Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Intervensi Psikologi dalam Buku Kode Etik Psikologi

Initentangpsikologi.com - Psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari mengenai perilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah.

Intervensi Psikologi dalam Buku Kode Etik Psikologi
Ilustrasi (pexels.com/Anthony Shkraba)

Ahli dalam ilmu Psikologi dibedakan menjadi dua kelompok yaitu profesi atau yang berkaitan dengan praktik psikologi dan ilmu psikologi termasuk dalam hal ini ilmu murni atau terapan.

Para praktisi dalam bidang psikologi disebut psikolog. Psikolog adalah seorang ahli dalam bidang praktik psikologi, bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.

Psikolog di Indonesia tergabung dalam organisasi profesi bernama HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia). 

Maka dari itu, di dalam profesi psikologi diperlukan adanya seperangkat aturan atau nilai-nilai yang harus ditaati dalam menjalankan tugasnya, baik sebagai psikolog maupun ilmuan psikologi. Nilai-nilai tersebut tercantum dalam kode etik psikologi.

Psikolog memiliki kewenangan untuk memberikan layanan psikologi, salah satunya adalah intervensi psikologi yang dapat berbentuk psikoedukasi, konseling dan terapi.

Baca Juga: Bentuk Intervensi dalam Psikologi

Pasal dalam Bab Intervensi

Pasal 68 tentang Dasar Intervensi

Intervensi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana berdasar hasil asesmen untuk mengubah keadaan seseorang, kelompok orang atau masyarakat yang menuju kepada perbaikan atau mencegah memburuknya suatu keadaan (sebagai usaha preventif maupun kuratif).

Menurut Markam (2003), secara umum intervensi merupakan upaya untuk mengubah perilaku, pikiran dan perasaan seseorang.

Intervensi Psikologi dalam Buku Kode Etik Psikologi
Ilustrasi (pexels.com/Anthony Shkraba)

1) Intervensi dalam bidang psikologi dapat berbentuk intervensi individual, kelompok, komunitas, organisasi maupun sistem.

a. Intervensi Individual

Intervensi individual merupakan terapi yang terbatas pada interaksi dua orang antara klien dan terapis. Intervensi individual merupakan metode yang terlatih dan metode paling umum yang sering digunakan.

Intervensi individual merupakan kegiatan intervensi psikologis yang melibatkan seorang psikolog yang menjadi penolong bagi kliennya yang mengalami masalah, tingkah laku, kualitas hidup dan lain-lain.

b. Intervensi Kelompok

Intervensi kelompok merupakan terapi yang diberikan kepada individu yang memiliki penyakit emosional yang telah dipilih secara cermat yang kemudian ditempatkan ke dalam kelompok yang dibimbing oleh psikolog untuk membantu satu sama lainnya dalam menjalani perubahan kepribadian.

c. Intervensi Komunitas

Intervensi komunitas biasanya menggunakan pendekatan psychoeducational, memberikan pendidikan, pelatihan, dan dukungan untuk mereka yang berisiko atau sudah berjuang dengan masalah kesehatan mental, medis, atau masalah lainnya.

d. Intervensi Organisasi atau Sistem

Intervensi organisasi berarti keikutsertaan klien dan konsultan bersama-sama merencanakan proses perbaikan berdasarkan atas masalah yang dijumpai dalam proses diagnosis.

Kegiatan-kegiatan tersebut dimaksudkan dalam rangka menata dan memperbaiki kembali fungsi organisasi dalam memberikan kesempatan kepada anggota organisasi untuk bekerja dalam tim ataupun mereka mengelola suatu tim serta memelihara (sustainable) organisasi agar tetap berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan organisasi.

Baca Juga: Mengenal Asesmen Multimetode dalam Psikologi

2) Metode Intervensi yang digunakan dapat berbentuk psikoedukasi, konseling dan terapi.

a. Psikoedukasi

Psikoedukasi adalah suatu bentuk intervensi psikologi, baik individual ataupun kelompok, yang bertujuan tidak hanya membantu proses penyembuhan klien (rehabilitasi) tetapi juga sebagai suatu bentuk pencegahan. 

Upaya tersebut agar klien tidak mengalami masalah yang sama ketika harus menghadapi penyakit atau gangguan yang sama, ataupun agar individu dapat menyelesaikan tantangan yang mereka hadapi sebelum menjadi gangguan.

Psikoedukasi dapat berbentuk pelatihan dan tanpa pelatihan.

a. Pelatihan

Dijelaskan dalam bab VIII buku kode etik. Jika belum punya buku kode etik, bisa lihat di website HIMPSI berikut: Kode Etik Psikologi Indonesia.

b. Tanpa pelatihan

Langsung dalam bentuk ceramah dan pemberian penjelasan secara lisan.

Tidak langsung dalam bentuk penyebarluasan leaflet, pamflet dan iklan layanan masyarakat ataupun bentuk-bentuk lain yang memberikan edukasi tentang suatu isu dan atau masalah yang berkembang di masyarakat. 

Bisa dilakukan oleh psikolog atau ilmuwan psikolog yang memahami metode psikoedukasi maupun masalah yang ada dalam suatu masyarakat.

b. Konseling

Konseling psikologi adalah kegiatan yang dilakukan untuk membantu mengatasi masalah baik sosial-personal, pendidikan atau pekerjaan yang berfokus pada pengembangan yang dimiliki klien. Istilah untuk subyek yang mendapatkan layanan konseling psikologi adalah klien.

Dijelaskan dalam Markam (2003), bahwa konseling psikologis merupakan suatu proses pemberian bantuan psikologis kepada seseorang untuk dapat memecahkan masalah dan untuk mengembangkan kepribadian individu seoptimal mungkin.

c. Terapi Psikologi

Adalah kegiatan yang dilakukan untuk penyembuhan dari gangguan psikologis atau masalah kepribadian dengan menggunakan prosedur baku berdasar teori yang relevan dengan ilmu psikoterapi.

Psikoterapi digunakan kepada klien yang mengalami masalah psikologis yang berat (psikosis), sehingga klien yang membutuhkan terapis untuk membantunya memecahkan masalah (Markam, 2003).

Wolberg dan Frank (Phares, 1992; dalam Markam, 2003) menyatakan bahwa psikoterapi merupakan bentuk perlakuan yang diberikan kepada individu yang mengalami masalah emosional, tujuannya untuk menghilangkan, mengubah atau memperlambat symptom, mengantarai pola perilaku terganggu, dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang positif dan lebih baik.

Psikoterapi dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, bersama pasangan ataupun keluarga.

Baca Juga: Konseling di Lingkup Rumah Sakit

Contoh-contoh Intervensi

1. Seorang psikolog menemui seorang pasien baru di bangsal psikiatrik untuk memulai serangkaian tes guna menetapkan macam dan derajat psikosisnya.  

2. Seorang gadis remaja datang ke sebuah klinik gratis dan menemui seorang psikolog relawan untuk mendiskusikan apakah sebaiknya ia melakukan aborsi atau memberitahu ibunya dan menyerahkan bayinya untuk diadopsi. 

3. Seorang ibu yang sedang kalut menelepon sebuah pelayanan hotline dan meminta bantuan untuk anaknya yang sedang menjerit-jerit. Seorang konselor krisis berbicara dengan tenang kepada ibu tersebut yang kemudian juga menjadi lebih tenang setelah diberikan solusi dari masalahnya.

Studi Kasus tentang Intervensi

Seorang psikolog yang bernama Kinara telah melakukan pertemuan awal dengan klien yang bernama Arial.

Arial mengaku bahwa ia membutuhkan bantuan atas masalah keluarga yang sedang ia hadapi, namun Kinara langsung melakukan intervensi tanpa didasarkan atau dilakukan asesmen terlebih dahulu kepada Arial dan juga masalahnya. Karena Kinara merasa sangat familiar dengan masalah keluarga.

Seharusnya Intervensi dilakukan setelah mengetahui hasil asesmen, karena intervensi sesuai prosedurnya dirancang berdasarkan hasil asesmen yang telah diperoleh sehingga dapat mencegah memburuknya suatu keadaan.

Jadi, apa yang Kinara lakukan tidak sesuai dengan prosedur yang juga dikhawatirkan bisa memicu masalah yang lebih rumit, karena belum mengetahui jelas keadaan serta masalah yang dihadapi klien.

 

Penulis: Fadhilatussyifa Auliyarahmani Bahtiar (1707016063), Arinie Meuthia Meellati Al haqie (1707016079), Muhammad Dony Maulana (1707016082).

 

Referensi:

Himpunan Psikologi Indonesia. 2010. Kode Etik Psikologi Indonesia. Jakarta: Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia.

Markam, Suprapti Slamet I.S. Sumarmo. 2003. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta: UI-Press.

Posting Komentar untuk "Intervensi Psikologi dalam Buku Kode Etik Psikologi"