya ateis. Teman saya yg belasan tahun tinggal di sana menceritakan demikian. Agama itu penting.
BalasHapusBagus banget mba, ak seneng banget akhirnya ada blog yang concern sama masalah psikologi apalagi di Indonesia orang belum aware ya sama kesehatan mental. Mau konsul sama psikolog malu dan takut dikatain gila. Miris sih. Dan, hidup tanpa adanya keimanan itu rasanya hampa tanpa arah tujuan yang jelas rasanya mba.Karena rohani kita pun perlu makanan, dan makanan utamanya adalah iman.
BalasHapusAgama memang bisa menjadi jalan terbaik ketika sedang mengalami kesukaran atau kehilangan tujuan hidup. Namun di sisi lain, agama bukan satu-satunya solusi. Kebanyakan salah kaprah untuk langsung mengatakan seseorang lemah agamanya ketika sedang mengeluh, padahal bisa jadi bukan karena itu. Ia mungkin sudah berdoa dan berserah diri pada-Nya namun belum merasa cukup. Di sini pentingnya mendengarkan dan jangan langsung mengatakan seseorang lemah agamanya, kalau memang tidak bisa untuk memberikan solusi, paling tidak jangan malah membuatnya makin terpuruk
BalasHapus"Apabila pengalaman semasa kecil banyak dibekali dengan nilai-nilai agama, maka kepribadiannya akan memiliki unsur-unsur yang baik atau terbiasa hidup dalam aturan beragama serta takut melangkahi larangan-larangan agama dan dapat merasakan betapa nikmatnya hidup beragama."
BalasHapusMelihat banyaknya pemberitaan tentang pelanggaran norma yang dilakukan oleh orang-orang yang kita anggap memiliki pemahaman agama yang baik, kita tak dapat sepenuhnya mengaminkan hal ini. Ketenangan mental tak melulu berkaitan dengan tingkat keimanan atau agama seseorang.
Menemukan Tuhan pada diri dan lingkungan harus diajarkan oleh keluarha sebagai madrasah pertama. Setuju. Setiap usia memiliki tantangan sendiri dan bisa diselesaikan jika ia sudah bisa menyelesaikan proses menemukan Tuhan dan mengapa ia harus berpasrah pada-Nya.
BalasHapusAgama memang sudah menjadi bagian dari kehidupan, agama juga merupakan sebuah pondasi dalam menjalani kehidupan. Ketika hidup tidak didasari dengan agama yang kuat kebanyakan orang tidak akan kuat dalam menghadapi cobaan hidup.
BalasHapusKeterpurukan juga termasuk gangguan mental yang harus dihindari. Kalau sudah seperti itu peran agama memang sangat penting, bahkan penting sekali. Saya sendiri, biasaya kalau gelisah selalu baca sholawat, itu juga salah satu pembinaan kesehatan yang bisa kalian coba
BalasHapussaya percaya terhadap diri saya semakin saya dewasa semakin banyak yang di uji oleh Allah agar saya bisa menghadapi dan melewati ini semua... saya merasa peran agama dalam kesehatan sangat penting apalagi saat solat itulah tempat kesehatan saya
BalasHapusAgama buatku sih jadi pegangan hidup. Jalan hidup kita, turun naik, yg menguatkan yaa agama sih...
BalasHapusAgama dapat membimbing kita agar tetap sadar dan menjalani kehidupan kita sebaik-baiknya. namun tetap banyak sekali faktor yang dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang.
BalasHapusMemang penting sekali membiasakan beragama sedari masih kecil ya. Jujur aja aku mengakui kalau aku kurang kuat dalam beragama. Sepertinya hal itulah yang memicu kadang merasa gelisah, kurang aman dan rendah diri. Aku harus lebih banyak belajar dan terus belajar lagi nih soal beragama dan beriman
BalasHapusMeski banyak yang bilang gak ada hubungannya masalah agama dan keyakinan dengan mental. Tapi bagiku agama dan hubungan kita ke tuhan minimal bisa bikin kita makin tenang dan berpikir lebih logisss.. Mengurangi rasa gelisah terutama
BalasHapusMemang terkadang kita baru ingat dengan Tuhan dan aturan agama ketika sedang sulit. Salah satu buktinya adalah banyak orang yang menyebut nama Tuhannya ketika berada di ketidakberdayaan, ketika sedang gempa misalnya.
BalasHapusOleh karena itu, nikmat beragama adalah nikmat yang perlu kita syukuri. Karena agama membuat hidup kita lebih teratur dan bermakna.
aku setuju banget dengan ini nih, "...sekitar 20 persen diantara penderita-penderita penyakit neurosis disebabkan oleh ketidakmampuan para pasien untuk menemukan tujuan hidup mereka."
BalasHapusMemang ya, kunci utama ketenangan dan kebahagiaan itu, bisa menemukan jalan mneuju Tuhan. Perbaiki kedekatan dengan-Nya. Terimakasih Kak sudah mengingatkan.
BalasHapusSetuju, kak. Agama menjadi hal yang sangat vital dalam pembinaan mental. Ini juga yang kemudian menjadi landasan kenapa di rumah sakit tempat saya kerja, di sana menggabungkan konsep pengobatan medis dengan terapi tauhid.
BalasHapuskarena sebenarnya agama tidak hanya sekedar petunjuk hidup juga, melainkan petunjuk bagaimana menjalani hidup itu sendiri. Aturan-aturan hingga pelajaran berharga ada dalam satu kesatuan
BalasHapus