Dampak Stres Terhadap Kesehatan (Psikosomatis)
Definisi Gangguan Psikosomatis
Definisi Gangguan Psikosomatis
Gangguan psikosomatis merupakan kelompok
gangguan yang memiliki gejala fisik (seperti: nyeri, mual, dan pusing) di mana
tidak ditemukan penjelasan medis yang memenuhi syarat berdasarkan pemeriksaan
fisik dan laboratorium. Atau disebut juga gangguan psikosomatik yang artinya
gangguan jiwa yang dimanifestasikan pada gangguan susuan saraf vegetative,
karena manusia bereaksi secara holistik maka gangguan jiwa senantiasa sedikit
atau banyak mempunyai komponen somatik.
Wanita yang menderita gangguan somatisasi
jumlahnya melebihi jumlah pada laki-laki, sebesar 5 sampai 20 kali pada wanita
dibanding pria, walaupun perkiraan tertinggi mungkin karena kecenderungan awal
yang tidak mendiagnosis gangguan somatisasi pada laki-laki.
Namun demikian
dengan rasio wanita berbanding laki-laki adalah 5 dibanding 1 prevalensi,
seumur hidup gangguan somatisasi pada wanita di populasi umum adalah 1 atau 2
persen, gangguan ini bukan gangguan yang jarang ditemukan. Biasanya gangguan
tersebut dimulai sebelum usia 30 tahun tetapi sering kali mulai selama usia
belasan tahun.
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa
gangguan somatisasi seringkali bersama-sama dengan gangguan mental lainnya,
seperti yang ditandai oleh ciri penghindaran, paranoid, mengalahkan diri
sendiri, dan obsesif kompulsif.
Baca Juga: Cara-cara mengatasi Stres dengan Benar
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan
psikosomatis:
1) Faktor Biologis
Suatu bidang baru riset neuroilmiah dasar
yang mungkin relevan dengan gangguan somatisasi dan gangguan somatoform lainnya
mempermasalahkan sitokin (cytokines). Sitokin adalah molekul pembawa pesan yang
digunakan oleh sistem kekebalan untuk berkomunikasi dalam dirinya sendiri dan
berkomunikasi dengan sistem saraf, termasuk otak (contohnya: interleukin,
factor neklosis tumor, dan interferon).
Pada sejumlah penelitian merujuk pada dasar
neuropsikologis mengenai masalah gangguan somatisasi. Dalam penelitian tersebut
mengajukan bahwa pasien memiliki gangguan perhatian dan kognitif karakteristik
yang dapat menyebabkan persepsi dan penilaian yang salah terhadap masukan
(input) somatosensorik.
2) Faktor Psikologis
a) Stres umum
Suatu kejadian atau keadaaan dalam
kehidupan yang penuh dengan stres internal atau eksternal, akut atau kronis
dapat menciptakan tantangan dimana organisme tidak dapat merespon secara
adekuat. Penelitian terakhir telah membuktikan bahwa orang yang menghadapi
stres umum secara meyakinkan cenderung tidak mengalami gangguan psikosomatik.
Jika mereka mengalaminya mereka mudah pulih dari gangguan.
Contoh dari stress
umum adalah: perceraian, kematian pasangan, bencana, dan lain-lain.
b) Stres spesifik lawan nonspesifik
Stres psikis spesifik dapat didefinisikan
sebagai kepribadian spesifik atau konflik bawah sadar yang menyebabkan
ketidakseimbangan yang berperan dalam perkembangan gangguan psikosomatik,
konflik bawah sadar spesifik adalah berhubungan dengan gangguan psikosomatik
spesifik (contohnya, konflik kertergantungan yang tidak disadari
mempredisposisikan seseorang ulkus peptikum).
Selain itu stres nonspesifik yang kronik,
biasanya dengan variable kecemasan yang mengelilinginya, telah diperkirakan
memiliki korelasi psikologis yang dikombinasikan dengan kerentanan atau
debilitas organ genetik, mempredisposisikan orang tertentu kepada gangguan
psikosomatik.
Mereka yang tengah mengalami gangguan
alekstimik yaitu orang yang tidak dapat membaca emosinya sendiri, mereka akan
cenderung memiliki kehidupan fantasi yang sedikit dan tidak menyadari konflik
emosionalnya, gangguan psikosomatik mungkin berperan sebagai jalan keluar untuk
ketegangan mereka yang sudah terkumpul.
Suatu gangguan yang memasukan
interpretasi gejala menjadi sebuah tipe komunikasi sosial, hasilnya seperti
menghindari kewajiban (sebagai contohnya, ketika disuruh untuk mengerjakan
pekerjaan yang tidak disukai), mengekspresikan emosi (sebagai contohnya,
meluapkan kemarahan pada orang lain), atau untuk mensimbolisasikan suatu
perasaan atau (sebagai contohnya, seseorang yang merasakan nyeri pada usus).
Gambaran klinis Psikosomatis
Gangguan somatisasi mungkin memiliki
banyak keluhan dan riwayat medis yang lama dan sulit. Mual dan muntah (selain
selama kehamilan), kesulitan menelan, nyeri dilengan dan tugkai, nafas pendek
yang tidak berhubungan dengan aktifitas, amnesia, dan komplikasi kehamilan dan
menstruasi adalah gejala yang paling sering. Keyakinan bahwa seseorang telah
sakit pada sebagaian besar kehidupannya juga sering.
Penderitaan psikologis, masalah
interpersonal, kecemasan dan depresi adalah kondisi psikiatrik yang paling
menonjol. Ancaman bunuh diri sering ditemukan, tetapi bunuh diri yang
sesungguhnya adalah jarang. Jika bunuh diri memang terjadi maka sering kali
disertai dengan penyalahgunaan zat. Riwayat medis seringkali sepintas,
samar-samar, tidak jelas, tidak konsisten, dan tidak tersusun.
Berbicara dengan mendramatisir,
emosional, dan berlebih-lebihan, dengan bahasa yang gamblang dan
bermacam-macam. Kadang mengacau akibat temporal dan tidak dapat membedakan
dengan jelas gejala sekarang dari gejala lampau. Sering sekali mereka sangat
bergantung pada orang lain, berpusat pada diri sendiri, juga haus akan pujian
atau sanjungan, dan sering melakukan manipulasi.
Pengobatan Gangguan Psikosomatik
1. Farmakoterapi
Susunan saraf vegetatif yang sangat kacau
dapat diatur dan ditenangkan dengan obat-obatan, sehingga dengan demikian
penderita menjadi lebih tenang dan dapat menerima psikoterapi dengan lebih
baik. Obat-obatan yang dapat diberikan guna penanganan dalam hal ini adalah
obat yang dapat menstabilkan fungsi atau peranan susunan saraf vegetative baik
secara umum ataupun pada organ tertentu, neroleptika ataupun tranquilaizer.
Adapun tujuan dari pengobatan ialah untuk
menghilangkan gejala-gejala, agar gejala-gejala tetap menghilang maka tujuan
yang lebih dalam tentu ialah menge,balikan kestabilan emosi dan menuju pada
kematangan kepribadian. Akhirnya bila ternyata bahwa kita tidak dapat
menyembuhkab semua pasien maka janganlah lekas kecewa atau putus asa
sekurang-kurangnya kita dapat meringankan penderitaan dan selalu dapat
menenangkan penderita.
2. Psikoterapi
Psikoterapi dapat dilakukan untuk
membantu seseorang dalam mengekspresikan emosi yang mendasari dan untuk
mengembangkan strategi alternative untuk mengekspresikan perasaan mereka,
terapi dapat dilakukan secara individu atau kelompok. Secara umum,
psikoanalisis dan psikoterapi sudah dipergunakan guna mengobati gangguan
psikosomatik.
Dalam dua dekade terakhir, telah dikembangkan teknik modifikasi
perilaku (teori belajar) untuk terapetik yang menekankan modifikasi perilaku
adalah terapi relaksasi otot, biofeedback, hypnosis, pernafasan terkendali,
yoga dan pijat. Adapun tujuan perilaku tersebut dan modalitas psikoterapetik
yang biasa adalah untuk memperbaiki keseimbangan posikosomatik.
Referensi Buku:
Durrand, V. Mark; Barlow, David H. Intisari
Psikologi Abnormal. Terj. Soetjipto, Helly Prajitno; Soetjipto Sri
Mulyantini. 2006. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Oltmanns, Thomas .F; Emery, Robert E. Psikologi
Abnormal (Buku Kesatu). Terj. Soetjipto, Helly Prajitno; Soetjipto Sri
Mulyantini. 2013. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wiramihardja, Sutardjo A. Pengantar Psikologi
Abnormal. 2007. Bandung: PT. Refika Aditama.
Bermanfaat sekali, terutama ketika stres dengan pekerjaan yang ngga selesai" :v
BalasHapusBisa baca juga artikel "Cara menangani stress yang benar dengan metode Coping stress". Bisa jadi solusi tepat kalo lagi ngalamin stress.
BalasHapusNice info nya
BalasHapus