Gangguan Psikologis yang Bisa Dikaji Dengan Pendekatan Sosiokultural
Ilustrasi/pexels.com |
Dipembahasan ini akan dibahas mengenai
gangguan psikologis yang dapat dikaji melalui pendekatan sosial-budaya. Jadi
menurut pandangan sosiokultural ini sebuah gangguan psikologis pada individu
atau seseorang bisa terjadi karena adanya faktor dari masyarakat sekitar bukan
dari faktor indiividu itu sendiri.
Pandangan para ahli teori sosio-kultural
hampir sama dengan pandangan para humanis dan para eksistentialis. Mereka juga
berbicara mengenai perasaan-perasaan alienasi. Tetapi, para eksistensialis
berbicara mengenai hubungan manusia dengan alam semesta dan kematian, sedangkan
para pendukung pandangan sosio-kultural berbicara mengenai hubungan antara
individu dan norma-norma serta harapan-harapan masyarakat.
Baca Juga: Emosi dan Stress
Berikut adalah beberapa kajian dari
pendekatan sosiokultural yang berkaitan dengan terjadinya gangguan psikologis:
Dukungan Sosial Tidak Ada
Para ahli teori sosio-kultural
mengemukakan bahwa penyebab tingkah laku abnormal tidak ditemukan dalam
individu, melainkan dalam masyarakat itu sendiri. Orang-orang akan
mengembangkan masalah-masalah psikologis bila mereka berada dalam stres yang
hebat yang disebabkan oleh kemiskinan, kesenjangan sosial, diskriminasi, dan
tidak memiliki peluang.
Dengan kata lain, pandangan sosio-kultural melihat
tingkah laku abnormal (maladaptif) sebagai akibat dari ketidakmampuan individu
untuk menangani stres secara efektif (Baca Juga: Cara Menangani Stres dengan benar dengan Metode Coping). Hal itu tidak dilihat sebagai penyakit atau
masalah yang ada hanya dalam individu, tetapi sekurang-kurangnya sebagian
merupakan kegagalan sistem dukungan sosial.
Selanjutnya, para psikolog sosio-kultural
mengemukakan bahwa hubungan-hubungan antar pribadi individu dalam masyarakat
akan mempengaruhi kesehatan mental individu. Makin matang individu secara intelektual
dan emosional, maka makin besar kemampuannya untuk berfungsi sebagai anggota
masyarakat yang bertanggung jawab.
Ini mungkin hanya terjadi jika masyarakat di
mana individu itu hidup ikut berperan dalam meningkatkan kesehatan mental
individu. Tetapi, masyarakat sering menyebabkan pola-pola tingkah laku abnormal
dalam anggota masyarakat karena masyarakat tidak menyediakan sarana-sarana atau
lembaga-lembaga yang dibutuhkan untuk pembinaan kesehatan mental.
Keluarga
berantakan dan anak-anak lari meninggalkan rumah karena orang tua yang emosinya
tidak stabil tidak dapat menemukan bantuan yang dibutuhkan. Beberapa masyarakat
memiliki sarana-sarana atau lembaga-lembaga yang sangat penting untuk kesehatan
mental, tetapi karena kekurangan kepemimpinan maka tidak dapat mengembangkan
program kesehatan mental masyarakat.
Para psikolog sosio-kultural tidak
menyangkal peran dari sejarah hidup atau faktor genetik dalam menyebabkan
tingkah laku abnormal (maladaptif), tetapi tidak dianggap cukup untuk
menimbulkan tingkah laku tersebut, selain jika tidak ada faktor-faktor sosial
yang mendukung kesehatan mental individu dan mencegah tingkah laku abnormal.
Dengan kata lain, masyarakat mendukung kesehatan mental individu dari luar.
Usaha-usaha masyarakat yang bergerak menuju kebersihan perkampungan kumuh,
pembangunan kembali perkotaan, perbaikan sistem-sistem sekolah yang lebih baik
dan guru-guru yang bermutu, penyediaan fasilitas rekreasi yang lebih banyak,
program kepemudaan, penyediaan lapangan kerja yang cukup, pemberian skala gaji
yang memadai, pembentukan pemerintahan yang lebih baik dan lebih efisien. Itu
merupakan contoh-contoh khusus penerapan dukungan masyarakat terhadap kesehatan
mental individu.
Para psikolog sosio-kultural berpendapat
bahwa peningkatan kesehatan mental individu bukan hanya tanggung jawab profesi
kedokteran saja, melainkan juga tanggung jawab lembaga-lembaga sosial yang
terorganisasi, seperti keluarga, tempat kerja, lembaga agama, sistem
pendidikan, saluran-saluran rekreasi, dan pelayanan-pelayanan khusus yang
bersifat memperbaiki dan melindungi. Usaha-usaha yayasan swasta merupakan
sumber kesehatan mental yang penting dalam masyarakat.
Dalam masyarakat modern, perumahan
merupakan faktor yang sangat penting di antara segi-segi lingkungan fisik.
Kondisi-kondisi perumahan ada kaitannya dengan kesehatan dan kepribadian. Jika
kondisi-kondisi itu menyebabkan perasaan rendah diri, maka jelas pengaruhnya
sangat merugikan kesehatan mental.
Keadaan yang padat tidak menjamin privasi
individu, dan kekurangan udara serta sinar matahari menyebabkan penularan
penyakit semakin mudah. Tempat-tempat tinggal yang dingin dan lembab serta
gersang mengurangi ketahanan fisik dan mental. Sangat penting bahwa masyarakat
menyediakan lingkungan yang cukup baik dan berguna agar baik anak-anak maupun
orang dewasa berkembang dengan adekuat di dalam ruang lingkupnya.
Sebutan (Labeling)
Menurut para ahli teori sosio-kultural
yang radikal, seperti psikiater Thomas Szasz (1961), penyakit mental tidak
lebih daripada hanya mitos suatu konsep yang digunakan untuk menodai dan
menundukkan orang-orang yang tingkah lakunya menyimpang dari masyarakat. Szasz
mengemukakan bahwa apa yang dinamakan penyakit mental sebenarnya adalah
masalah-masalah dalam hidup bukan penyakit seperti halnya influenza, tekanan
darah tinggi, dan kanker.
Para ahli teori sosio-kultural juga berpendapat bahwa
begitu sebutan (labeling) "penyakit mental" digunakan, maka sulit
sekali menghilangkannya. Sebutan itu juga mempengaruhi bagaimana (orang lain
memberikan respons kepada orang itu). Dengan pemberian atau penyebutan
"sakit mental", secara tidak langsung maka orang lain akan memberikan
sudut pandang atau pemikirikan yang mengakibatkan adanya pemisahan atau
pengucilan sosial kepada orang tersebut.
Peluang-peluang kerja tertutup untuk
mereka, persahabatan mungkin putus, dan orang-orang yang disebut sakit mental
itu makin lama makin diasingkan dari masyarakat. Szasz berpendapat bahwa
memperlakukan orang-orang sebagai "orang-orang yang menderita sakit
mental" sama saja menelanjangi martabat mereka karena menolak mereka untuk
bertanggung jawab terhadap tingkah laku dan pilihan mereka sendiri.
Masyarakat sebagai Agen yang Tidak Adil
Salah seorang pendukung terkenal dari
pandangan sosio-kultural adalah R.D. Laing, seorang psikiater Inggris, memiliki
pandangan yang sama dengan para humanis mengenai bermacam-macam penyakit sosial
dalam masyarakat kontemporer. Liang mengemukakan pendapat yang lebih kritis
karena menganggap masyarakat sebagai kelompok yang tidak memiliki keadilan
karena mereka tetap mengusahakan agar orang yang bearda dalam kelas bawah tetap
berada di kelas bawah.
Laing juga mengkritik komunikasi modern, terutama
pola-pola komunikasi dalam keluarga. Keluarga dan masyarakat menetapkan
tujuan-tujuan yang bertentangan dan tanpa makna serta mendorong individu untuk
mengubah tingkah lakunya sendiri yang autentik dan mengutamakan peran sosial
yang sesuai dengan harapan dan cita-cita masyarakat.
Pada waktu individu
menjadi dewasa, ia diputuskan dari diri yang sebenarnya dan ia mengembangkan
diri palsu yang cocok dengan dunia sosial (masyarakat) dengan akibatnya ia
merasa terasing dari dirinya sendiri.
Posting Komentar untuk "Gangguan Psikologis yang Bisa Dikaji Dengan Pendekatan Sosiokultural"