Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pergerakan Perempuan dalam Dunia Kerja

Initentangpsikologi.com - Pada umumnya di masyarakat Indonesia, pembagian kerja antara lelaki dan perempuan menggambarkan peran perempuan pada peran tradisi. Basis awal dari pembagian kerja menurut jenis kelamin ini tidak diragukan lagi terkait dengan perbedaan peran lelaki dan perempuan dalam fungsi reproduksi.

Perempuan dalam Dunia Kerja
Ilustrasi (pexels.com/@cedric-fauntleroy)

Analisis peran perempuan dapat dilakukan dari perspektif posisi mereka dalam berurusan dengan pekerjaan produktif tidak langsung (domestik) dan pekerjaan produktif langsung (publik), yaitu sebagai berikut:

1. Peran tradisi, menempatkan perempuan dalam fungsi reproduksi (mengurus rumah tangga, melahirkan dan mengasuh anak, serta mengayomi suami). Hidupnya seratus persen untuk keluarga. Pembagian kerja sangat jelas, perempuan di rumah dan lelaki di luar rumah.

2. Peran transisi, mempolakan peran tradisi lebih utama dari peran yang lain. Pembagian tugas mengikuti aspirasi gender, tetapi eksistensi mempertahankan keharmonisan dan urusan pekerjaan rumah tangga tetap menjadi tanggung jawab perempuan.

3. Dwi peran, memposisikan perempuan dalam kehidupan dua dunia, yaitu menempatkan peran domestik dan publik dalam posisi sama penting. Namun berkaitan dengan ini dukungan moral dari sang suami dapat menjadi pemicu ketegaran. Sebaliknya, keengganan suami justru akan memicu keresahan atau bahkan menimbulkan konflik terbuka atau terpendam.

4. Peran egalitarian, menyita banyak waktu dan perhatian perempuan untuk berkegiatan di luar rumah. Dukungan moral dan tingkat kepedulian lelaki sangat hakiki untuk menghindari konflik kepentingan pemilahan dan pendistribusian peranan. Jika tidak, yang terjadi adalah masing-masing akan saling berargumentasi untuk mencari pembenaran atau menumbuhkan ketidaknyamanan suasana kehidupan berkeluarga.

5. Peran kontemporer, adalah dampak pilihan perempuan untuk mandiri dalam kesendirian. Saat ini mungkin jumlahnya belum banyak. Akan tetapi benturan demi benturan dari dominasi lelaki atas perempuan yang belum terlalu peduli pada kepentingan perempuan mungkin akan meningkatkan populasinya.

Baca Juga: Perempuan dan Norma Sosial

Pergerakan Perempuan dalam Dunia Kerja
Ilustrasi (pexels.com/@aseprich)

Dalam perkembangan kajian peran perempuan, konsep peran seks (sex roles) memberi makna tersendiri. Peran seks adalah seperangkat atribut dan ekspektasi yang diasosiasikan dengan perbedaan gender, dengan hal ihwal menjadi laki-laki atau perempuan dalam suatu masyarakat.

Menurut teori fungsionalisme (functionalism), peran seks (seperti peran yang lain) merefleksikan norma-norma sosial yang bertahan dan merupakan pola-pola sosialisasi (socialization).

Norma yang cenderung terjadi dewasa ini adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan perihal keluarga yang berkesetaraan telah berubah secara bertahap seiring dengan perkembangan zaman (Nicholas Abercrombie, dkk. 2010).

Di Indonesia, kepedulian terhadap eksistensi perempuan adalah dengan adanya instruksi Presiden RI No. 9 tahun 2000 tentang “Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional”. Pengarusutamaan gender adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional.

Sasaran strategi pengarusutamaan gender adalah upaya untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender, melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam seluruh kebijakan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. 

Baca Juga: Teori Gender dalam Psikologi Sosial

Penguatan dari pemerintah tersebut dapat dikatakan memberi warna terang tentang keharusan para stakeholder untuk tidak menyampingkan posisi perempuan dalam setiap kegiatan pembangunan.  

Kemudian tugas utama penggiat peningkatan kesetaraan perempuan adalah mempelajari lalu memperbaiki cara berpikir perempuan itu sendiri agar mau berubah.

Hal ini berkaitan dengan sosiolog feminis yang menyatakan bahwa perempuan merasakan diri mereka demikian dibatasi oleh status mereka sebagai perempuan sehingga gagasan yang mereka bangun untuk kehidupan mereka nyaris menjadi teori tanpa makna.

George Ritzer, dkk. (2004) perempuan berpengalaman merencanakan dan bertindak dalam rangka mengurus berbagai kepentingan, kepentingan mereka sendiri dan kepentingan orang lain; bertindak atas dasar kerjasama, bukan karena keunggulan diri sendiri; dan mungkin mengevaluasi pengalaman dari peran penyeimbang mereka bukan sebagai peran yang penuh konflik.

Di tengah perkembangan zaman yang terus berubah, peran perempuan mungkin tidak banyak berubah terutama peran domestiknya, mungkin yang terlihat berbeda pada pelaksanaanya saja, mendapat kesempatan dan bantuan atau tidak dari orang-orang terdekatnya serta dukungan dari masyarakat. 

Baca Juga: Perempuan dan Modernisasi

Berikut gambaran peran perempuan di masa mendatang menurut Aida Vitalaya (2010: 146), Peran transisi dan egalitarian akan menghasilkan tiga kemungkinan, yaitu: 

(1) Keajegan penajaman peran laki-laki dan perempuan memudar dan tidak jelas lagi pembedanya dengan indikator penentu adalah potensi dan kemampuan individual. 

(2) Perempuan pekerja akan meningkat, sebaliknya jumlah lelaki menganggur juga meningkat. 

(3) Mobilitas sosial dan geografis lokasi kerja memisahkan tempat tinggal suami-istri, dan anak.

Setiap manusia termasuk perempuan berangkat dan besar dari bekal yang diberikan masyarakat. Bekal yang dimaksud berupa budaya, norma, nilai, hukum dan lain-lain yang disepakati oleh masyarakat.  

Apabila perkembangan berikutnya memperlihatkan ketidaksamaan perempuan berperan dalam masyarakat, hal tersebut dapat berangkat dari pertanyaan: 

Dan bagaimana dengan perbedaan di antara perempuan? jawaban untuk pertanyaan ini menghasilkan kesimpulan umum bahwa ketidakterlihatan, kesenjangan, dan perbedaan peran dalam hubungannya dengan lelaki, yang umumnya mencirikan kehidupan perempuan sangat dipengaruhi oleh lokasi sosial perempuan yakni; oleh kelasnya, rasnya, usianya, preferensi afeksionalnya, status maritalnya, agamanya, etnisitasnya, dan lokasi globalnya (Ritzer, dkk. 2004).

 

Penulis: Helmalia Nur Rafika (1707016014)

Posting Komentar untuk "Pergerakan Perempuan dalam Dunia Kerja"