Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gangguan-Gangguan Fungsional, Laesional Dan Psikogen

Initentangpsikologi.com - Pada pembahasan kali ini akan diulas mengenai gangguan-gangguan fungsional, laesional dan psikogen. Apa itu gangguan fungsional? Apa itu gangguan laesional? Apa itu gangguan psikogen?

Gangguan Laesional

Ada gejala-gejala keluhan, sakit, dan gangguan-gangguan fungsi yang disebabkan oleh: penyimpangan dan kerusakan organis. Lalu orang menyatakan adanya sesuatu yang: patah, retak, putus, pecah, rusak, cidera; (ada laesie).

Gangguan Laesional
Ilustrasi Orang dirawat Akibat Cidera/Laesie (pexels.com)

Penderitaan dan gangguan-gangguan pada fungsi yang disebabkan oleh cidera atau laesie tadi disebut gangguan Iaesional. Dalam hal ini substansi atau zat-zat dan bagian-bagian dari tubuh ada yang cidera atau rusak, sehingga ada fungsi-fungsi yang terganggu.

 

Selanjutnya, apabila terjadi gangguan-gangguan fungsi yang terus-menerus, maka bisa berlangsung laesie atau cidera organis; misalnya: emfisema pada asma. Juga pada sakit lambung terdapat kerusakan selaput lendir. Sedangkan pada tumpat-jantung, ada serabut-serabut dan jaringan otot yang rusak.

Baca Juga: Pengertian Sakit dan Penyakit Gangguan Fungsi Psikis

 Gangguan Fungsional

Sementara yang disebut gangguan fungsional ialah; gangguan pada fungsi-fungsi fisik maupun pada fungs-fungsi psikis. Namun adakalanya terjadl gangguan-gangguan fungsional walau pun tidak terjadi secara fisis, atau tidak ada laesie. Adapun sehab gangguan tersebut ialah: permasalahan psikis.


Misalnya, oleh perasaan-prasaan cemas, takut, gelisah, minder atau putus asa, tidak hanya terasa adanya sakit pada beberapa bagian tubuh (kepala, mata, kaki, punggung, perut, dan lain-Iain) saja; akan tetapi pasien juga selalu lemah, tidak bergairah, merasa lesu, tidak mampu bekerja, dan menjadi depresif.

Gangguan Fungsional
Ilustrasi Orang Merasa Depresif (pexels.com)


Sehubungan dengan ini, perlulah diperhatikan faktor-faktor sosial dan psikis yang menjadi penyebabnya. Artinya, situasi sosial yang rumit dan sulit, bisa menyebabkan banyak tekanan batin dan gangguan psikis. Ditambah lagi dengan sikap pribadi yang keliru, karena selalu menggunakan mekanisme pembelaan diri dan pelarian diri yang negatif (defence mechanism and escape mechanism), makin menumpuklah permasalahan-permasalahan; dan kemudian muncullah kebingungan, kecemasan, rasa panik dan gangguan psikis.

 

Dalam kondisi tersebut di atas, obat “mujarab” yang diperlukan paling pertama oleh si penderita ialah uluran keramahan yang spontan dan rasa perikemanusiaan yang hangat (empati dari orang lain), untuk penyembuhannya. Sebab, penyembuhan pasien tidak hanya bergantung pada pemberian obat-obatan saja, akan tetapi juga pada pemahaman terhadap perasaan-perasaan dan kegelisahan hatinya. Khususnya pasien harus bisa mengatasi perasaan-perasaan hatinya yang murung negatif, lalu bisa menerima kondisi tubuh serta pribadi sendiri.

 

Orang akan banyak menolong si penderita dengan cara: mendengarkan baik-baik segala keluhannya, dan memberikan simpati pada dirinya. Sebab, barangsiapa merasa dimengerti oleh orang lain, dia akan lebih tabah menanggung kesakitan dan kecemasannya; sama dengan seorang anak yang tabah menanggung sakit dan derita apabila ia tahu bahwa orangtuanya selalu ada di dekatnya, juga ikut merasakan kesengsaraannya.

 

Oleh simpati dan pengertian orang lain itu, si penderita merasakan “terlindung dan terawat dengan baik”, merasa tidak sendirian dalam pcnderitaannya. Lalu muncullah sebuah harapan pada dirinya agar bisa sembuh.

 

Sehubungan dengan itu, penyakit itu membuat orang merasa lemah dan tak berdaya; membuat orang menjadi sangat bergantung pada orang lain. Juga menumbuhkan keinginan-keinginan yang kuat untuk dimengerti orang lain; dan sangat mengharapkan akan simpati orang lain.

Baca Juga: Gangguan Emosional - Gangguan Pada Fungsi Perasaan

Gangguan Psikogen

Fungsi suatu organ itu juga bisa menjadi kacau atau tidak beres disebabkan oleh faktor-faktor psikis, misalnya oleh: prasangka kecemasan, kekhawatiran yang berlebih-lebihan, dan kebimbangan kronis. Misalnya, oleh rasa takut yang hebat, orang menjadi lumpuh, jantung berdetak Iebih cepat, peluh dingin mengalir di seluruh tubuh. Sedangkan orang lain oleh rasa ketakutan tadi ia terus muntah-muntah, atau bisa diare.

Gangguan Psikogen
Ilustrasi Orang Sedang Cemas (pexels.com)


Contoh lainnya, ketegangan-ketegangan batin bisa mempengaruhi sentra-regulatif dari otak; juga mempengaruhi dan mengganggu irama jantung. Di samping itu orang dengan kecenderungan hipokondria (atau kemurungan patologis, disertai ketakutan irrasional terhadap kesehatan badan seridiri; ada gambaran-gambaran bayangan mengenai sakit yang mengerikan), akan mudah membuat dirinya menjadi sakit.

 

Oleh rasa cemas dan panik, meskipun sebuah kutil biasa dianggapnya sebagai kanker ganas, dan berpikiran bahwa setiap saat dirinya bisa mati mendadak karena hal itu. Maka pribadi yang bersangkutan bisa menjadi sakit betul-betul oleh kecemasan yang berlebih-lebihan tadi.

 

Contoh lain dari gejala hipokondria ialah sebagai berikut: seorang ibu yakin kalau dirinya menderita obstipasi (sukar buang air besar), sehingga dia selalu minum laxans atau obat pencerna. Karenanya usus-ususnya menjadi terlalu peka pada perangsang. Jika obat-obal laxans ditinggalkan, maka usus dan lambungnya betul-betul menjadi lemah dan kurang kuat daya cernanya, karena sudah terbiasa pada obat-obatan.

 

Contoh lain, ribuan orang menjadi pecandu obat tidur, disebabkan oleh kerisauan-kerisauan batin yang tidak bisa dicernakan. Pada umumnya obat-obatan semacam ini mengakibatkan peristiwa terseliput, karena si pemakai pada siang hari selalu merasa Iemah, lesu, tidak bergairah; sehingga dia hanya duduk diam-diam saja atau bermalas-malasan dan tidak pernah menjadi capai betul. Karena itu dia semakin tidak bisa tidur pada malam harinya.

 

Dengan demikian, kecenderungan hipokondria itu biasanya mengarah pada kecanduan obat-obat penenang tertentu. Dengan kata lain, prasangka dan sugesti sendiri untuk menjadi sakit - itu selalu mengarah pada kecenderungan menjadi benar-benar sakit, atau pada gangguan suatu fungsi.


Baca Juga: Gangguan Obsesif Kompulsif

 

Fungsi suatu organ juga bisa terganggu oleh kecemasan. Jika kecemasan ini dialami seseorang secara tidak sadar, sehingga berlangsung gangguan-gangguan fungsi, maka peristiwa tersebut dinamakan: ekuivalen-kecemasan. Terhadap kecemasan ini, setiap individu akan memberikan reaksi secara berbeda-beda pula.

Gangguan Psikogen
Ilustrasi Orang Sedang Bersiap Menghadapi Ujian (pexels.com)


Menghadapi suatu ujian misalnya, seseorang menjadi tidak bisa makan oleh rasa ketegangan; sedang orang lain harus minum air dua gelas, dan makan telur mata sapi dua biji. Orang ke tiga harus berulang-ulang kali buang air kecil. Orang ke empat justru mengalami obstipasi, badan gemetar dan panas dingin, dan lain-lain. Selanjutnya, oleh kecemasan-kecemasan kronis fungsi-fungsi jasmaniah kita pasti menjadi kacau-balau, terganggu hebat; dan kita menjadi betul-betul sakit karenanya.

 

Kecemasan itu seringkali dialami orang secara samar-samar atau setengah sadar, dan tampil sebagai gejala nerveusitas, kegelisahan dan kebimbangan. Nerveusitas adalah keadaan tergugup-gugup, tergopoh-gopoh seperti diburu-buru, gelisah, resah dan tidak tenang. Gangguan-gangguan fisik disebabkan oleh pengaruh-pengaruh psikis dan konflik-konflik psikls itu disebut: Gangguan Psikogen.

 

Contoh geiala psikogen pada jantung dengan kecenderungan hipokondria selalu diikuti ciri-ciri sebagai berikut: diliputi kecemasan-kecemasan dan ketakutan kalau jantungnya sewaktu-waktu berhenti berdetak, ada perasaan-perasaan sakit, gangguan pada tempo dan irama denyut nadi, dan si pasien selalu ‘menderita’. Selanjutnya, jika fungsi suatu organ terganggu oleh ketegangan-ketegangan psikis, maka peristiwa yang sedemikian ini disebut neurosa organ.

 

Maka ilmu pengetahuan yang menyebukkan diri dengan macam-macam penyakit, cidera dan penyimpangan pada tubuh itu disebut anatomi-patologis.

 

Jika seseorang menderita kelumpuhan pada kedua kakinya sebagai akibat penyakit kelumpuhan masa kanak-kanak, sehingga terjadi kerusakan yang permanen pada fungsi otot-otot kakinya, maka dia tidak disebut “sakit” akan tetapi, dinyatakan sebagai invalid.

 

Selanjutnya "sakit" itu jangan dipersamakan dengan "abnormal". Sebab orang bisa saja menderita abnormalitas pada jantungnya, misalnya jantungnya terletak di rongga dada sebelah kanan; namun dia tidak menjadi sakit karenanya.

Baca Juga: Gangguan Psikologis yang Bisa dikaji dengan Pendekatan Sosiokultural

 


Referensi Bacaan:

  • Alisjahbana, Anna. M, Sidharta; dkk. 1977. Menuju Kesejahteraan Jiwa. Jakarta: PT Gramedia.
  • Kartono, Kartini. 2014. Patologi Sosial 3: Gangguan-gangguan Kejiwaan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
  • Widakdo, Giri. 2013. Efek Penyakit Kronis Terhadap Gangguan Mental Emosional. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol. 7, No. 7.


Posting Komentar untuk "Gangguan-Gangguan Fungsional, Laesional Dan Psikogen"