Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Interaksi Sosial



Pada artikel sebelumnya telah dibahas mengenai Pengertian, Ciri, Syarat dan Bentuk dari Interaksi Sosial (Jika belum membaca bisa klik artikel dibawah ini). Pada artikel ini akan dibahas mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi interaksi sosial. 


Berikut adalah beberapa faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial:

1. Faktor Imitasi

Imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain. Contohnya meniru gaya rambut. Imitasi tidak berlangsung dengan sendirinya, sehingga individu yang satu akan dengan sendirinya mengimitasi individu yang lain. Untuk meniru ada faktor psikologis lain yang berperan yaitu adanya sikap menerima terhadap apa yang diimitasi tersebut. 

Pada lapangan pendidikan dan perkembangan kepribadian individu, imitasi mempunyai peran sebab mengikuti suatu contoh yang baik dan dapat merangsang perkembangan watak seseorang. Peranan faktor imitasi dalam interaksi sosial juga mempunyai segi-segi yang negative yaitu apabila hal-hal yang diimitasi salah.

2. Faktor Sugesti

Sugesti merupakan cara seseorang dalam memandang atau menyikapi suatu kejadian yang kemudian di terima dan di ikuti oleh pihak lain. Sugesti dapat di bedakan menjadi auto sugesti yaitu sugesti terhadap diri sendiri, sugesti yang datang dari dalam diri individu yang bersangkutan dan hetero sugesti yaitu sugesti yang datang dari orang lain. 

Syarat-syarat memudahkan sugesti terjadi, yaitu:

  • Sugesti karena hambatan berpikir 

Orang yang terkena sugesti akan menelan apa saja yang dianjurkan orang lain. Hal ini dapat terjadi saat orang sudah lelah berpikir, tetapi apabila proses berpikir itu di kurangi dayanya karena sedang mengalami rangsangan-rangsangan emosional. 

Misalnya rapat-rapat partai yang kejam atau rapat-rapat kelompok besar seringkali diadakan pada malam hari ketika orang sudah cape dari pekerjaannya. Selanjutnya, mereka pun senantiasa memasukkan dalam acara rapat-rapat itu hal-hal menarik perhatian, merangsang emosi dan kekaguman sehingga mudah terjadi sugesti kepada orang banyak.

  • Sugesti karena pikiran terpecah-pecah (disosiasi)

Orang mengalami disosiasi  bila orang tersebut dalam keadaan kebingungan, karena menghadapi berbagai macam masalah. Orang yang sedang dalam kebingungan pada umumnya akan mudah menerima apa yang di kemukakan oleh pihak lain tanpa berpikir lebih jauh terlebih dahulu. Dalam perilaku yang nampak, orang yang sedang mengalami kebingungan akan mencoba mencari pegangan guna mengakhiri rasa kebingungannya tersebut. 

Apa yang di kemukakan oleh orang lain akan lebih mudah di ambil sebagai langkah untuk mengakhiri kebingungannya tanpa pemikiran yang lebih jauh. Selama individu dalam kebingungan, selama itu jiwanya tidak tentram. Karena itu, jika dalam masyarakat terjadi kebingungan makan akan memberikan peluang yang menguntungkan bagi pihak-pihak yang akan memberikan sugesti mengenai suatu pandangan, pendapat, norma atau hal lainnya.

  • Sugesti karena otoritas atau prestise 

Orang cenderung menerima pandangan-pandangan atau sikap-sikap tertentu apabila , pandangan atau sikap tersebut dimiliki oleh para ahli dalam bidangnya sehingga dianggap otoritas pada bidang tersebut atau memiliki prestise sosial yang tinggi. 

Misalnya materi yang di kemukakan sama tetapi yang satu di kemukakan oleh orang yang tidak mempunyai otoritas dalam bidangnya (misal juru tulis), sedangkan yang lain diberikan oleh Bupati Kepala Daerah maka dalam penerimaan atas materi tersebut jelas akan berbeda, karena yang memberikan mempunyai otoritas yang berbeda.

  • Sugesti karena mayoritas

Dalam hal ini orang akan mempunyai kecenderungan untuk menerima suatu pandangan, pendapat, norma dan sebagainya apabila pandangan, pendapat ataupun norma telah mendapatkan dukungan orang banyak atau mayoritas. 

Orang akan merasa terasing bila ia menolak pandangan, pendapat maupun norma yang telah di dukung oleh mayoritas. Jika sebagian besar anggota telah memberikan dukungan atau telah menerimanya, maka ia akan terasing dari mayoritas bioa tidak ikut menerimanya.

  • Sugesti karena “will be believe”

Diterimanya suatu sikap pandangan tertentu karena sikap pandangan itu sebenarnya sudah terdapat padanya tetapi dalam keadaan terpendam. Dari sugesti akan diterima tanpa pertimbangan lebih lanjut karena ada pribadi orang yang bersangkutan sudah terdapat suatu kesediaan untuk lebih sadar dan yakin akan hal-hal disugesti itu yang sebenarnya sudah terdapat padanya. Jenis sugesti ini disebut sugesti karena keinginan untuk meyakini dirinya.

3. Faktor Identifikasi

Identifikasi merupakan suatu motivasi agar memiliki keidentikan (kesamaan) dengan orang lain. Proses identifikasi pertama-tama berlangsung secara tidak sadar. Kedua secara irasional, jadi berdasarkan perasaan-perasaan atau kecenderungan-kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara irasional dan yang ketiga yaitu identifikasi mempunyai manfaat untuk melengkapi sistem norma, cita-cita, dan pedoman tingkah laku orang yang mengidentifikasi itu. 


Pada awalnya, anak mengidentifikasi dirinya dengan orang tuanya tetapi lambat laun setelah ia berkembang di sekolah dan menjadi remaja tempat identifikasi dapat beralih dari orangtuanya ke orang-orang lain yang dianggapnya terhormat, seperti gurunya.

4. Faktor Simpati

Simpati merupakan perasaan tertarik kepada orang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional melainkan atas dasar perasaan atau emosi. Berkaitan dengan simpati, orang akan merasa tertarik terhadap orang lain yang seakan-akan terjadi dengan sendirinya, apa yang membuat mereka tertarik biasanya tidak bisa diberikan penjelasan yang lebih lanjut. 

Disamping individu mempunyai kecenderungan tertarik dengan orang lain, individu juga mempunyai kecenderungan untuk menolak orang lain, yang disebut antipati. Jadi simpati bersifat positif sedangkan antipasti bersifat negative.


Dalam antipasti individu menunjukkan adanya rasa penolakan pada orang lain. Simpati berkembang dalam hubungan individu satu dengan individu lain, demikian pula antipati. Dengan timbulnya simpati, akan terjalin saling pengertian yang mendalam antara individu yang satu dengan individu yang lain.






Referensi Buku:
  • Gerungan. 2010. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. 
  •  Prawironegoro, Darsono dan Dewi Utari. 2017. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Mitra Wacana Media. 
  •  Walgito, Bimo. 2002. Psikologi Soisal (suatu pengantar). Yogyakarta: Andi Offset.



Posting Komentar untuk "Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Interaksi Sosial"