Faktor Penyebab dan Cara Penanganan Gangguan Disosiatif
Ilustrasi (pexels.com) |
Melanjutkan pembahasan tentang gangguan
disosiatif sebelumnya, kali ini akan dibahas mengenai faktor penyebab gangguan
disosiatif cara yang dapat dilakukan sebagai upaya penanganan gangguan
disosiatif. Berikut penjelasan lebih rincinya:
Faktor Penyebab Gangguan Disosiatif
Penyebab gangguan disosiatif ini belum
sepenuhnya diketahui secara jelas, gangguan ini tidak bisa dijelaskan secara
medis, akan tetapi tampak jika gangguan ini sering berhubungan dengan riwayat
dari trauma masa kecil atau penyiksaan yang terjadi dalam banyak kasus, dan
para psikolog menyadari bahwa sejarah penyiksaan di masa kecil sering menjadi
peranan penting terhadap baik atau buruknya keadaan mental seseorang.
Selain
itu, gangguan ini akan mengganggu tingkatan fungsi psikososial seseorang
sehingga dapat mengakibatkan ketidakmampuan yang berat dalam melakukan suatu
hal atau menjalin hubungan sosial. Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan disosiatif :
- Faktor Lingkungan Sosial
Yaitu seperti penyiksaan fisik atau pelecehan
seksual yang dialami pada masa kecil. Sebagian besar survei melaporkan angka
trauma masa kanak-kanak yang tinggi (pada gangguan identitas disosiatif),
kurang atau tidak adanya dukungan sosial selama atau setelah terjadinya
penyiksaan atau pelecehan tersebut juga turut berpengaruh.
Pengaruh lainnya
dapat bersumber dari pengalaman traumatis lain yang mungkin dialami; misalnya
trauma peperangan (pada amnesia disosiatif dan fugue disosiatif). Sebuah studi
terhadap 428 remaja kembar menunjukkan bahwa 33% sampai 50% varians dalam
pengalaman disosiatif dapat diatribusikan pada keluarga yang penuh perselisihan
dan tidak saling mendukung.
- Faktor Behavioral
Yaitu kemungkinan adanya reinforcement
(penguat) untuk menampilkan peran sosial dari kepribadian ganda.
- Faktor Emosional dan Kognitif
Yaitu terbebas dari kecemasan dengan
memisahkan diri (mendisosiasi) secara psikologis dari emosi atau ingatan yang
mengganggu seperti perasaan tidak nyata, penumpukan rasa sakit emosional maupun
fisik. Amnesia disosiatif dan fugue disosiatif jelas merupakan reaksi terhadap
stres berat.
Ilustrasi (pexels.com) |
Tetapi stres berat atau trauma tersebut terjadi di masa kini dan
bukan di masa lalu. Contohnya seperti banyak pasien yang melarikan diri dari
masalah hukum atau stres berat di rumah maupun pekerjaan
Penanganan Gangguan Disosiatif
Ilustrasi (pexels.com) |
Penanganan gangguan disosiatif difokuskan
pada mengungkapkan dan menceritakan ingatan traumatik. Mungkin, kebutuhan akan
disosiasi hilang jika trauma itu dapat diekspresikan dan diterima. Saat ini
tidak ada penelitian sistematik yang telah dilaksanakan tentang efektivitas
penanganan apa pun untuk gangguan disosiatif. Apalagi perbandingan berbagai
alternatif penanganan.
Obat anti kecemasan, antidepresan, dan antipsikotik
kadang-kadang digunakan, tetapi obat-obatan itu hanya mengurangi distress (stres yang buruk).
Obat-obatan tidak mengobati gangguannya. Kemajuan dibidang penanganan
membutuhkan pemahaman yang lebih baik tentang gangguan dan secara lebih umum,
tentang proses mental sadar dan tidak sadar. Berikut adalah upaya penanganan yang dapat dilakukan terhadap gangguan disosiatif :
- Penanganan untuk gangguan identitas disosiatif
Psikoanalisis berusaha membantu orang
yang menderita gangguan identitas disosiatif untuk mengungkapkan dan belajar
mengatasi trauma-trauma masa kecil. Mereka membangun kontak langsung dengan
kepribadian-kepribadian lainnya.
Semua kepribadian dapat diminta untuk berbicara
tentang memori dan mimpi-mimpi mereka semampu mereka, dengan memberikan
keyakinan bahwa terapis akan membantu mereka untuk memahami kecemasannya dalam upaya
membangkitkan pengalaman traumatis secara aman dan menjadikan
pengalaman-pengalaman tersebut disadari.
- Penanganan untuk amnesia fugue disosiatif
Bentuk penanganannya yaitu berupa terapi
seperti terapi berbicara, konseling atau terapi psikososial. Terapinya akan
membantu pasien mengerti penyebab dari kondisi yang dialami.
Terapi psikologis
untuk menangani gangguan disosiasi seringkali menyertakan metode berupa
hipnotis yang diharapkan dapat membantu pasien mengingat kembali kejadian
traumatis yang menimbulkan gejala disosiatif padanya.
- Penanganan untuk gangguan amnesia disosiatif
Klinisi akan mengenalkan teknik yang
menenangkan yaitu berupa psikoterapeutik dan psikofarmakologis. Jadi klinisi
akan menambah obat dan intervensi, obat yang paling umum digunakan adalah
sodium pentobarbital dan sodium amobarbital. Dengan penggunaan obat ini dapat
membantu meningkatkan kondisi tenang pada saat proses wawancara.
- Penanganan untuk depersonalisasi
Dapat dilakukan dengan cara melakukan konseling
psikologis, dimana tujuannya adalah untuk membantu pasien memahami bagaimana
bisa terjadi gangguan depersonalisasi pada dirinya serta bertujuan untuk melatih
pasien agar tidak merasakan khawatir lagi mengenai gejala yang dialami.
- Obat-obatan
Walaupun sebenarnya belum ditemukan obat
khusus yang disetujui dalam upaya mengobati gangguan depersonalisasi pada
seseorang. Namun sejumlah obat yang umumnya digunakan untuk mengobati depresi
dan kecemasan juga dapat membantu kondisi gangguan depersonalisasi.
Demikianlah akhir pembahasan mengenai
faktor penyebab disosiatif dan cara penanganan gangguan disosiatif, semoga
artikel ini dapat memberikan manfaat walaupun tidak banya, terimakasih juga
bagi anda yang sudah meluangkan waktu untuk membaca tulisan ini :)
Referensi untuk dibaca:
Pinel John, 2015, Biopsikologi,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Oltmanns Thomas F, Emery Robert E, 2013, Psikologi
Abnormal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Thomb A David, 2003, Buku Saku
Psikiatri, Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Robertson. K.C, 2002, At A Glance
Psikiatri, Jakarta: Erlangga
Posting Komentar untuk "Faktor Penyebab dan Cara Penanganan Gangguan Disosiatif"