Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Antara Anak, Gadget, dan Kesehatan Mentalnya

Initentangpsikologi.com - Berbicara mengenai kemajuan teknologi memang tidak ada habisnya, manfaat yang didapatkan pun sangat banyak. Perihal kemudahan mencari informasi dan berkomunikasi, melakukan transaksi jual - beli, alat transportasi, dan masih banyak lainnya.


Salah satu barang atau produk yang lahir dari kemajuan teknologi ini adalah gadget atau smartphone, saat ini gadget dapat dikatakan salah satu kebutuhan pokok setiap orang, tak terkecuali bagi anak-anak.

Dampak Kecanduan Gadget Terhadap Kesehatan Mental

kesehatan mental anak yang sering bermain gadget
Ilustrasi anak candu bermain gadget (pexels.com)

Ya, sebenarnya banyak manfaat yang positif dari adanya gadget ini. Tapi, dampak negatifnya pun tidak kalah banyak apalagi bagi anak-anak. Penggunaan gadget yang berlebihan dapat menyebabkan candu, pada anak remaja yang sering menggunakan sosial media bisa menimbulkan depresi karena melakukan self comparison dengan orang lain.

Konten negatif seperti pornografi mudah sekali untuk anak konsumsi, dan masih banyak lagi dampak negatif lainnya jika tidak menggunakan gadget dengan bijak.

Dampak negatif dari gadget ini kebanyakan berpengaruh terhadap kesehatan mental anak. Insecure, depresi, selfish, memikirkan hal-hal negatif, kurang percaya diri, kurang bisa menerima diri sendiri, dan lainnya. Lalu, mental dikatakan sehat itu yang seperti apa? Dikutip dari situs Kementerian Kesehatan “kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin seseorang berada dalam keadaan yang tentram, tenang, damai.

Hal tersebut memungkinkan seseorang untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan dapat menghargai orang lain di sekitarnya. Orang yang mentalnya sehat dapat menggunakan segala kemampuan dan potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.”

Dunia Maya Lebih Penting dari Dunia Nyata

kesehatan mental anak yang sering bermain gadget
Ilustrasi anak melakukan self comparison di sosmed (pexels.com)

Bagi anak remaja eksistensi di media sosial seakan-akan menjadi segalanya, banyak yang merasa iri jika followers-nya lebih sedikit dibanding temannya, tidak mau kalah jika temannya meng-upload foto makan di restoran mewah, dan lain sebagainya. Pada kasusnya hal-hal tersebut dapat menyebabkan anak stres bahkan depresi.

Anak akan mengalami gangguan suasana hati sehingga merasakan sedih yang berkepanjangan, memiliki rasa khawatir yang berlebihan, mudah tersinggung, bahkan tak jarang anak memiliki pemikiran untuk menyakiti diri sendiri. Semuanya bisa terjadi karena adanya self comparison (membandingkan dirinya dengan orang lain) di media sosial.

Peran Orangtua Sangat Penting

Berkaitan dengan hal ini maka peran orangtua sangat dibutuhkan, untuk membatasi penggunaan gadget pada anak memang dibutuhkan ketegasan. Tentunya itu lebih baik dibanding anak mengalami kecanduan, jika sudah parah cara menyembuhkannya akan lebih susah.

Lalu, kenapa hanya membatasi bukan melarang? Karena jika anak dilarang sepenuhnya dalam penggunaan gadget dapat menjadikan anak gaptek (gagap teknologi), nantinya anak akan tertinggal dari teman-temannya.

Oleh karenanya cukup dengan membatasi saja, orangtua bisa membuat jadwal dijam berapa sekiranya anak boleh bermain gadget, kemudian dijam berapa anak harus belajar, dan lainnya.

Orangtua Harus Menjadi Teladan yang Baik

kesehatan mental anak yang sering bermain gadget
Ilustrasi anak dan ayah sibuk bermain gadget (pexels.com)

Perlu dipahami bahwa orangtua merupakan role model pertama bagi sang anak, maka dari itu berilah contoh perilaku konkret jika menginginkan anak berbuat demikian. Orangtua ingin anaknya tidak sering bermain gadegt tapi sendirinya selalu menggunakan gadget dimana pun.

Seperti yang pernah viral beberapa waktu yang lalu, foto bapak-bapak sedang memasang poster dilarang merokok sambil merokok. Nah, bagaimana itu? Niatnya ingin menghimbau tapi disisi lain melakukan.

Jangan hanya membuatkan jadwal pada anak tapi untuk diri sendiri juga, misalkan dalam jadwal jam 18.00 - 20.00 WIB anak tidak boleh bermain gadget. Maka orangtua harus memanfaatkan waktu tersebut untuk berinteraksi dengan anak, membantu anak mengerjakan tugas sekolah misalnya, atau menanyakan apa saja yang anak alami dihari ini, jika ada masalah coba diberikan solusi.

Cara tersebut selain membatasi anak bermain gadget, dapat mempererat hubungan emosional antara anak dan orangtua juga.


Ok, itulah pembahasan singkat mengenai kesehatan mental anak yang sering bermain gadget. Sebagai orangtua harus bisa membimbing anaknya agar bijak dalam menggunakan gadget, karena tidak bisa dipungkiri jika dampak negatif gadget ini mungkin lebih banyak dibanding dampak positifnya. 

Posting Komentar untuk "Antara Anak, Gadget, dan Kesehatan Mentalnya"