Gangguan Obsesif Kompulsif
Definisi Gangguan Obsesif Kompulsif
Obsesi adalah gagasan, bayangan, dan impuls yang timbul dalam
pikiran secara berulang, kondisi tesebut sangat menganggu sehingga seseorang
merasa tidak mampu untuk menghentikannya. Gagasan, bayangan, atau impuls yang
muncul itu biasanya suatu hal yang tidak diinginkan, hal tersebut dapat
menyebabkan penderitaan ataupun dapat menakutkan dan membahayakan.
(contohnya, dorongan untuk melompat ke jalan raya dimana banyak kendaraan yang sedang melaju dengan kencang; pikiran bahwa ia akan melakukan tindakan penyerangan terhadap anggota keluarga atau orang lain), dan seringkali menimbulkan kendala dalam menjalankan fungsi kehidupanya.
Ilustrasi/pexels.com |
(contohnya, dorongan untuk melompat ke jalan raya dimana banyak kendaraan yang sedang melaju dengan kencang; pikiran bahwa ia akan melakukan tindakan penyerangan terhadap anggota keluarga atau orang lain), dan seringkali menimbulkan kendala dalam menjalankan fungsi kehidupanya.
Seorang pasien yang mengalami obsesif kompulsif
akan terus menerus berpikir secara keras (misal memikirkan “Apakah saya sudah
mematikan kran air atau belum, Apakah pintu depan sudah saya kunci atau belum,
dan lainnya); banyak pasien yang kemudian mengembangkanya menjadi ritual atau
kompulsi (menghitung, menyentuh, membersihkan) untuk menyingkirkan peristiwa
yang tidak diinginkan atau untuk memuaskan pikiran obsesinya (misal, obsesi
tentang kekotoran akan menimbulkan tindakan ritul atau kompulsi yaitu mencuci
tangan terus menerus).
Kompulsi adalah obsesi yang dimanifestasikan, muncul pada 75% atau
lebih pada gangguan obsesif. Tindakan ritual untuk menghilangkan rasa cemas
akibat obsesi untuk sementara waktu. Pikiran yang muncul sering bersifat magis
(“Anak saya tidak akan mengalami kecelakaan jika saya menapakkan tiap-tiap kaki
sebanyak 30 kali”) dan pasien biasanya menyadari hal ini. Gangguan obsesif kompulsif,
mengenai 2,3% populasi (perempuan:laki-laki = 1:1), menunjukkan derajat
keparahan yang bervariasi, kronis dan beberapa diantaranya mengalami kesembuhan
secara spontan.
Pasien dengan gangguan obsesif kompusif juga menderita perasaan
depresif (80%), depresi mayor
(30%) dan Sindrom Tourette (5%). Pada sekitar 75% pasien, gejala pertama
muncul saat usia 20-an yang dimulai secara tiba-tiba ataupun perlahan dan
seringkali memiliki perjalanan penyakit yang episodik. Gambaran klinis
didominasi oleh ritual, yang membutuhkan penanganan secara langsung.
Pravalensi Gangguan Obsesif Kompulsif
Prevelensi gangguan obsesif kompulsif berkisar antara 2-3% populasi
di AS, pada usia remaja lebih banyak terjadi pada lelaki. Namun pada umumnya
gangguan ini dialami oleh 2% sampai 3% masyarakat umum pada suatu saat dalam
hidupnya. Obsesi merupakan pikiran, impuls dan ide yang mengganggu dan berulang
yang muncul dengan sendirinya dan tidak dapat dikendalikan.
Sedangkan kompulsi
adalah perilaku atau tindakan mental repetitive dimana seseorang
merasa didorong melakukan sesuatu dengan tujuan untuk mengurangi ketegangan
yang dihasilkan pikiran-pikiran obsesif atau untuk mencegah terjadinya suatu
bencana.
Di Inggris penderita Obsesif Compulsive Disorder (OCD)
mencapai 1,9 - 3,1% dari populasi, dengan penderita berkisar usia 18-54 tahu.
Sedangkan dari 2.804 individu di eropa (Belgia, Prancis, Jerman, Italia,
Belanda, dan Spanyol) 13% ditemukan memiliki gejala OCD.
Gejala paling umum
terjadi pada usia 25-49 tahun (44,8%) dan 50+ tahun (43,8%) dengan wanita
sekitar 52,1% dan Pria 47,9%. Namun pada umumnya gangguan ini dialami oleh 2%
sampai 3% masyarakat umum pada suatu saat dalam hidupnya, serta sama seringnya
muncul pada lelaki maupun perempuan.
Penyebab dan Penanganan gangguan obsesif komplusif
Penyebab pasti pada OCD ini belum ditemukan, akan tetapi faktor
keturunan dan pengaruh kehidupan yang berat diduga berperan besar sebagai
pemicu pada gangguan ini. Pada banyak penderita terdapat adanya pengaruh
genetik dengan riwayat keluarga yang positif (50% kasus) untuk OCD. Orang
dengan OCD umumnya juga memiliki riwayat keluarga penderita tic atau
sindrom Tourette.
Tic atau sindrom Tourette merupakan
penyakit neuropsikiatrik yang membuat seseorang mengeluarkan ucapan atau
gerakan yang spontan (tic) tanpa bisa mengontrolnya. Pola individual
dalam pengolahan informasi sangatlah penting, masalah mendasar yang ditemukan
muncul sebagai ketidak mampuan untuk menekan perilaku fisik maupun mental yang
tidak sesuai.
Abnormalitas biokimia (terutama yang melibatkan serotonin) saat ini dianggap penting
dalam patofisiologi OCD. Teknik pencitraan saraf otak telah menunjukan
abnormalitas pada ganglia basalis dan korteks frontalis. teori etiologi
sebelumnya sebelumnya termasuk pemikiran yang diturunkan dari pemikiran
psikoanalisis, yang mengemukakan bahwa teori ini mewakili pertahanan terhadap
khayalan yang agresif dan kejam; yaitu, mengisi pikiran dengan pikiran obsessional untuk mencegah ide
yang tidak diinginkan memasuki kesadaran kita.
Hal ini juga dianggap sebagai
regresi defense terhadap pregenital-erotik dari perkembangan. Ahli perilaku
mengusulkan bahwa perilaku kompulsif adalah sesuatu yang dipelajari dan
dipertahankan oleh proses pengkondisian, penurunan ansietas menguat mengikuti
perilaku kompulsif, dan ahirnya meningkat, kebutuhan untuk melakukan kebutuhan
kompulsi sebagai respon pikiran yang obsesif.
Kepribadian seseorang yang rapi, teliti, serta memiliki disiplin
tinggi cenderung memiliki risiko lebih besar untuk mengalami OCD. Selain itu,
trauma atau kejadian penting dalam hidup juga dapat memicu meningkatkan risiko
OCD, contohnya karena mengalami bullying, kehilangan anggota keluarga dan
sebagainya.
Penanganan gangguan obsesif kompulsif
Gangguan OCD biasanya diobati dengan menggunakan obat-obatan atau
melakukan terapi psikis atau bisa juga dengan melakukan dua hal tersebut
bersamaan. Meskipun sebagian besar orang yang mengalami OCD merespon baik atas
pengobatan yang dilakukan, tetapi pada beberapa orang terkadang masih mengalami
gejalanya.
Kadang-kadang orang dengan OCD memiliki gangguan mental lainnya,
seperti kecemasan, depresi, dan gangguan dismorfik tubuh, gangguan saat
seseorang keliru percaya bahwa bagian dari tubuh mereka tidak normal. Penting
untuk mempertimbangkan gangguan lain ini ketika membuat keputusan tentang perawatan.
Untuk mengurangi efek atau akibat dari gangguan OCD yang dialami
dapat menggunakan Serotonin Reuptake Inhibitor (SRI) dan Selective
Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs). Contoh obat yang sudah dipercayai
dapat membuat kondisi seorang penderita orang dewasa dan anak-anak dengan gangguan
OCD termasuk clomipramine, yang merupakan anggota dari kelas yang lebih
tua dari "tricyclic" antidepresan, dan beberapa SSRI yang
lebih baru, termasuk fluoxetine, fluvoxamine, sertraline.
Jika gejala tidak membaik dengan jenis obat ini, penelitian
menunjukkan beberapa penderita dapat merespon dengan baik terhadap obat
antipsikotik (seperti risperidone). Psikoterapi dapat menjadi pengobatan yang
efektif untuk orang dewasa dan anak-anak dengan OCD.
Penelitian menunjukkan
bahwa jenis psikoterapi tertentu, termasuk terapi perilaku kognitif (CBT) dan
terapi terkait lainnya (misalnya, pelatihan pembalikan kebiasaan) dapat sama
efektifnya dengan obat bagi banyak individu. Penelitian juga menunjukkan bahwa
tipe CBT yang disebut Exposure and Response Prevention (EX/RP) efektif dalam
mengurangi perilaku kompulsif dalam gangguan obsesif kompulsif, bahkan pada orang yang tidak merespon
dengan baik terhadap obat SRI.
Posting Komentar untuk "Gangguan Obsesif Kompulsif"