Gejala dan Tanda Gangguan Perasaan
Ilustrasi (pexels.com) |
Gejala dan Tanda Gangguan Perasaan
Pada artikel kali ini akan membahas mengenai gejala dan tanda gangguan perasaan, akan dibahas juga mengenai faktor penyebab gangguan perasaan.
Pada umumnya, individu yang mengalami gangguan perasaan menunjukkan
gejala psikis, fisik dan sosial yang khas. Dalam beberapa kasus seseorang hanya memperlihatkan gejala
yang minim, dalam kasus lainnya beberapa orang dapat memperlihatkan gejala yang lebih banyak.
Tinggi rendahnya gejala
bervariasi dari waktu ke waktu. Menurut Institut Kesehatan Jiwa Amerika Serikat
(National Institute of Mental Health) dan Diagnostic and Statistical manual IV - Text Revision (DSM IV - TR)
(American Psychiatric Association, 2000).
Kriteria gangguan perasaan dapat
ditegakkan apabila sedikitnya 5 dari gejala dibawah ini telah ditemukan dalam
jangka waktu 2 minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari
sebelumnya.
Baca Juga: Gangguan Suasana Perasaan atau Gangguan Mood
Gejala dan tanda umum
gangguan perasaan adalah sebagai berikut :
1. Gejala Fisik
- Gangguan pola tidur; Susah tidur (insomnia) atau tidur berlebihan (hipersomnia).
- Sulit makan atau makan berlebihan (bisa menjadi kurus atau kegemukan).
- Gejala penyakit fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala, masalah pencernaan (diare, sulit BAB dll), sakit lambung dan nyeri kronis.
- Terkadang merasa berat di tangan dan kaki.
2. Gejala Psikis
Ilustrasi (pexels.com) |
- Rasa sedih, cemas, atau hampa yang terus – menerus.
- Rasa putus asa dan pesimis.
- Rasa bersalah, tidak berharga, rasa terbebani dan tidak berdaya/tidak berguna.
- Tidak tenang dan gampang tersinggung.
- Berpikir ingin mati atau bunuh diri.
- Sensitive.
- Kehilangan rasa percaya diri.
3. Gejala Sosial
- Menurunnya aktivitas dan minat sehari-hari (menarik diri, menyendiri, malas).
- Tidak ada motivasi untuk melakukan apapun.
- Hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan untuk bunuh diri
Baca Juga: Macam-Macam Gangguan Perasaan
Penyebab Gangguan Perasaan
Gangguan Perasaan disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor. Jika
seseorang di dalam riwayat kesehatannya memiliki keluarga yang mengalami
gangguan atau depresi, maka terdapat kecenderungan untuk mengalami depresi
juga.
Menurut Kaplan (2002) dan Nolen - Hoeksema & Girgus (dalam Krenke
& Stremmler, 2002), faktor - faktor yang dihubungkan dengan penyebab gangguan perasaan dapat
dibagi atas: faktor biologi, faktor psikologis/kepribadian dan faktor sosial.
Dimana ketiga faktor tersebut dapat saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya.
1. Faktor Biologi
Beberapa peneliti menemukan bahwa gangguan mood melibatkan
patologik dan system limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus. Dalam
penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua
neurotrasmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood.
Pada
wanita, perubahan hormon dihubungkan dengan kelahiran anak dan menoupose juga
dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi. Penyakit fisik yang
berkepanjangan sehingga menyebabkan stress dan juga dapat menyebabkan depresi.
2. Faktor Psikologis/Kepribadian
Individu yang selalu bergantung pada orang lain cenderung memiliki harga diri yang rendah, tidak
asertif, dan menggunakan ruminative coping (memiliki rasa kekhawatiran yang tinggi).
Nolen - Hoeksema & Girgus juga
mengatakan bahwa ketika seseorang merasa tertekan akan cenderung fokus pada
tekanan yang mereka rasa dan secara pasif merenung daripada mengalihkannya atau
melakukan aktivitas untuk merubah situasi.
Pemikiran irasional yaitu pemikiran
yang salah dalam berpikir seperti menyalahkan diri sendiri atas ketidak
beruntungan. Sehingga individu yang mengalami depresi cenderung menganggap
bahwa dirinya tidak dapat mengendalikan lingkungan dan kondisi dirinya. Hal ini
dapat menyebabkan pesimisme dan apatis.
3. Faktor Sosial
- Kejadian tragis seperti kehilangan seseorang atau kehilangan dan kegagalan pekerjaan.
- Paska bencana.
- Melahirkan.
- Masalah keuangan.
- Ketergantungan terhadap narkoba atau alkhohol.
- Trauma masa kecil.
- Terisolasi secara sosial.
- Faktor usia dan gender.
- Tuntutan dan peran sosial misalnya untuk tampil baik, menjadi juara di sekolah ataupun tempat kerja.
- Maupun dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya.
4. Risiko yang Ditimbulkan Akibat Depresi
- Bunuh Diri : Orang yang menderita depresi memiliki perasaan kesepian, ketidakberdayaan dan putus asa. Sehingga mereka mempertimbangkan membunuh dirinya sendiri.
- Gangguan Tidur : Insomnia ataupun hypersomnia, Gangguan tidur dan depresi biasanya cenderung muncul bersamaan. Setidaknya 80% dari orang yang menderita depresi mengalami insomnia atau kesulitan untuk tidur. !5 % mengalami depresi dengan tidur yang berlebihan. Kesulitan tidur dianggap sebagai gejala gangguan mood.
- Gangguan Interpersonal : Individu yang mengalami depresi cenderung mudah tersinggung, sedih yang berkepanjangan sehingga cenderung menarik diri dan menjauhkan diri dari orang lain. Terkadang menyalahkan orang lain. Hal ini menyebabkan hubungan dengan orang sekitar menjadi tidak baik.
- Gangguan dalam pekerjaan : Depresi meningkatkan kemungkinan dipecat atau penderita sendiri yang mengundurkan diri dari pekerjaan ataupun sekolah.
Ilustrasi (pexels.com) |
Orang yang menderita depresi cenderung memiliki
motivasi yang menurun untuk melakukan aktivitas ataupun minat pekerjaan dalam
kehidupan sehari-hari.
- Gangguan pola makan : Depresi dapat menyebabkan gangguan pola makan atau sebaliknya gangguan pola makan juga dapat menyebabkan depresi. Pada penderita depresi terdapat dua kecenderungan umum menegenai pola makan yang secara nyata mempengaruhi berat tubuh yaitu : Tidak selera makan, Keinginan makan-makanan yang manis bertambah.
- Perilaku-perilaku merusak : Beberapa orang yang menderita depresi memiliki perilaku yang merusak seperti, agresivitas dan kekerasan, menggunakan obat-obatan terlarang dan alkhohol, serta perilaku merokok yang berlebihan.
Posting Komentar untuk " Gejala dan Tanda Gangguan Perasaan"