Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Klasifikasi Kelompok Menurut Para Ahli

Initentangpsikologi.com - Tidak setiap himpunan orang disebut kelompok. Orang-orang yang berkumpul menunggu bus di terminal, yang antri di depan loket tiket bioskop, yang berbelanja di pasar, semuanya itu tidak dapat dikatakan sebagai kelompok. Agar bisa menjadi sebuah kelompok, diperlukan kesadaran pada anggota-anggotanya akan ikatan sama yang mempersatukan mereka.
 
Klasifikasi Kelompok Menurut Para Ahli
Klasifikasi Kelompok Menurut Para Ahli (pexels.com)

Kelompok mempunyai tujuan dan organisasi serta melibatkan interaksi diantara anggota-anggotanya. Jadi, dengan perkataan lain, kelompok mempunyai dua tanda psikologis.

Pertama, anggota-anggota kelompok merasa terikat dengan kelompok. Kedua, nasib anggota-anggota kelompok saling bergantung sehingga hasil setiap orang saling terkait dalam cara tertentu dengan hasil yang lain (Baron dan Byrne, 1979).

Para ahli psikologi dan ahli sosiologi telah mengembangkan berbagai cara untuk mengklasifikasikan kelompok. Disini, akan dijelaskan mengenai empat klasifikasi kelompok menurut para ahli: primer - sekunder, ingroup - outgroup, rujukan keanggotaan, dan deksriptif - preskriptif.

Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder

Walaupun kita menjadi anggota banyak kelompok, kita terikat secara emosional pada beberapa kelompok saja. Seperti hubungan kita dengan keluarga kita, kawan-kawan sepermainan, dan tetangga-tetangga yang dekat (dikampung kita, bukan di real estates sementara), terasa lebih akrab, lebih personal, lebih menyentuh hati kita. Kelompok seperti itu disebut oleh Charles Horton Cooley (1909) sebagai klasifikasi kelompok primer.

Sementara kelompok sekunder, secara sederhana, adalah lawan kelompok primer. Artinya hubungan kita dengannya tidak terlalu akrab, tidak terlalu personal, dan tidak terlalu menyentuh hati kita. Termasuk kedalam kelompok sekunder ialah organisasi massa, serikat buruh, dan lainnya.

Kelompok Keanggotaan dan Kelompok Rujukan

Contoh: Benington Collage (universitas) adalah kelompok keanggotaan mereka. Tetapi tidak seluruhnya melihat pada collage ini sebagai pedoman nilai yang mereka anut. Sebagian besar memang menyesuaikan dirinya dengan sikap liberal collage itu. Kelompok ini meurut newcomb menjadikan collage sebagai positive reference group.

Namun ada juga mereka yang tetap konservatif melihat keluarga mereka sebagai positive reference group, dan collage mereka sebagai negative reference group. Dari sini, lahir definisi kelompok yang digunakan sebaga alat ukur (standar) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.

Jika anda menggunakan kelompok itu sebagai teladan bagaimanapun seharusnya bersikap, kelompok itu menjadi kelompok rujukan positif; dan jika anda menggunakan sebagai teladan bagaimana yang seharusnya tidak bersikap demikian, maka kelompok itu menjadi kelompok rujukan negatif.

Kelompok yang terikat dengan kita secara nominal adalah kelompok referensi kita, sedangkan yang memberikan kepada kita identifikasi psikologis adalah kelompok rujukan. Menurut teori kelompok rujukan (Hyman, 1942; diperluas oleh Kelley, 1952 dan Merton 1957) kelompok rujukan mempunyai dua fungsi: fungsi komparatif dan fungsi normatif. Tamotsu Shibutani (1967: 74-83) menambahkan satu fungsi lagi: fungsi perspektif.

Kelompok Deskriptif dan Kelompok Preskriptif

John F. Cragan dan David W.Wright (1980:45) dari Illinois State University, mengklasifikasikan kelompok pada dua kategori: deksriptif dan preskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah.

Kategori preskriptif adalah klasifikasi kelompok menurut langkah-langkah rasional yang harus dilewati oleh anggota kelompok untuk mencapai tujuannya. Kelompok preskriptif, seperti telah disebutkan di atas, mengacu pada lagkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok.

Pendapat lain dari Cragan dan Wright (1980:45) adalah, ada enam format kelompok yaitu diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.


Referensi Bacaan:
 
(1) Rakhmat, Jalaludin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
(2) Tutiasri, Ririn, Puspita. 2016. “Komunikasi dalam komunikasi kelompok” Vol. 4, No. 1 (hal. 81-90). Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
(3) Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.
(4) Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi: Teori & Praktik. Universitas Mercu Buana.

Posting Komentar untuk "Klasifikasi Kelompok Menurut Para Ahli"