Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kondisi Psikologis Ibu Hamil di Luar Nikah

Kondisi Psikologis Ibu Hamil di Luar Nikah
Ilustrasi/pexels.com

Laporan Hasil Observasi Kondisi Ibu Hamil di Luar Nikah

A. LANDASAN TEORI

Lumongga (2009) menyebutkan bahwa gejala-gejala depresi dapat dilihat dari segi, yaitu gejala dilihat dari segi fisik, psikis dan sosial.

1. Gejala Fisik 

Menurut beberapa ahli, gejala depresi yang kelihatan ini mempunyai rentangan dan variasi yang luas sesuai dengan berat ringannya depresi yang dialami. Namun secara garis besar ada beberapa gejala fisik umum yang relatif mudah dideteksi. Gejala itu seperti:
  • Gangguan pola tidur. Misalnya, sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur.
  • Menurunnya tingkat aktivitas. Pada umumnya, orang yang mengalami depresi menunjukkan perilaku yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang  lain seperti menonton TV, makan, dan tidur.
  • Menurunnya efisiensi kerja. Seseorang yang sedang mengalami depresi akan merasa sulit dalam memfokuskan perhatiannya atau pikirannya pada suatu hal, ataupun suatu pekerjaan. Sehingga, mereka juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal prioritas. Kebanyakan yang dilakukan justru hal-hal yang tidak efisien dan tidak berguna, seperti: ngemil (mengonsumsi makanan-makanan ringan), melamun, dan merokok terus-menerus, dll.
  • Menurunnya produktivitas kerja. Orang yang terkena depresi akan kehilangan sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya, ia tidak lagi bisa menikmati dan merasakan kepuasan atas apa yang dilakukannya. Ia sudah kehilangan minat dan motivasi untuk melakukan kegiatannya seperti semula.
  • Mudah merasa letih dan sakit. Jelas saja, depresi itu sendiri adalah perasaan negatif. Jika seseorang menyimpan perasaan negatif, maka jelas akan membuat letih karena membebani pikiran dan perasaan, dan ia harus memikulnya di mana saja dan kapan saja, suka tidak suka.

2. Gejala Psikis

Gejala-gejala psikis memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
  • Kehilangan rasa percaya diri. Seseorang yang tengah menghadapi depresi kecenderungnya dalam memandang segala sesuatu selalu dari sisi negatif, bahkan dalam menilai diri sendiri sekalipun.
  • Sensitif. Seseorang yang tengah menghadapi depresi kerap-kali menyangkut-pautkan segala sesuatu kepada diri sendiri. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering peristiwa yang netral akan dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh mereka, bahkan disalah artikan. Akibatnya mereka mudah tersinggung, mudah marah, perasa, curiga akan maksud orang lain, mudah sedih, murung dan suka menyendiri.
  • Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka merasa menjadi orang yang gagal, terutama di bidang atau lingkungan yang seharusnya mereka sukai.
  • Perasaan bersalah. Seseorang yang sedang depresi sering sekali timbul perasaan bersalah yang terus-menerus seakan hal tersebut berputar-putar didalam otaknya. Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan.
  • Perasaan terbebani. Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang dialaminya. Mereka merasa berat karena merasa terlalu dibebani tanggung jawab yang berat.

3. Gejala Sosial

Kondisi Psikologis Ibu Hamil di Luar Nikah

Depresi yang berawal dari masalah diri sendiri yang pada akhirnya mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan (atau aktivitas rutin lainnya). Lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut yang pada umumnya negatif (mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Masalah sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan atau bawahan. 

Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun masalah lainnya juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan. 

Menurut Sulistyana, kondisi kehamil di luar nikah merupakan situasi yang sulit untuk diterima di lingkungan masyarakat karena melanggar norma-norma dalam masyarakat itu sendiri, tentu saja kejadian tersebut akan menimbulkan rasa malu bagi keluarga mereka dan juga akan memberikan dampak buruk pada masyarakat kepada nama besar keluarga, selain itu dari sisi agama dan keyakinan apapun tentunya juga tidak dibenarkan.

Luthfiyati mengatakan jika faktor-faktor yang dapat menyebabkan banyaknya remaja putri yang mengalami kondisi hamil di luar nikah adalah sebagai berikut:

a.         Faktor agama dan iman
Minimnya ajaran mengenai nilai-nilai atau norma-norma dalam agama akan berdampak pada pergaulan bebas (mengonsumsi obat-obatan terlarang dan melakukan seks bebas) hal tersebut dapat mengakibatkan remaja dengan mudahnya melakukan hubungan suami istri yang tak seharunya yakni di luar nikah sehingga terjadilah kehamilan, dan hal tersebut membuat mereka harus menghadapi kondisi ketidaksiapan membangun rumah tangga dan untuk mempertanggung jawabkan perbuatan yang telah dilakukan.

b.      Faktor lingkungan
  • Orang tua

Kurangnya perhatian khusus dari orang tua untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dimana dalam hal ini orang tua bersikap tidak terbuka terhadap anak bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah seksual.
  • Teman, tetangga dan media

Tentunya teman akan sangat berpengaruh terhadap baik atau buruknya perilaku apalagi bagi para remaja yang lebih sering menghabiskan banyak waktu dengan teman daripada orangtuanya,  sementara dengan semakin canggihnya teknologi penggunaan fungsi dari media elektronik yang tidak lazim (seperti menonton video porno) tentu dapat membuat para remaja berpikiran bahwa seks bukanlah hal yang aneh lagi tapi merupakan sesuatu yang wajar.

c.      Pengetahuan yang kurang tetapi rasa ingin tahunya besar
Kurangnya pengetahuan atau pemahaman mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seksual dapat mendorong gairah seksual sedangkan mereka tidak bisa mengendalikan gairah yang timbul tersebut. Tentu saja hal tersebut akan meningkatkan resiko dari dampak negatifnya seksual. Dalam keadaan orang tua yang tidak terbuka mengenai masalah seksual, remaja akan mencari informasi tersebut dari sumber yang lain, teman-teman sebaya, buku, majalah, internet, video atau blue film. Mereka sendiri belum dapat memilih mana yang baik dan perlu dilihat atau mana yang harus dihindari.

d.      Perubahan zaman
Dengan perkembangan zaman sampai sekarang ini, para remaja tengah dihadapkan dengan kondisi sistem-sistem nilai yang baik mulai terkikis oleh sistem lainnya yang bertentangan dengan nilai moral dan agama, seperti gaya dalam berpakaian dan film-film dengan adegan tidak pantas yang begitu intensif sehingga remaja dihadapkan ke dalam gaya pergaulan hidup bebas, termasuk masalah hubungan seks di luar nikah.

e.     Perubahan hormon
Pada usia remaja perubahan kadar hormon dapat meningkatkan gairah atau keinginan untuk melakukan hubungan seksual, dan tentunya hal tersebut jika tidak dapat dikendalikan dan disalurkan dengan aktivitas yang positif/benar akan membuat remaja menyalurkan melalui aktivitas negatif/seksual.

f.       Semakin cepatnya usia pubertas
Semakin cepatnya usia pubertas (berkaitan dengan tumbuh kembang remaja), sedangkan pernikahan semakin tertunda akibat tuntutan kehidupan saat ini menyebabkan “masa-masa tunda hubungan seksual” menjadi semakin panjang. Jika para remaja tidak didampingi dan diberikan arahan yang tepat (maka dari itu pada masa ini peran orang tua sangat penting) maka penyaluran seksual yang mereka pilih dapat beresiko besar.

g.      Pacaran
Gaya dalam berpacaran di kalangan remaja sudah menyimpang, hal tersebut tidak lepas dari pengaruh kehidupan budaya orang barat.

B.    HASIL OBSERVASI

Observasi ini dilaksanakan pada tanggal 10-12 mei 2018. Dilakukan dengan cara mengadakan wawancara tidak langsung yaitu dengan perantara media sosial terhadap objek yang menjadi sumber informasi dalam observasi. karena keterbatasan informan yang bersedia untuk dimintai wawancara mengenai kondisi psikis ibu hamil diluar nikah; rata-rata mereka mengatakan bahwa itu adalah sebuah aib yang harus dirahasiakan, sehingga observasi ini hanya mengambil informasi dari seorang remaja putri. Informan tidak memberikan izin untuk mencantumkan identitasnya, dia remaja yang masih sangat muda dengan usia baru 16 tahun.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan diketahui bahwa kondisi informan pada saat  mengetahui  dirinya  hamil  adalah  informan  mengalami  syok dan sedih, ia tidak menyangka bahwa perbuatannya yang menyimpang menyebabkan kehamilan dan ia merasa kebingungan atas kelangsungan  janin yang  ada  didalam  kandungannya. Karena sudah mengetahui tentang masalah tersebut ia akhirnya mencoba meminta pertanggung jawaban dari pasangannya, beruntunglah karena pasangannya mau untuk bertanggung jawab. Dengan demikian tak ada pikiran untuk menggugurkan janin, karena ia pun merasa bahwa kesalahan bukanlah pada janin tersebut tapi memang murni kesalahan ia dengan pasangannya.

Informan  sebagai  individu  yang  hidup  dan  bersosialisasi  dengan  masyarakat di lingkungan sekitar, tidak dapat begitu saja menghiraukan aturan-aturan dan norma yang ada di dalam lingkungan tersebut. Begitu pula terhadap kehamilan di luar nikah yang dialaminya yang  mana  di  dalam  masyarakat  dinilai  sebagai  tindakan  menyalahi  aturan  ataupun  norma yang  mereka  yakini.  Hal-hal  yang  dianggap  sebagai  bentuk  pelanggaran  norma.  Seseorang yang telah melanggar norma tentu akan memiliki rasa bersalah dan mencoba menutupi hal tersebut. 

Norma yang ada bahwa seharusnya perempuan yang mengalami kehamilan adalah seorang perempuan yang  sudah  resmi  menikah  tetapi  kenyataannya justru perempuan yang belum  menikah  sudah  mengalami  kehamilan. Informasi  tentang kehamilan  yang  ia  alami  akan  menjadi  informasi  yang  rahasia  dan  bersifat  privasi. Informan berusaha menutupi dan mencoba meminimalisir akses atas informasi tersebut pada orang lain yang tidak ia kehendaki. Bahkan termasuk kepada orang tuanya sendiri.

Hubungan informan dengan keluarganya bisa di bilang baik-baik saja, tetapi mungkin perhatian dari orang tuanya kurang sehingga menyebabkan kejadian tersebut. Bahkan ketika ia mungkin sudah mengetahui tanda-tanda kehamilan, seperti pusing, mual, badan terasa lemas. Ia coba untuk menutupi hal tersebut agar keluarganya tidak mengetahui, sampai pada akhirnya keluarganya mulai mencurigainya karena ukuran perut yang semakin membesar. Dilakukanlah tes pada dokter dengan hasil bahwa ia positif hamil, sontak saja keluarga tidak percaya dengan hal tersebut. Seorang anak yang terhitung pendiam dan baik bisa berbuat hal yang tidak bermoral seperti itu, ditambah lagi dengan usia yang bahkan belum mencapai dewasa.

Seseorang akan mengevaluasi resiko dibandingkan keuntungan yang nantinya akan ia dapatkan dari  pembukaan  atau  penutupan  suatu  informasi privasi  yang  ia miliki. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang yang mengalami hal seperti ini membuat keputusan untuk membuka suatu rahasia berdasarkan motivasi yang didapatkannya. Beberapa orang mungkin akan memiliki motif-motif seperti kontrol,  manipulasi  dan  kekuasaan  untuk  membuka  atau  menutupi informasi privasi. Yang lain mungkin dimotivasi oleh keinginan untuk mengklarifikasi diri informan atau karena adanya kedekatan hubungan.  Selain  itu  mungkin  akan  terdapat  perbedaan pada  motif-motif  yang dimiliki  orang-orang. Dari informan yang saya observasi, ia memilih untuk melakukan manipulasi dengan mencoba untuk menutupi informasi kehamilannya.

Namun, faktanya rahasia mengenai  kehamilan  yang dialaminya  merupakan  rahasia  yang  tidak dapat  dirahasiakan  dengan  waktu  yang  lama.  Hal  ini  karena  terjadinya  perubahan  fisik seorang  remaja  perempuan  yang  mengalami  kehamilan.  Sehingga  cepat  ataupun  lambat kehamilan  yang  mereka  alami  akan  diketahui  oleh  orang  lain.  

Perempuan  yang  sedang mengandung tentu  akan  mengalami  pembesaran  perut  yang  lama  kelamaan  akan  nampak dengan  jelas.  Jika  informan  tidak  mengungkapkan  kehamilannya  sebelum  perutnya membesar,  maka  orang-orang  akan  mengetahui  kehamilan tersebut dengan sendirinya  dan  justru  akan  memberikan berbagai  penilaian  jelek.  Terlebih  lagi  mereka  memiliki  status single yang  seharusnya tidak mengalami hal tersebut.

Remaja  putri  yang  mengalami  kehamilan  tentunya  akan  bingung  apa  yang  harus dilakukan  mengenai  kandungannya.  Di  saat  kondisi  mereka  mengandung,  mereka  tentu dalam keadaan penuh tekanan. Maka ia membutuhkan bantuan orang lain yang lebih paham mengenai  kehamilan.  Masukan  dan  saran  apa  yang  harus  mereka  lakukan  untuk  merawat kehamilan  akan  sangat  dibutuhkan.  Sehingga kebanyakan dari  mereka  memilih  sahabat  dan  juga  orangtua untuk  mengungkapkan  rahasia  kehamilannya.  

Meskipun  resiko  yang  mereka  dapat  adalah rasa  malu  dan  mungkin  penilaian  yang  jelek  terhadap  dirinya,  namun  keadaan dan tekanan  lebih  membuat  mereka  tertekan.  Terlebih  lagi  kondisi  fisik  perempuan  yang mengandung  akan  lebih  rentan  dibandingkan  dengan  kondisi  fisik  saat  perempuan  sedang tidak  dalam  kondisi  mengandung. Maka  atas  dasar  pertimbangan  yang  lebih  banyak  pada keuntungan, maka mereka akan memilih untuk mengungkapkannya.

Seorang remaja yang hamil di luar nikah ia akan mengalami ketidaksejahteraan secara psikologis, hal tersebut tampak pada penerimaan diri yang rendah, hubungan dengan orang lain yang kurang baik, ketergantungan, ketidakmampuan dalam mengembangkan potensi diri, penguasaan lingkungan yang rendah, dan tidak adanya tujuan dalam hidup. Sementara yang dimaksud dari kesejahteraan psikologis adalah kondisi atau keadaan dimana informan dapat berkumpul dengan keluarganya, kemudian terpenuhi kehidupannya secara finansial, mendapatkan kasih sayang dari orang terdekat, dan dapat berkumpul dengan teman sebayanya.

Dalam keadaan yang kurang sejahtera secara psikologis, ada beberapa upaya yang dilakukan oleh informan untuk mendapatkan kondisi yang lebih baik, salah satunya adalah dengan pasrah. Pasrah dengan apa yang telah dialaminya. Informan akan cenderung menerima begitu saja dengan keadaan yang dialamnya, tanpa ada tindakan dari informan untuk memperbaikinya. Upaya lain yang dilakukan informan adalah dengan cara berpikir positif tentang apa yang telah terjadi pada dirinya. Informan tidak terlalu merasa trauma dengan kejadian tersebut dan dengan ayah dari bayi yang ada dikandungannya. Informan juga dapat mengambil pelajaran dari kejadian yang dialaminya tersebut.

Kesimpulan

Dari hasil observasi yang sudah dilakukan dapat di ambil kesimpulan bahwa seorang remaja dapat terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan yang tidak bermoral, yang berujung pada keadaan hamil di luar nikah disebabkan beberapa faktor. Diantaranya yaitu kurangnya perhatian yang di berikan orang tua akan membuat seorang anak mencari orang lain yang bisa menggantikan orang tuanya dalam memberikan rasa kasih sayang, hal tersebut bisa didapatkan dari teman terdekatnya atau dari lawan jenisnya. 

Kalau teman terdekatnya memiliki kegiatan-kegiatan yang positif tentu bukan suatu hal yang perlu di khawatirkan, tetapi jika teman terdekatnya cenderung melakukan perbuatan yang negatif tentu inilah yang membahayakan, karena seorang remaja yang sedang beranjak menuju usia dewasa akan sangat mudah terpengaruh oleh temannya tanpa memperdulikan apakah itu baik atau buruk. 

Oleh karenanya sangat penting bagi keluarga terutama orang tuanya untuk sebisa mungkin dapat mengontrol pergaulan anaknya, maka dibutuhkanlah hubungan yang dekat antara orang tua dan anaknya, perlunya perhatian ekstra orang tua apalagi pada remaja yang secara pemikirannya masih sangat labil.