Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Efek Agama Terhadap Kesehatan Mental

Efek Agama Terhadap Kesehatan Mental

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, Terdapat beberapa pendapat dan analisis yang dilakukan dengan mengambil kesimpulan tentang hubungan agama dan kesehatan.

Salah satu kesimpulan yang dapat kita nyatakan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi adalah bahwa agama, terutama yang didasarkan kepada kepercayaan terhadap Tuhan, tidak berpengaruh negatif terhadap kesehatan.

Seperti yang terlibat dalam pembantaian Jonestown dan Waco, juga kelompok-kelompok agama yang menyimpang dan berada di pinggiran masyarakat atau di luar tradisi agama yang sudah mapan.

Tidak ada satu penelitian pun yang mendukung pengaruh negatif pada kesehatan mental dan fisik dari sholat, kehadiran ke gereja, sembahyang, membaca Alkitab, atau keterlibatan dalam ritual keagamaan, termasuk yang terjadi dalam konteks tradisi agama Judeo-Kristiani.

Baca Juga: Perilaku Beragama dalam Pandangan Psikoanalisis

Secara umum, kesalehan dan seringnya mengikuti kegiatan agama, baik sendirian ataupun bersama, akan berhubungan dengan kesehatan mental yang lebih baik. Secara lebih spesifik:

a. Sejumlah besar penduduk Amerika (sekitar 20- 40 % ) mengatakan bahwa agama ialah salah satu dari faktor penting yang membantu mereka mengatasi situasi hidup yang penuh stres.

b. Penggunaan agama sebagai perilaku koping berkaitan dengan harga diri yang lebih tinggi dan depresi yang lebih rendah. Agama dan spiritualitas telah dibuktikan berkontribusi secara positif terhadap proses pemulihan dengan berbagai cara yang berbeda. Pertama, agama memberikan dukungan untuk mengatasi (coping) stres.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa ternyata secara umum pasien psikotik akan beralih ke hal-hal yang berkaitan dengan agama dalam mencari bantuan (Fallot, 2001; Redko, 2003).

c. Komitmen agama yang taat (terutama keberagamaan intrinsik) berkaitan dengan tingkat depresi yang lebih rendah, penyembuhan dari depresi yang lebih cepat, kesejahteraan dan moril yang lebih tinggi, harga diri yang lebih baik, locus control yang internal, perkawinan yang lebih bahagia, penyesuaian diri yang lebih cepat pada pasien yang menderita dimensia atau kanker stadium terakhir.

d. Pengunjung tempat ibadah yang rajin, berkaitan dengan 40-50 % pengurangan risiko depresi, tingkat bunuh diri yang lebih rendah, tingkat kecemasan yang lebih rendah, tingkat alkoholisme dan penggunaan zat adiktif yang lebih rendah, dukungan sosial yang lebih tinggi; kebahagiaan, penyesuaian, dan kesejahteraan yang lebih besar, harga diri yang lebih tinggi, kepuasaan hidup yang lebih tinggi; dan meramalkan perasaan yang positif dua belas tahun kemudian pada orang dewasa muda.

e. Kegiatan agama sendirian, seperti sholat dan membaca kitab suci, berkaitan dengan kesehatan yang lebih besar, kepuasan hidup yang lebih tinggi, kecemasan mati yang lebih rendah, dan tingkat alkoholisme dan penggunaan obat yang lebih rendah pula.

f. Intervensi psikoterapis untuk mengatasi depresi dan anxiety disorder yang mengintegrasikan agama dengan psikoterapi mempercepat penyembuhan lebih tinggi dari teknik psikoterapi sekuler saja.

Baca Juga: Agama Menurut Sigmund Freud

2 komentar untuk "Efek Agama Terhadap Kesehatan Mental"