Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Mengatasi Stres yang Benar dengan Menggunakan Metode "Coping Stress"


Stres sering bersumber dari berbagai permasalahan yang belum diselesaikan atau tidak dapat diselesaikan pada saat itu. Oleh karena itu, salah satu cara penanganan stres yang mujarab adalah menyelasaikan masalah. Ada banyak orang yang mengalami masalah setiap harinya.

Namun, alih-alih berusaha menyelesaikan permasalahan, mereka malah menghindarinya dan bersikap seolah-olah tidak ada masalah. Kalau dibiarkan terus-menerus, suatu saat hal ini akan meledak dan justu menimbulkan stres yang lebih kompleks dan parah.

Stres mungkin merupakan fakta dalam kehidupan kita, tetapi bagaimana kita menghadapi stres dapat menentukan bagaimana cara kita mengatasi stres tersebut. Respon tiap orang dalam menghadapi stres sifatnya individual, yang biasanya hal tersebut sangat bergantung pada faktor psikologis, seperti makna yang diterapkan pada stres yang sedang dihadapinya, misalnya kondisi kehamilan.


Berpura-pura tidak ada masalah adalah gaya seseorang dalam penyelesaian masalah dengan cara melarikan diri dari kenyataan atau masalah. Melarikan diri dari masalah adalah gaya penyelesaian yang bermuatan emosi, dengan cara mengabaikan keberadaan stres. Dengan demikian, seseorang merasa bahwa dirinya tidak menghadapi stres tersebut. Tentu saja hal tersebut tidaklah membuat seseorang keluar dari masalahnya, justru dapat membuat kondisi mentalnya semakin parah.

Sementara itu, pada gaya penyelesaian yang terfokus pada masalah, seseorang akan dengan sendirinya mencermati stres yang dihadapi, kemudian berupaya mendapatkan cara terbaik dalam mengatasi stres yang dialaminya. Mereka dapat memodifikasi reaksi terhadap stres tersebut sehingga secara bertahap menurunkan kadar stres menjadi stres yang tidak lagi memberikan ancaman yang serius bagi dirinya.

Dalam istilah psikologi penanganan terhadap stres disebut dengan istilah "Coping", adapun pengertian coping dan bentuk-bentuk coping seperti apa yang dapat kita lakukan untuk menangani stres adalah sebagai berikut:

1. Pengertian Coping Stress

Kata Koping sendiri berasal dari kata coping yang memiliki makna harfiah pengatasan atau penanggulangan (to cope with = mengatasi, menanggulangi). Jadi Koping dapat diartikan bahwa bagaimana reaksi orang ketika menghadapi stress atau tekanan yang sedang dialami.

Menurut Lazarus & Folkman, (1985) Coping merupakan suatu usaha guna mengubah suatu tingkah laku secara konstan sebagai usaha untuk mengendalikan tuntutan baik eksternal maupun internal, khususnya yang diperkirakan akan menyita dan melampaui kemampuan seseorang.

Menurut Lavine (dalam Setianingsih 2003) coping stres merupakan suatu proses yang aktif dalam usaha untuk beradaptasi dengan sungguh-sungguh pada kondisi mengandung stres sebagai komponen utama.

Menurut Natalina, (2007) Coping stres merupakan usaha yang dilakukan individu untuk mengatasi situasi yang membuatnya tidak nyaman yang mempengaruhi diri individu. Coping stres adalah kemampuan mengatasi atau mengelola stres.

2. Bentuk – Bentuk Coping

Menurut Lazarus, Folkman, dkk, fungsi dari coping yakni untuk mengubah situasi yang menyebabkan timbulnya stres (mengubah stressor) atau mengatur respons emosional yang muncul karena permasalahan yang sedang dialami. Berdasarkan pada fungsi tersebut, coping stress dapat dibagi dua, yaitu:

1.      Problem focused coping



Yaitu tingkah laku yang terencana untuk mengubah situasi yang menekan dengan mengubah lingkungan atau diri sendiri, individu akan cenderung menggunakan cara ini bila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi.  

Contohnya Apabila anda yang sedang menempuh pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi, pasti sudah tidak asing lagi dengan sebuah tugas, maka anda akan menentukan jadwal atau waktu agar anda dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugas tersebut.

2.        Emotion focused coping

Yaitu usaha untuk mengurangi perasaan gelisah atau tidak menyenangkan yang berkaitan dengan situasi yang menekan tanpa berusaha aktif untuk mengubah situasinya. Cara ini dilakukan bila individu merasa bahwa situasi atau sumber sumber stres tidak mungkin diubah, dan tujuan dari perilaku ini adalah untuk mengatur respon emosional yang muncul akibat situasi yang menekan.

Contohnya dengan mengalihkan pehatian dari masalah, melalui relaksasi, mendengarkan musik, makan, olahraga atau mencari rasa nyaman dan orang lain.




Strategi koping yang dikembangkan tiap individu berbeda-beda dalam menghadapi stressor. Sebagian ada yang mengembangkan koping yang konstruktif, namun tidak sedikit yang justru memilih koping yang destruktif. Menurut Weitten dan Lioyd, di antara koping yang negatif adalah:
  • Melarikan diri (Avoidance) dari kenyataan atau situasi stress yang berbentuk seperti: sikap apatis, kehilangan semangat, perasaan tak berdaya, mengkonsumsi alkohol, dan  obat-obatan terlarang.
  • Agresif, yaitu berbagai perilaku yang ditunjukkan untuk menyakiti orang lain baik verbal maupun non verbal.
  • Memanjakan diri sendiri (indulging your self), dengan berperilaku konsumerisme yang berlebihan, seperti: makan yang enak-enak, merokok, meminum minuman keras, menghabiskan uang untuk belanja.
  • Mencela diri sendiri (blaming your self), yaitu mencela atau menilai negatif terhadap diri sendiri, sebagai respon terhadap frustasi atau kegagalan dalam memperoleh sesuatu yang diinginkan.
  • Mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) yang bentuknya seperti menolak kenyataan yang tidak menyenangkan (seorang perokok mengatakan bahwa rokok merusak kesehatan hanya teori belaka), berfantasi, intelektualisai/asionalisai dan over compensation.

Sedangkan Nursalam menyebutkan tiga koping positif yang bisa dilakukan dalam mengatasi stress:
  • Pemberdayaan Sumber Daya Psikologis (Potensi Diri)

Sumber daya psikologis merupakan kepribadian dan kemampuan individu dalam memfungsikan hal tersebut guna menghadapi stress yang disebabkan situasi dan lingkungan.

Sumber daya psikologis yang penting antara lain: pikiran yang positif tentang dirinya (harga diri), dan mengontrol diri yaitu kemampuan dan keyakinan untuk mengontrol tentang diri sendiri dan situasi (internal-external control), dimana kehidupannya dikendalikan oleh keberuntungan dan nasib dari luar sehingga pasien dapat mengambil hikmat dari sakitnya (looking for silver lining).
  • Rasionalisasi (Terapi Kognitif)

Yakni usaha guna memahami dan menerapkan secara spesifik terhadap stress dalam mencari arti dan makna stress. Dalam menghadapi situasi stress, respons individu secara umum akan mencoba menangani stres tersebut secara langsung, mencoba mengabaikan, atau mencoba meyakinkan pada diri sendiri kalau masalahnya itu bukanlah sesuatu hal yang berarti untuk dia pikirkan dan permasalahan tersebut akan hilang dengan sendirinya.

Sebagian orang berpikir bahwa setiap kejadian adalah tantangan dalam hidupnya. Sebagian lagi menggantungkan semua perasalahannya dengan melakukan kegiatan spiritual, lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta untuk mencari hikmah dan makna dari semua yang terjadi.
  • Teknik Perilaku

Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu seseorang dalam mengatasi situasi stress yang sedang dialami. Beberapa orang akan mencoba melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam menunjang kesembuhannya.

Contohnya, seorang pasien yang mengidap HIV akan melakukan kegiatan yang sekiranya dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh, misalkan dengan memperhatikan pola tidur secara teratur, makan seimbang, minum obat antiretroviral, dan minum obat untuk infeksi sekunder secara teratur dan juga menghindari hal-hal yang akan memperparah sakitnya.


Referensi Buku:

Mumpuni, Yekti dan Ari Wulandari. 2010. Cara Jitu Mengatasi Stress. Yogyakarta: C.V  ANDI OFFSET.

Siswanto. 2007. Kesehatan Mental. Yogyakarta: C.V Andi Offset.