Cara Mengatasi Stres yang Benar dengan Menggunakan Metode "Coping Stress"
Stres sering bersumber dari berbagai
permasalahan yang belum diselesaikan atau tidak dapat diselesaikan pada saat
itu. Oleh karena itu, salah satu cara penanganan stres yang mujarab adalah
menyelasaikan masalah. Ada banyak orang yang mengalami masalah setiap harinya.
Namun, alih-alih berusaha menyelesaikan
permasalahan, mereka malah menghindarinya dan bersikap seolah-olah tidak ada
masalah. Kalau dibiarkan terus-menerus, suatu saat hal ini akan meledak dan
justu menimbulkan stres yang lebih kompleks dan parah.
Stres mungkin merupakan fakta dalam
kehidupan kita, tetapi bagaimana kita menghadapi stres dapat menentukan
bagaimana cara kita mengatasi stres tersebut. Respon tiap orang dalam
menghadapi stres sifatnya individual, yang biasanya hal tersebut sangat
bergantung pada faktor psikologis, seperti makna yang diterapkan pada stres
yang sedang dihadapinya, misalnya kondisi kehamilan.
Berpura-pura tidak ada masalah adalah
gaya seseorang dalam penyelesaian masalah dengan cara melarikan diri dari
kenyataan atau masalah. Melarikan diri dari masalah adalah gaya penyelesaian
yang bermuatan emosi, dengan cara mengabaikan keberadaan stres. Dengan
demikian, seseorang merasa bahwa dirinya tidak menghadapi stres tersebut. Tentu
saja hal tersebut tidaklah membuat seseorang keluar dari masalahnya, justru
dapat membuat kondisi mentalnya semakin parah.
Sementara itu, pada gaya penyelesaian
yang terfokus pada masalah, seseorang akan dengan sendirinya mencermati stres
yang dihadapi, kemudian berupaya mendapatkan cara terbaik dalam mengatasi stres
yang dialaminya. Mereka dapat memodifikasi reaksi terhadap stres tersebut
sehingga secara bertahap menurunkan kadar stres menjadi stres yang tidak lagi
memberikan ancaman yang serius bagi dirinya.
Dalam istilah psikologi penanganan
terhadap stres disebut dengan istilah "Coping", adapun pengertian
coping dan bentuk-bentuk coping seperti apa yang dapat kita lakukan untuk
menangani stres adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Coping Stress
Kata Koping sendiri berasal dari kata
coping yang memiliki makna harfiah pengatasan atau penanggulangan (to cope with
= mengatasi, menanggulangi). Jadi Koping dapat diartikan bahwa bagaimana reaksi
orang ketika menghadapi stress atau tekanan yang sedang dialami.
Menurut Lazarus & Folkman, (1985)
Coping merupakan suatu usaha guna mengubah suatu tingkah laku secara konstan
sebagai usaha untuk mengendalikan tuntutan baik eksternal maupun internal,
khususnya yang diperkirakan akan menyita dan melampaui kemampuan seseorang.
Menurut Lavine (dalam Setianingsih 2003)
coping stres merupakan suatu proses yang aktif dalam usaha untuk beradaptasi
dengan sungguh-sungguh pada kondisi mengandung stres sebagai komponen utama.
Menurut Natalina, (2007) Coping stres
merupakan usaha yang dilakukan individu untuk mengatasi situasi yang membuatnya
tidak nyaman yang mempengaruhi diri individu. Coping stres adalah kemampuan
mengatasi atau mengelola stres.
2. Bentuk – Bentuk Coping
Menurut Lazarus, Folkman, dkk, fungsi
dari coping yakni untuk mengubah situasi yang menyebabkan timbulnya stres
(mengubah stressor) atau mengatur respons emosional yang muncul karena
permasalahan yang sedang dialami. Berdasarkan pada fungsi tersebut, coping
stress dapat dibagi dua, yaitu:
1. Problem focused coping
Yaitu tingkah laku yang terencana untuk
mengubah situasi yang menekan dengan mengubah lingkungan atau diri sendiri,
individu akan cenderung menggunakan cara ini bila dirinya yakin akan dapat
mengubah situasi.
Contohnya Apabila anda yang sedang menempuh
pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi, pasti sudah tidak asing lagi
dengan sebuah tugas, maka anda akan menentukan jadwal atau waktu agar anda
dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugas tersebut.
2. Emotion focused coping
Yaitu usaha untuk mengurangi perasaan
gelisah atau tidak menyenangkan yang berkaitan dengan situasi yang menekan
tanpa berusaha aktif untuk mengubah situasinya. Cara ini dilakukan bila
individu merasa bahwa situasi atau sumber sumber stres tidak mungkin diubah,
dan tujuan dari perilaku ini adalah untuk mengatur respon emosional yang muncul
akibat situasi yang menekan.
Contohnya dengan mengalihkan pehatian
dari masalah, melalui relaksasi, mendengarkan musik, makan, olahraga atau
mencari rasa nyaman dan orang lain.
Strategi koping yang dikembangkan tiap
individu berbeda-beda dalam menghadapi stressor. Sebagian ada yang
mengembangkan koping yang konstruktif, namun tidak sedikit yang justru memilih
koping yang destruktif. Menurut Weitten dan Lioyd, di antara koping yang
negatif adalah:
- Melarikan diri (Avoidance) dari kenyataan atau situasi stress yang berbentuk seperti: sikap apatis, kehilangan semangat, perasaan tak berdaya, mengkonsumsi alkohol, dan obat-obatan terlarang.
- Agresif, yaitu berbagai perilaku yang ditunjukkan untuk menyakiti orang lain baik verbal maupun non verbal.
- Memanjakan diri sendiri (indulging your self), dengan berperilaku konsumerisme yang berlebihan, seperti: makan yang enak-enak, merokok, meminum minuman keras, menghabiskan uang untuk belanja.
- Mencela diri sendiri (blaming your self), yaitu mencela atau menilai negatif terhadap diri sendiri, sebagai respon terhadap frustasi atau kegagalan dalam memperoleh sesuatu yang diinginkan.
- Mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) yang bentuknya seperti menolak kenyataan yang tidak menyenangkan (seorang perokok mengatakan bahwa rokok merusak kesehatan hanya teori belaka), berfantasi, intelektualisai/asionalisai dan over compensation.
Sedangkan Nursalam menyebutkan tiga
koping positif yang bisa dilakukan dalam mengatasi stress:
- Pemberdayaan Sumber Daya Psikologis (Potensi Diri)
Sumber daya psikologis merupakan
kepribadian dan kemampuan individu dalam memfungsikan hal tersebut guna
menghadapi stress yang disebabkan situasi dan lingkungan.
Sumber daya
psikologis yang penting antara lain: pikiran yang positif tentang dirinya
(harga diri), dan mengontrol diri yaitu kemampuan dan keyakinan untuk
mengontrol tentang diri sendiri dan situasi (internal-external control), dimana
kehidupannya dikendalikan oleh keberuntungan dan nasib dari luar sehingga
pasien dapat mengambil hikmat dari sakitnya (looking for silver lining).
- Rasionalisasi (Terapi Kognitif)
Yakni usaha guna memahami dan menerapkan
secara spesifik terhadap stress dalam mencari arti dan makna stress. Dalam
menghadapi situasi stress, respons individu secara umum akan mencoba menangani
stres tersebut secara langsung, mencoba mengabaikan, atau mencoba meyakinkan
pada diri sendiri kalau masalahnya itu bukanlah sesuatu hal yang berarti untuk
dia pikirkan dan permasalahan tersebut akan hilang dengan sendirinya.
Sebagian
orang berpikir bahwa setiap kejadian adalah tantangan dalam hidupnya. Sebagian
lagi menggantungkan semua perasalahannya dengan melakukan kegiatan spiritual,
lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta untuk mencari hikmah dan makna dari
semua yang terjadi.
- Teknik Perilaku
Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk
membantu seseorang dalam mengatasi situasi stress yang sedang dialami. Beberapa
orang akan mencoba melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam menunjang
kesembuhannya.
Contohnya, seorang pasien yang mengidap HIV akan melakukan
kegiatan yang sekiranya dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh, misalkan
dengan memperhatikan pola tidur secara teratur, makan seimbang, minum obat
antiretroviral, dan minum obat untuk infeksi sekunder secara teratur dan juga
menghindari hal-hal yang akan memperparah sakitnya.
Referensi Buku:
Mumpuni, Yekti dan Ari Wulandari.
2010. Cara Jitu Mengatasi Stress. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.
Siswanto. 2007. Kesehatan
Mental. Yogyakarta: C.V Andi Offset.